Kisah Ala' bin Hadrami Menyeberang Lautan dan Menumpas Kaum Murtad di Pulau Darin
loading...
A
A
A
Darin adalah sebuah pulau di kepulauan Teluk Persia , berhadapan dengan Bahrain . Di tempat ini ada lima biara besar dari lima kabilah yang beragama Kristen . Di sinilah kaum murtad Bahrain yang kalah perang bersembunyi.
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan Ali Audah berjudul " Abu Bakr As-Siddiq " (PT Pustaka Litera AntarNusa, 1987) memaparkan komandan perang muslim Ala' bin Hadrami bermaksud mengejar mereka. Sayangnya mereka tak punya kapal untuk menyeberang ke tempat itu.
Salah seorang di antara mereka berkata: "Allah telah memperlihatkan tanda-tanda kebesaran-Nya kepada kita di darat supaya jadi pelajaran buat kita di laut. Berangkatlah kalian menghadapi musuh. Kemudian pelajarilah laut yang menuju ke tempat mereka, sebab Allah telah mengumpulkan mereka."
"Akan kami laksanakan," jawab mereka. "Kami tak akan pernah gentar sesudah mengalami peristiwa gurun Dahna'. Demi Allah, sedikit pun tak ada rasa takut pada kami."
Ketika mereka berangkat itu, dan begitu sampai di pantai, langsung mereka berlompatan menyerbu kuda, bagal, keledai dan unta. Setelah berdoa kepada Allah, mereka menyeberangi selat, berjalan seperti semut di atas lumpur pasir yang digenangi air dan melumuri kaki-kaki unta itu.
Haekal menuturkan adakah ketika itu Selat Persia sedang surut, atau cerita itu yang berlebihan, ataukah penduduk yang bergabung dengan Muslimin itu meminjamkan perahu-perahu untuk menyeberangi lautan?!
Menurutnya, sumber-sumber itu tidak menyinggung kemungkinan terakhir ini, meskipun menurut hemat beberapa ahli sejarah mungkin saja. "Tetapi bagaimanapun juga, Muslimin sampai di Darin dan bertemu dengan mereka yang melarikan diri," tutur Haekal.
Di termpat itu terjadi pertempuran yang hebat sekali. Tak ada yang tertinggal dari mereka, anak-istri ditawan, harta benda yang jumlahnya mencapai sedemikian rupa sehingga yang menjadi bagian pasukan berkuda enam ribu dan bagian yang berjalan kaki dua ribu.
Setelah memenangkan perang, Ala' bin Hadrami dan yang lain kembali ke Bahrain. Ada beberapa di antara mereka yang ingin menetap di sana.
Ala' menulis surat kepada Khalifah Abu Bakar melaporkan kemenangannya itu. Ia tinggal di Bahrain setelah pembangkangan kaum murtad dapat ditumpas.
Sejak itu ia tak lagi merasa khawatir selain dari suku-suku badui yang biasa menyerang untuk merampok, sedang pengaruh intrik-intrik Persia di Semenanjung itu sudah menyusut.
Di samping dari segi ini ia sudah merasa aman, sebelum ia berangkat ke Darin, tiba-tiba kabilah-kabilah dan warga keturunan Persia di Bahrain ikut pula bergabung kepadanya.
Hal ini berarti dapat menghilangkan bahaya yang selama ini masih dikhawatirkan. Yang memimpin penggabungan ini ialah Utaibah bin Nahhas dan Musanna bin Harisah asy-Syaibani.
Di setiap jalan mereka mencegat orang-orang yang mau melarikan diri dan para pengacau. Bahkan Musanna mengejarnya sampai ke pantai Teluk Persia.
Dihadapinya intrik-intrik Persia dan dikikisnya pembela-pembelanya yang terdiri dari kabilah-kabilah dan warga keturunan Persia setempat, sampai ke muara Sungai Furat. Tercapainya muara itu serta hubungannya dengan Irak dan dakwahnya mengajak orang kepada Islam di tempat itu ada juga pengaruhnya. Barangkali tidaklah berlebihan kalau kita katakan bahwa inilah langkah awal memasuki Irak.
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan Ali Audah berjudul " Abu Bakr As-Siddiq " (PT Pustaka Litera AntarNusa, 1987) memaparkan komandan perang muslim Ala' bin Hadrami bermaksud mengejar mereka. Sayangnya mereka tak punya kapal untuk menyeberang ke tempat itu.
Salah seorang di antara mereka berkata: "Allah telah memperlihatkan tanda-tanda kebesaran-Nya kepada kita di darat supaya jadi pelajaran buat kita di laut. Berangkatlah kalian menghadapi musuh. Kemudian pelajarilah laut yang menuju ke tempat mereka, sebab Allah telah mengumpulkan mereka."
"Akan kami laksanakan," jawab mereka. "Kami tak akan pernah gentar sesudah mengalami peristiwa gurun Dahna'. Demi Allah, sedikit pun tak ada rasa takut pada kami."
Baca Juga
Ketika mereka berangkat itu, dan begitu sampai di pantai, langsung mereka berlompatan menyerbu kuda, bagal, keledai dan unta. Setelah berdoa kepada Allah, mereka menyeberangi selat, berjalan seperti semut di atas lumpur pasir yang digenangi air dan melumuri kaki-kaki unta itu.
Haekal menuturkan adakah ketika itu Selat Persia sedang surut, atau cerita itu yang berlebihan, ataukah penduduk yang bergabung dengan Muslimin itu meminjamkan perahu-perahu untuk menyeberangi lautan?!
Menurutnya, sumber-sumber itu tidak menyinggung kemungkinan terakhir ini, meskipun menurut hemat beberapa ahli sejarah mungkin saja. "Tetapi bagaimanapun juga, Muslimin sampai di Darin dan bertemu dengan mereka yang melarikan diri," tutur Haekal.
Di termpat itu terjadi pertempuran yang hebat sekali. Tak ada yang tertinggal dari mereka, anak-istri ditawan, harta benda yang jumlahnya mencapai sedemikian rupa sehingga yang menjadi bagian pasukan berkuda enam ribu dan bagian yang berjalan kaki dua ribu.
Setelah memenangkan perang, Ala' bin Hadrami dan yang lain kembali ke Bahrain. Ada beberapa di antara mereka yang ingin menetap di sana.
Ala' menulis surat kepada Khalifah Abu Bakar melaporkan kemenangannya itu. Ia tinggal di Bahrain setelah pembangkangan kaum murtad dapat ditumpas.
Sejak itu ia tak lagi merasa khawatir selain dari suku-suku badui yang biasa menyerang untuk merampok, sedang pengaruh intrik-intrik Persia di Semenanjung itu sudah menyusut.
Di samping dari segi ini ia sudah merasa aman, sebelum ia berangkat ke Darin, tiba-tiba kabilah-kabilah dan warga keturunan Persia di Bahrain ikut pula bergabung kepadanya.
Hal ini berarti dapat menghilangkan bahaya yang selama ini masih dikhawatirkan. Yang memimpin penggabungan ini ialah Utaibah bin Nahhas dan Musanna bin Harisah asy-Syaibani.
Di setiap jalan mereka mencegat orang-orang yang mau melarikan diri dan para pengacau. Bahkan Musanna mengejarnya sampai ke pantai Teluk Persia.
Dihadapinya intrik-intrik Persia dan dikikisnya pembela-pembelanya yang terdiri dari kabilah-kabilah dan warga keturunan Persia setempat, sampai ke muara Sungai Furat. Tercapainya muara itu serta hubungannya dengan Irak dan dakwahnya mengajak orang kepada Islam di tempat itu ada juga pengaruhnya. Barangkali tidaklah berlebihan kalau kita katakan bahwa inilah langkah awal memasuki Irak.
(mhy)