Rafidah: Kisah Zaid Ditinggalkan Pengikutnya karena Menghargai Abu Bakar dan Umar
loading...
A
A
A
RAFIDAH adalah sekelompok penganut Syiah yang memandang Ali bin Abi Thalib dan anak cucunya lebih utama daripada Abu Bakar dan Umar bin Khattab . Mereka tidak menyukai kedua sahabat Nabi yang khalifah itu, bahkan mencaci-makinya.
Kaum Rafidah mempercayai, para imam itu ma'shum alias bebas-salah. Mereka memberikan segala kehormatan Nabi (selain kenabian) kepada para imam. Mereka juga mempercayai kedatangan kembali imam Muntadhar (imam tertunggu) yang sementara ini menghilang, tanpa meninggal. Mereka mempunyai pemikiran khusus, yang sangat berbeda dari dasar pemikiran Sunni .
Adapun kaum Syiah, mereka itu pencinta berat keluarga Nabi (ahl al-bayt). Mereka lebih mengutamakan Ahl al-Bayt daripada sahabat yang bukan keluarga Nabi. Tetapi mereka tidak membenci, memaki atau mengkafirkan para sahabat, terutama Abu Bakar dan 'Umar.
Dalam Minhaj al-Sunnah, Ibnu Taimiyyah mengemukakan alasan mengapa ada sekte Syiah yang disebut Rafidhah. Menurut ibn Taimiyyah, sejak Zaid tampil ke gelanggang politik, Syiah terpecah menjadi dua, yaitu golongan Rafidhah dan golongan Zaidiyyah.
Ketika ditanya mengenai Abu Bakar dan 'Umar, Zaid menyatakan simpatinya kepada kedua sahabat itu. Zaid mendoakan keduanya. Sekelompok pengikutnya kemudian meninggalkan Zaid.
Zaid berkata kepada mereka: "Apakah kalian menyempal dariku?"
Sejak mereka menyempal dari Zaid itu, istilah Rafidah muncul. Adapun kaum Syiah yang tetap setia kepada Zaid, mereka itu diberi nama Zaidiyah, artinya, yang memihak kepada Zaid.
Ibnu Taimiyyah juga menjelaskan, Ali ibn Abi Thalib pernah berpidato di mimbar, di kota Kufah. Katanya: "Umat Islam terbaik setelah Nabi Muhammad adalah Abu Bakar dan 'Umar."
Orang Syiah yang mengenal 'Ali dan hidup seangkatan dengannya, tidak pernah berselisih paham mengenai keutamaan Abu Bakar dan Umar. Akan tetapi mereka berbeda pendapat menentukan siapa yang lebih utama antara 'Utsman dan 'Ali. Itu diakui oleh para tokoh Syiah yang terdahulu dan yang belakangan.
Abul Qasim al-Balhi juga menyebutkan sama. la menceritakan, seseorang bertanya kepada Syarik ibn 'Abdillah, "Siapa yang lebih utama di antara Abu Bakar dan 'Ali? "Abu Bakar," jawab Syarik.
Ketika ditanya, mengapa dia menjawab begitu, padahal dia seorang Syiah, Syarik menjawab bahwa orang yang tidak berkata begitu bukanlah seorang Syiah. "Demi Allah, 'Ali ibn Abi Thalib berkata di atas mimbar: 'Ingatlah, sesungguhnya umat Islam yang terbaik setelah Nabi adalah Abu Bakar, kemudian 'Umar." "Lalu mengapa?" tanya Syarik, "Anda menolak pernyataan 'Ali ini? Bagaimana Anda bisa mendustakan 'Ali? Sungguh, 'Ali bukanlah pendusta atau pembohong."
Mahmud az-Zaby dalam bukunya berjudul "Al-Bayyinat, fi ar-Radd' ala Abatil al-Muraja'at" yang diterjemahkan Ahmadi Thaha dan Ilyas Ismail menjadi "Sunni yang Sunni -- Tinjauan Dialog Sunnah-Syi'ahnya al-Musawi" (Penerbit Pustaka, 1989) mengatakan karena tidak mengerti, seringkali orang menyebut rafadh bagi pencinta keluarga Nabi, tanpa membedakan antara istilah rafadh dan tasyayyu'. Ada sya'ir begini: "Jika mencintai Ahl al Bayt disebut Rafadh, maka saksikanlah bahwa aku penganut paham Rafidhah."
Ibnu Katsir dalam "Al-Bidayah wan-Nihayah" menceritakan, pada suatu saat kaum Syiah berkumpul bersama Zaid. Mereka bertanya kepada Zaid: "Apa maksud perkataan Anda, Allah memberi rahmat kepada Anda pada (diri) Abu Bakar dan 'Umar?"
Zaid menjawab: "Semoga Allah mengampuni Abu Bakar dan 'Umar. Aku tidak pernah mendengar seorang pun dari keluargaku yang berlepas tangan dari mereka berdua. Aku tidak pernah mengatakan tentang mereka kecuali yang - baik-balk. Aku ingin mengajak Anda kembali kepada Kitab Allah dan Sunnah Rasul, menghidupkan sunnah Nabi dan menumpas bid'ah. Jika mau mendengarkan, kalian dan aku akan memperoleh kebaikan. Tetapi bila kalian membangkang, maka aku bukanlah penolong kalian."
Mendengar nasihat itu, kontan orang-orang Syiah itu bubar meninggalkan Zaid. Mereka menarik kembali bai'at mereka.
Sejak hari itu, mereka disebut kaum Rafidhah. Adapun orang-orang yang mendengarkan dan menerima nasihat Zaid, mereka disebut Zaidiyyah.
Penduduk Kufah umumnya penganut paham Rafidhah, sedangkan warga Makkah umumnya pengikut mazhab Zaidiyah. Baiknya, kaum Zaidiyah tetap menghargai Abu Bakar dan 'Umar. Jeleknya, mereka lebih mengutamakan 'Ali daripada kedua sahabat tadi. Padahal 'Ali tidak lebih utama dari Abu Bakar dan 'Umar. Bahkan, mungkin tidak -lebih utama daripada 'Utsman, menurut paham Sunni yang benar dan sahih.
Menurut al-Mas'udi dalam "Muruj adz-Dzahab", Zaid ibn 'Ali pernah berkata kepada kaum Syiah yang menuntut agar Zaid berlepas tangan dari Abu Bakar dan 'Umar.
Kata Zaid: "Abu Bakar dan Umar itu pemimpin kakekku. Maka aku tidak bisa melupakan mereka." Mendengar itu, orang-orang Syiah bubar, menyempal.
Kaum Rafidah mempercayai, para imam itu ma'shum alias bebas-salah. Mereka memberikan segala kehormatan Nabi (selain kenabian) kepada para imam. Mereka juga mempercayai kedatangan kembali imam Muntadhar (imam tertunggu) yang sementara ini menghilang, tanpa meninggal. Mereka mempunyai pemikiran khusus, yang sangat berbeda dari dasar pemikiran Sunni .
Adapun kaum Syiah, mereka itu pencinta berat keluarga Nabi (ahl al-bayt). Mereka lebih mengutamakan Ahl al-Bayt daripada sahabat yang bukan keluarga Nabi. Tetapi mereka tidak membenci, memaki atau mengkafirkan para sahabat, terutama Abu Bakar dan 'Umar.
Dalam Minhaj al-Sunnah, Ibnu Taimiyyah mengemukakan alasan mengapa ada sekte Syiah yang disebut Rafidhah. Menurut ibn Taimiyyah, sejak Zaid tampil ke gelanggang politik, Syiah terpecah menjadi dua, yaitu golongan Rafidhah dan golongan Zaidiyyah.
Ketika ditanya mengenai Abu Bakar dan 'Umar, Zaid menyatakan simpatinya kepada kedua sahabat itu. Zaid mendoakan keduanya. Sekelompok pengikutnya kemudian meninggalkan Zaid.
Zaid berkata kepada mereka: "Apakah kalian menyempal dariku?"
Sejak mereka menyempal dari Zaid itu, istilah Rafidah muncul. Adapun kaum Syiah yang tetap setia kepada Zaid, mereka itu diberi nama Zaidiyah, artinya, yang memihak kepada Zaid.
Ibnu Taimiyyah juga menjelaskan, Ali ibn Abi Thalib pernah berpidato di mimbar, di kota Kufah. Katanya: "Umat Islam terbaik setelah Nabi Muhammad adalah Abu Bakar dan 'Umar."
Orang Syiah yang mengenal 'Ali dan hidup seangkatan dengannya, tidak pernah berselisih paham mengenai keutamaan Abu Bakar dan Umar. Akan tetapi mereka berbeda pendapat menentukan siapa yang lebih utama antara 'Utsman dan 'Ali. Itu diakui oleh para tokoh Syiah yang terdahulu dan yang belakangan.
Abul Qasim al-Balhi juga menyebutkan sama. la menceritakan, seseorang bertanya kepada Syarik ibn 'Abdillah, "Siapa yang lebih utama di antara Abu Bakar dan 'Ali? "Abu Bakar," jawab Syarik.
Baca Juga
Ketika ditanya, mengapa dia menjawab begitu, padahal dia seorang Syiah, Syarik menjawab bahwa orang yang tidak berkata begitu bukanlah seorang Syiah. "Demi Allah, 'Ali ibn Abi Thalib berkata di atas mimbar: 'Ingatlah, sesungguhnya umat Islam yang terbaik setelah Nabi adalah Abu Bakar, kemudian 'Umar." "Lalu mengapa?" tanya Syarik, "Anda menolak pernyataan 'Ali ini? Bagaimana Anda bisa mendustakan 'Ali? Sungguh, 'Ali bukanlah pendusta atau pembohong."
Mahmud az-Zaby dalam bukunya berjudul "Al-Bayyinat, fi ar-Radd' ala Abatil al-Muraja'at" yang diterjemahkan Ahmadi Thaha dan Ilyas Ismail menjadi "Sunni yang Sunni -- Tinjauan Dialog Sunnah-Syi'ahnya al-Musawi" (Penerbit Pustaka, 1989) mengatakan karena tidak mengerti, seringkali orang menyebut rafadh bagi pencinta keluarga Nabi, tanpa membedakan antara istilah rafadh dan tasyayyu'. Ada sya'ir begini: "Jika mencintai Ahl al Bayt disebut Rafadh, maka saksikanlah bahwa aku penganut paham Rafidhah."
Ibnu Katsir dalam "Al-Bidayah wan-Nihayah" menceritakan, pada suatu saat kaum Syiah berkumpul bersama Zaid. Mereka bertanya kepada Zaid: "Apa maksud perkataan Anda, Allah memberi rahmat kepada Anda pada (diri) Abu Bakar dan 'Umar?"
Zaid menjawab: "Semoga Allah mengampuni Abu Bakar dan 'Umar. Aku tidak pernah mendengar seorang pun dari keluargaku yang berlepas tangan dari mereka berdua. Aku tidak pernah mengatakan tentang mereka kecuali yang - baik-balk. Aku ingin mengajak Anda kembali kepada Kitab Allah dan Sunnah Rasul, menghidupkan sunnah Nabi dan menumpas bid'ah. Jika mau mendengarkan, kalian dan aku akan memperoleh kebaikan. Tetapi bila kalian membangkang, maka aku bukanlah penolong kalian."
Mendengar nasihat itu, kontan orang-orang Syiah itu bubar meninggalkan Zaid. Mereka menarik kembali bai'at mereka.
Sejak hari itu, mereka disebut kaum Rafidhah. Adapun orang-orang yang mendengarkan dan menerima nasihat Zaid, mereka disebut Zaidiyyah.
Penduduk Kufah umumnya penganut paham Rafidhah, sedangkan warga Makkah umumnya pengikut mazhab Zaidiyah. Baiknya, kaum Zaidiyah tetap menghargai Abu Bakar dan 'Umar. Jeleknya, mereka lebih mengutamakan 'Ali daripada kedua sahabat tadi. Padahal 'Ali tidak lebih utama dari Abu Bakar dan 'Umar. Bahkan, mungkin tidak -lebih utama daripada 'Utsman, menurut paham Sunni yang benar dan sahih.
Menurut al-Mas'udi dalam "Muruj adz-Dzahab", Zaid ibn 'Ali pernah berkata kepada kaum Syiah yang menuntut agar Zaid berlepas tangan dari Abu Bakar dan 'Umar.
Kata Zaid: "Abu Bakar dan Umar itu pemimpin kakekku. Maka aku tidak bisa melupakan mereka." Mendengar itu, orang-orang Syiah bubar, menyempal.
(mhy)