Jangan Meremehkan Amalan-amalan Kecil, Begini Pahalanya!
loading...
A
A
A
Sungguh para salaf atau orang-orang saleh terdahulu memiliki prinsip dalam beramal saleh, yaitu mereka tidak pernah meremehkan amalan kecil apa pun karena hal itu termasuk al-makruf atau kebajikan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Janganlah engkau memandang rendah sedikit pun suatu kebajikan, walaupun sekadar bertemu saudaramu dengan wajah berseri-seri.” (HR Muslim no 2626)
Ustaz Amir Sahidin MAg, Pengajar PPTQ Ibnu Mas’ud, Purbalingga menjelaskan, selain hadis di atas dalam banyak riwayat lain Rasulullah menegaskan bahwa amalan remeh semisal berbicara dengan senyum pun termasuk al-makruf.
Seperti dalam hadis berikut:
“Janganlah engkau memandang remeh perkara makruf. Berbicaralah dengan saudaramu dengan wajah penuh senyum dan berseri-seri sebab itu termasuk perkara makruf.”(HR Abu Dawud)
Menurut Pengajar PPTQ Ibnu Mas’ud, Purbalingga itu, kedua hadis tersebut secara tegas menjelaskan agar kita tidak meremehkan amalan baik sekecil apa pun. Karena bisa jadi, amal kecil tersebut Allah ridhai dan menjadi sebab kita masuk ke dalam surga Allah subhanahu wata’ala.
Hal ini sebagaimana hadis riwayat al-Bukhari no. 3143 dan Muslim no. 2245, yang mengisahkan tentang seorang pelacur yang diampuni oleh Allah subhanahu wata’ala lantaran memberi air minum seekor anjing.
Rasulullah bersabda dalam redaksi al-Bukhari,
“Telah diampuni seorang wanita pezina. Sebab ia pernah melewati seekor anjing di dekat sebuah sumur yang sedang menjulurkan lidahnya dalam kondisi hampir mati kehausan. Wanita pelacur tersebut segera melepas sepatunya dan mengikatnya dengan kerudungnya, kemudian ia mengambil air dari sumur itu. Karena perbuatannya itulah dosa-dosanya diampuni.”
"Sebaliknya, kita pun tidak boleh meremehkan perbuatan buruk sekecil apa pun. Karena bisa jadi, perbuatan itu mengundang murka Alllah dan menjadi sebab kita diseret ke dalam neraka Allah subhanahu wata’ala,"ujarnya dalam salah satu ceramahnya yang dilansir laman dakwah baru-baru ini.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya terkait seseorang yang rajin beribadah kepada Allah, namun sering menyakiti tetangga dengan lisannya. Maka Rasulullah pun mengabarkan bahwa ia termasuk penghuni neraka.
Rasulullah bersabda, hadits riwayat al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, nomor 119,
Dikatakan pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya fulanah rajin mengerjakan shalat malam dan berpuasa sunah di siang hari, dia juga gemar mengerjakan kebaikan dan bersedekah. Namun, ia sering menyakiti tetangganya dengan lisannya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak ada kebaikan padanya, ia termasuk penghuni neraka.”
Lebih dari itu, Rasulullah juga pernah menggambarkan bahwa ada seseorang yang dimasukkan ke dalam neraka lantaran seekor kucing, yaitu karena ia mengurung kucing tersebut hingga mati kelaparan.
Rasulullah bersabda,
“Ada seorang wanita yang diazab lantaran mengurung seekor kucing hingga kucing itu mati. Karena itulah ia dimasukkan ke dalam neraka. Kucing itu dikurungnya tanpa diberikan makan dan minum, tidak juga dilepaskan sehingga dapat memakan serangga-serangga bumi.”(HR Bukhari dan Muslim)
"Semua hal ini menunjukkan kepada kita bahwa kita tidak boleh meremehkan amalan kecil, sekecil apa pun itu. Jika amalan tersebut merupakan kebaikan maka marilah kita laksanakan, dan jika itu keburukan maka marilah kita tinggalkan,"paparnya.
Kelak di akhirat kita akan mendapatkan balasan dari amalan kita selama di dunia, sekecil apa pun itu. Allah subhanahu wata’ala berfirman, dalam al-Quran Surat Az-Zalzalah: 7—8,
“Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya. Siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya.”
Allah mengaruniainya umur yang panjang, yaitu 98 tahun, dari kelahirannya tahun 401 H hingga tahun 499 H beliau wafat.
Karena keistimewaan Abu Mansur al-Khayyath ini, Imam adz-Dzahabi dalam kitabnya Siyar A’lam an-Nubala`, vol. 14, halaman 212, menggelarinya dengan sebutan al-Imam al-Qudwah ‘imam teladan’, al-Muqri` ‘pengajar al-Quran’, Syaikhul Islam ‘ulama besar’, dan az-Zahid ‘ahli zuhud’. Hal ini menunjukkan akan keluasan ilmu dan kesungguhan beliau dalam mengajarkan al-Quran.
Untuk itulah, Abu Mansur al-Khayyath memiliki murid yang sangat banyak hingga mencapai 70 ribu murid yang telah belajar al-Quran bersamanya.
Sehingga tatkala beliau wafat, lautan manusia mengiringi jenazahnya hingga ke liang lahad. Sampai-sampai ada seorang Yahudi yang masuk Islam karena takjub dengan banyaknya orang yang mengiringi jenazah beliau. La haula wala quwata illa billah.
Lebih menariknya lagi, Imam adz-Dzahabi menyebutkan bahwa as-Sam’ani, sabahat Abu Mansur al-Khayyath, mengatakan bahwa ia bermimpi melihat Abu Mansur al-Khayyath berkata, “Sungguh Allah telah mengampuniku karena aku mengajarkan al-Fatihah kepada seorang anak kecil.”
"Masyaallah. Amalan yang seakan remeh, hanya mengajarkan al-Fatihah kepada seorang anak kecil, namun dapat mendatangkan ampunan Allah,"pungkasnya.
Wallahu A'lam
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوْفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ
“Janganlah engkau memandang rendah sedikit pun suatu kebajikan, walaupun sekadar bertemu saudaramu dengan wajah berseri-seri.” (HR Muslim no 2626)
Ustaz Amir Sahidin MAg, Pengajar PPTQ Ibnu Mas’ud, Purbalingga menjelaskan, selain hadis di atas dalam banyak riwayat lain Rasulullah menegaskan bahwa amalan remeh semisal berbicara dengan senyum pun termasuk al-makruf.
Seperti dalam hadis berikut:
وَلَا تَحْقِرَنَّ شَيْئًا مِنْ الْمَعْرُوفِ وَأَنْ تُكَلِّمَ أَخَاكَ وَأَنْتَ مُنْبَسِطٌ إِلَيْهِ وَجْهُكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ الْمَعْرُوفِ
“Janganlah engkau memandang remeh perkara makruf. Berbicaralah dengan saudaramu dengan wajah penuh senyum dan berseri-seri sebab itu termasuk perkara makruf.”(HR Abu Dawud)
Menurut Pengajar PPTQ Ibnu Mas’ud, Purbalingga itu, kedua hadis tersebut secara tegas menjelaskan agar kita tidak meremehkan amalan baik sekecil apa pun. Karena bisa jadi, amal kecil tersebut Allah ridhai dan menjadi sebab kita masuk ke dalam surga Allah subhanahu wata’ala.
Hal ini sebagaimana hadis riwayat al-Bukhari no. 3143 dan Muslim no. 2245, yang mengisahkan tentang seorang pelacur yang diampuni oleh Allah subhanahu wata’ala lantaran memberi air minum seekor anjing.
Rasulullah bersabda dalam redaksi al-Bukhari,
غُفِرَ لِامْرَأَةٍ مُومِسَةٍ مَرَّتْ بِكَلْبٍ عَلَى رَأْسِ رَكِيٍّ يَلْهَثُ، قَالَ: كَادَ يَقْتُلُهُ الْعَطَشُ، فَنَزَعَتْ خُفَّهَا، فَأَوْثَقَتْهُ بِخِمَارِهَا، فَنَزَعَتْ لَهُ مِنَ الْمَاءِ، فَغُفِرَ لَهَا بِذَلِكَ
“Telah diampuni seorang wanita pezina. Sebab ia pernah melewati seekor anjing di dekat sebuah sumur yang sedang menjulurkan lidahnya dalam kondisi hampir mati kehausan. Wanita pelacur tersebut segera melepas sepatunya dan mengikatnya dengan kerudungnya, kemudian ia mengambil air dari sumur itu. Karena perbuatannya itulah dosa-dosanya diampuni.”
"Sebaliknya, kita pun tidak boleh meremehkan perbuatan buruk sekecil apa pun. Karena bisa jadi, perbuatan itu mengundang murka Alllah dan menjadi sebab kita diseret ke dalam neraka Allah subhanahu wata’ala,"ujarnya dalam salah satu ceramahnya yang dilansir laman dakwah baru-baru ini.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya terkait seseorang yang rajin beribadah kepada Allah, namun sering menyakiti tetangga dengan lisannya. Maka Rasulullah pun mengabarkan bahwa ia termasuk penghuni neraka.
Rasulullah bersabda, hadits riwayat al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, nomor 119,
قِيْلَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا رَسُوْلَ اللَّهِ إِنَّ فُلَانَةً تَقُوْمُ اللَّيْلَ وَتَصُوْمُ النَّهَارَ وَتَفْعَلُ وَتَصَدَّقُ، وَتُؤْذِي جِيرَانَهَا بِلِسَانِهَا؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا خَيْرَ فِيْهَا هِيَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ
Dikatakan pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya fulanah rajin mengerjakan shalat malam dan berpuasa sunah di siang hari, dia juga gemar mengerjakan kebaikan dan bersedekah. Namun, ia sering menyakiti tetangganya dengan lisannya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak ada kebaikan padanya, ia termasuk penghuni neraka.”
Lebih dari itu, Rasulullah juga pernah menggambarkan bahwa ada seseorang yang dimasukkan ke dalam neraka lantaran seekor kucing, yaitu karena ia mengurung kucing tersebut hingga mati kelaparan.
Rasulullah bersabda,
عُذِّبَتِ امْرَأَةٌ فِي هِرَّةٍ سَجَنَتْهَا حَتَّى مَاتَتْ فَدَخَلَتْ فِيهَا النَّارَ. لَا هِيَ أَطْعَمَتْهَا وَلَا سَقَتْهَا إِذْ حَبَسَتْهَا، وَلَا هِيَ تَرَكَتْهَا تَأْكُلُ مِنْ خَشَاشِ الْأَرْضِ
“Ada seorang wanita yang diazab lantaran mengurung seekor kucing hingga kucing itu mati. Karena itulah ia dimasukkan ke dalam neraka. Kucing itu dikurungnya tanpa diberikan makan dan minum, tidak juga dilepaskan sehingga dapat memakan serangga-serangga bumi.”(HR Bukhari dan Muslim)
"Semua hal ini menunjukkan kepada kita bahwa kita tidak boleh meremehkan amalan kecil, sekecil apa pun itu. Jika amalan tersebut merupakan kebaikan maka marilah kita laksanakan, dan jika itu keburukan maka marilah kita tinggalkan,"paparnya.
Kelak di akhirat kita akan mendapatkan balasan dari amalan kita selama di dunia, sekecil apa pun itu. Allah subhanahu wata’ala berfirman, dalam al-Quran Surat Az-Zalzalah: 7—8,
فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ
“Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya. Siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya.”
Kisah Abu Mansur al-Khayyath
Ustaz Amir juga menceritakan kisah Abu Mansur al-Khayyath. Abu Mansur al-Khayyath adalah seorang ulama yang menghabiskan hidupnya untuk ta’limul qur’an (mengajarkan al-Quran).Allah mengaruniainya umur yang panjang, yaitu 98 tahun, dari kelahirannya tahun 401 H hingga tahun 499 H beliau wafat.
Karena keistimewaan Abu Mansur al-Khayyath ini, Imam adz-Dzahabi dalam kitabnya Siyar A’lam an-Nubala`, vol. 14, halaman 212, menggelarinya dengan sebutan al-Imam al-Qudwah ‘imam teladan’, al-Muqri` ‘pengajar al-Quran’, Syaikhul Islam ‘ulama besar’, dan az-Zahid ‘ahli zuhud’. Hal ini menunjukkan akan keluasan ilmu dan kesungguhan beliau dalam mengajarkan al-Quran.
Untuk itulah, Abu Mansur al-Khayyath memiliki murid yang sangat banyak hingga mencapai 70 ribu murid yang telah belajar al-Quran bersamanya.
Sehingga tatkala beliau wafat, lautan manusia mengiringi jenazahnya hingga ke liang lahad. Sampai-sampai ada seorang Yahudi yang masuk Islam karena takjub dengan banyaknya orang yang mengiringi jenazah beliau. La haula wala quwata illa billah.
Lebih menariknya lagi, Imam adz-Dzahabi menyebutkan bahwa as-Sam’ani, sabahat Abu Mansur al-Khayyath, mengatakan bahwa ia bermimpi melihat Abu Mansur al-Khayyath berkata, “Sungguh Allah telah mengampuniku karena aku mengajarkan al-Fatihah kepada seorang anak kecil.”
"Masyaallah. Amalan yang seakan remeh, hanya mengajarkan al-Fatihah kepada seorang anak kecil, namun dapat mendatangkan ampunan Allah,"pungkasnya.
Baca Juga
Wallahu A'lam
(wid)