Pembebasan Irak: Kisah Khalid bin Walid Kalahkan Pasukan Persia di Mazar
loading...
A
A
A
Benar apa yang dikatakan Khalid kepada Ormizd dulu: "Aku datang kepadamu dengan pasukan yang cinta mati, seperti juga kalian yang cinta hidup."
Kedua belah pihak akhirnya bertempur berhadap-hadapan. Qarin, Kobad dan Anusyagan terbunuh di depan mata pasukannya sendiri. Pedang pasukan Muslimin memenggal leher serdadu-serdadu Persia itu dari segenap penjuru.
Pasukan Persia yang sudah membayangkan akan memperoleh kemenangan bila berhadapan dengan Khalid temyata mereka lari lintang pukang mencari selamat, menuju ke kapal yang akan menyeberangkan mereka. Begitu banyak pasukan Muslimin menghadapi rampasan perang yang ditinggalkan musuh. Tetapi untuk mengejar terus, mereka terhalang oleh air.
Khalid tinggal di Mazar. Rampasan perang diserahkan kepada siapa pun yang telah mengusahakannya dan berapa pun jumlahnya, dan seperlimanya dibagikan kepada mereka yang telah benar-benar berjuang.
Selama tinggal di Mazar, orang-orang keturunan Persia yang ikut berperang dan dulu membantu mereka ditawan. Para petani dan semua orang yang membayar pajak dibiarkan. Di antara mereka yang ditawan dalam peristiwa itu termasuk ayah Hasan Basri.
Setelah keadaan tenang kembali Khalid ingin mengamankan hubungannya dengan Teluk Persia. Ia mengangkat beberapa panglima atas pasukan yang tinggal di Hafir dan di Jembatan Besar dan mengangkat beberapa pejabat untuk mengurus pajak. Dia sendiri tetap tinggal di tempatnya memperhatikan berita-berita sekitar gerak gerik musuh.
Dia tidak mengira - sementara ia masih tinggal di dekat Teluk Persia - bahwa ia sudah akan dapat melumpuhkan kekuatan Persia di Irak. Dari Hirah jaraknya masih jauh. Hirah berada hampir di pertengahan jalan antara Teluk Persia dengan Mada'in. Di sebelah utara Mada'in di wilayah Persia itu masih banyak tentara Persia.
Pasukan Muslimin sudah memperkirakan bahwa Persia akan meminta bantuan kabilah-kabilah Arab di Irak. Kabilah-kabilah ini tersebar di perbatasan-perbatasan Irak dan pedalaman, juga tersebar di Mesopotamia, yang kebanyakan penduduknya beragama Nasrani.
Bagi Persia yang beragama Majusi mereka bukan masalah. Bilamana Muslimin datang dan mengajak mereka kepada Islam atau membayar jizyah, mereka beranggapan lebih baik tetap dengan kebebasan mereka itu. Sudah tentu mereka akan bergabung dan membantu pihak Persia. Semua ini adalah kemungkinan-kemungkinan yang terbayang dalam pikiran Jenderal jenius itu, dan sudah diperhitungkannya matang-matang.
Kedua belah pihak akhirnya bertempur berhadap-hadapan. Qarin, Kobad dan Anusyagan terbunuh di depan mata pasukannya sendiri. Pedang pasukan Muslimin memenggal leher serdadu-serdadu Persia itu dari segenap penjuru.
Pasukan Persia yang sudah membayangkan akan memperoleh kemenangan bila berhadapan dengan Khalid temyata mereka lari lintang pukang mencari selamat, menuju ke kapal yang akan menyeberangkan mereka. Begitu banyak pasukan Muslimin menghadapi rampasan perang yang ditinggalkan musuh. Tetapi untuk mengejar terus, mereka terhalang oleh air.
Khalid tinggal di Mazar. Rampasan perang diserahkan kepada siapa pun yang telah mengusahakannya dan berapa pun jumlahnya, dan seperlimanya dibagikan kepada mereka yang telah benar-benar berjuang.
Selama tinggal di Mazar, orang-orang keturunan Persia yang ikut berperang dan dulu membantu mereka ditawan. Para petani dan semua orang yang membayar pajak dibiarkan. Di antara mereka yang ditawan dalam peristiwa itu termasuk ayah Hasan Basri.
Setelah keadaan tenang kembali Khalid ingin mengamankan hubungannya dengan Teluk Persia. Ia mengangkat beberapa panglima atas pasukan yang tinggal di Hafir dan di Jembatan Besar dan mengangkat beberapa pejabat untuk mengurus pajak. Dia sendiri tetap tinggal di tempatnya memperhatikan berita-berita sekitar gerak gerik musuh.
Dia tidak mengira - sementara ia masih tinggal di dekat Teluk Persia - bahwa ia sudah akan dapat melumpuhkan kekuatan Persia di Irak. Dari Hirah jaraknya masih jauh. Hirah berada hampir di pertengahan jalan antara Teluk Persia dengan Mada'in. Di sebelah utara Mada'in di wilayah Persia itu masih banyak tentara Persia.
Pasukan Muslimin sudah memperkirakan bahwa Persia akan meminta bantuan kabilah-kabilah Arab di Irak. Kabilah-kabilah ini tersebar di perbatasan-perbatasan Irak dan pedalaman, juga tersebar di Mesopotamia, yang kebanyakan penduduknya beragama Nasrani.
Bagi Persia yang beragama Majusi mereka bukan masalah. Bilamana Muslimin datang dan mengajak mereka kepada Islam atau membayar jizyah, mereka beranggapan lebih baik tetap dengan kebebasan mereka itu. Sudah tentu mereka akan bergabung dan membantu pihak Persia. Semua ini adalah kemungkinan-kemungkinan yang terbayang dalam pikiran Jenderal jenius itu, dan sudah diperhitungkannya matang-matang.
(mhy)