Dendam Perempuan, Nabi Palsu dari Banu Tamim

Jum'at, 14 Agustus 2020 - 05:00 WIB
loading...
Dendam Perempuan, Nabi...
Ilustrasi/Ist
A A A
LETAK perkampungan Banu Tamim berdekatan dengan Banu Amir ke arah selatan, berseberangan dengan Madinah dari arah timur yang membentang ke arah Teluk Persia, dan di bagian timur laut bersambung dengan muara sungai Furat (Euphrate). ( )

Pada zaman jahiliyah dan pada masa Nabi, Banu Tamim menduduki tempat terhormat, karena keberanian dan kemurahan hatinya yang sudah menjadi ciri khasnya serta keunggulan kaum lelakinya sebagai pahlawan dan penyair.

Sejarah sudah mencatat peristiwa-peristiwa penting yang diperankan oleh cabang-cabang kabilah ini, seperti Banu Hanzalah, Darim, Banu Malik dan Banu Yarbu'.

Hubungan para kabilah itu dengan muara Furat dan Teluk Persia menyebabkan saling berpindahnya penduduk Semenanjung dengan penduduk Irak , dan yang menyebabkan juga adanya hubungan mereka dengan Persia. Sebagai akibatnya, banyak di antara mereka yang kemudian menganut agama Nasrani meskipun sebagian besar masih tetap menyembah berhala .

Setelah Islam tersebar di kalangan mereka, mereka tetap berpegang pada kebebasan mereka sendiri — hati belum senang menerimanya. Oleh karena itu mereka merupakan kabilah yang memelopori penolakan membayar zakat tatkala Rasulullah mengutus para pemungut zakat ke tempat itu.

Muhammad Husain Haekal dalam As-Siddiq Abu Bakr menyebut Banu Anbar dari cabang kabilah Tamim cepat-cepat mengambil panah dan pedang ketika didatangi oleh pengumpul zakat 'usyr. Setelah Uyainah bin Hisn berangkat atas perintah Nabi. Di antara mereka itu ada yang dibunuh dan ditawan. Sebuah delegasi yang terdiri dari pemuka-pemuka mereka kemudian datang ke Madinah dan masuk ke dalam mesjid dengan memanggil-manggil Nabi dari luar biliknya.

Mereka meminta para tawanan itu dikembalikan dan menyebutkan juga peristiwa mereka dengan Nabi di Hunain dulu serta kabilah mereka yang terpandang di kalangan orang-orang Arab.

Tiba waktu salat , Nabi keluar menemui mereka. Mereka mengatakan bahwa kedatangan mereka itu hendak berlomba pidato dan syair dengan Nabi. Tantangan itu diterima. Ahli pidato Nabi lebih unggul, begitu juga penyair Nabi. Mereka mengaku kalah dan masuk Islam.

Semua tawanan oleh Nabi dibebaskan dan dikembalikan kepada kaumnya. Peristiwa ini membuat mereka sangat gembira. Ketika Rasulullah wafat ada beberapa orang wakil Nabi di Banu Tamim, di antaranya Malik bin Nuwairah yang memimpin Banu Yarbu'.

Para wakil itu berselisih pendapat mengenai apa yang harus diperbuat setelah mereka mendapat berita bahwa Nabi telah wafat: akan menunaikan zakat itu kepada Khalifah Abu Bakar , ataukah akan membagi-bagikannya di antara sesama mereka.

Persaingan mereka ini tampak jelas sekali dalam perselisihan itu. Bahkan persaingan ini mengakibatkan terjadinya saling bunuh di antara mereka. Yang sebagian mengakui kekuasaan Madinah , dan yang sebagian lagi menentang.

Malik bin Nuwairah termasuk orang yang membagikan zakat itu dan ia menganggap Abu Bakar tidak berhak memungutnya. Dengan begitu berarti ia sudah membuat permusuhan dengan Muslimin dan patut diperangi.



Kedatangan Sajah
Sementara mereka sedang berselisih tiba-tiba datang Sajah bint Haris dari barat laut Mesopotamia di Irak bersama-sama sekelompok orang Taglib dengan membawa pasukan tentara dari kabilah Rabi'ah, Nimr, Iyad dan Syaiban.

Nama lengkapnya adalah Sajah binti Al Harits ibn Suwaid ibn Aqfan . Ia mendapati pengetahuan tentang agama dan kitab-kitab suci, dari budaya masyarakatnya yang cinta ilmu pengetahuan .

Sajah adalah seorang perempuan dari kelompok Yarbu', yang masih termasuk Banu Tamim. Orang-orang Taglib di Irak masih pernah paman dari pihak ibu. Ia kawin dengan kalangan mereka dan tinggal di tengah-tengah mereka pula. Mereka menganut agama Nasrani. Seperti juga orang-orang Yahudi dan Nasrani, ia menaruh dendam kepada Nabi Muhammad SAW dan kepada pengikutnya, sama halnya dengan pihak Persia dan Romawi.

Dia memang perempuan cerdas, menempatkan diri sebagai dukun dan tahu bagaimana memimpin kaum laki-laki .

Setelah ia mendengar Rasulullah sudah wafat, ia mendatangi golongannya dan kabilah-kabilah di sekitarnya dengan tujuan hendak rnengerahkan mereka menyerbu Madinah dan memerangi Khalifah Abu Bakar.

Beberapa sejarawan berpendapat bahwa kedatangan Sajah dari Irak utara ke Semenanjurig Arab yang diikuti oleh orang-orangnya dan kabilah-kabilah sekitarnya, bukan karena kedukunannya atau karena ambisi pribadi, tetapi karena dorongan pihak Persia dan pejabat-pejabatnya di Irak, supaya pemberontakan di Semenanjung itu makin berkobar.

Maksudnya untuk mengembalikan kekuasaan Persia di beberapa tempat yang sudah mulai menurun setelah Nabi Muhammad menempatkan Bazan sebagai wakilnya di Yaman, dan yang sebelum itu sebagai penguasa Kisra.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3156 seconds (0.1#10.140)