Mukjizat Turun Ketika Pasukan Muslim Perangi Kaum Murtad di Bahrain
loading...
A
A
A
BAHRAIN merupakan sekeping tanah sempit menyusuri pantai Hajar di Teluk Persia yang memanjang dari Qatif ke Oman . Di sana sini padang pasir hampir bersambung dengan laut Teluk, sedang di bagian hulu bersambung dengan Yamamah, yang hanya dipisahkan oleh bukit barisan yang mudah dilewati bila menurun. (
)
Banu Bakar dan Banu Abdul Qais dari kabilah Rabi'ah tinggal di Bahrain ini dan di Hajar. Bersama mereka tinggal pula sekelompok pedagang dari India dan Persia dan mereka menempati bandar-bandar di muara Sungai Furat ke Aden.
Mereka sudah bersanak semenda dengan penduduk setempat dan sudah beranak pinak. ( )
Raja kawasan itu, al-Munzir bin Sawa al-Abdi, seorang Nasrani , sudah memeluk Islam ketika diajak oleh Ala' bin al-Hadrami yang pada tahun kesembilan Hijri diutus oleh Nabi ke Bahrain.
Sesudah masuk Islam pun al-Munzir ini tetap sebagai raja atas kaumnya itu. Dia mengajak orang menganut Islam seperti yang dilakukan oleh Jarud bin Mu'alla al-Abdi. Jarud ini pernah datang kepada Nabi di Madinah , ia masuk Islam dan mendalami ajaran agama . Kemudian ia kembali ke kabilahnya, mengajak mereka masuk ke dalam agama yang benar ini sambil mengajarkan seluk beluk agama kepada mereka.
( 1 ), ( 2 ), dan ( 3 )
Al-Munzir bin Sawa wafat dalam bulan yang sama ketika Nabi wafat. Setelah itu penduduk Bahrain berbalik jadi murtad semua, tak berbeda dengan daerah-daerah lain di Semenanjung itu, yang juga murtad.
Pergolakan karena pemurtadan ini menyebabkan Ala' bin al-Hadrami lari dari Bahrain, begitu juga utusan-utusan Nabi yang lain lari dari daerah-daerah yang murtad itu. Tetapi Jarud al-Abdi tetap bertahan dalam keislamannya, bahkan ketika ia menanyakan kepada kabilahnya apa sebab mereka murtad, mereka menjawab: Kalau Muhammad seorang nabi ia tak akan mati.
“Kamu tahu,” kata Jarud, “Dulu nabi-nabi itu banyak, apa yang terjadi? Bahwa Muhammad Sallallahu 'alaihi wa sallam juga wafat seperti para nabi sebelumnya itu,” jelas Jarud pula. “Aku bersaksi, tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad hamba dan Rasul-Nya.”
Mereka semua pun mengucapkan kalimat syahadat itu dan mereka kembali dan bertahan dengan Islam. Kembalinya Banu Abdul Qais tidak merintangi penduduk Bahrain dari pemurtadannya.
Dengan dipimpin oleh al-Hutam bin Dabi'ah, saudara Banu Qais bin Sa'labah bahkan mereka yang tetap kukuh itu berkumpul dan mengembalikan kerajaan kepada keluarga al-Munzir. Sebagai rajanya mereka menobatkan al-Munzir bin Nu'man al-Munzir al-Garur (yang menyesatkan).
Mereka berusaha agar Jarud dan pengikut-pengikutnya meninggalkan Islam. Tetapi segala usaha mereka tak berhasil. Melihat keadaan demikian, Hutam pergi ke Qatif dan ke Hajar. Ia berusaha membujuk warga keturunan Persia kedua tempat itu, dan merangkul mereka yang belum masuk Islam. Ia mengepung Jarud dan sahabat-sahabatnya yang lain di kawasan Juwasa, dengan mendapat bantuan dari Persia dan istananya.
Mereka mengepung Jarud dan sahabat-sahabatnya demikian rupa sehingga mereka hampir mati kelaparan. Sungguhpun begitu tak seorang pun dari mereka yang keluar dari Islam.
Sementara itu Khalifah Abu Bakar sudah mengutus Ala' bin Hadrami kembali ke Bahrain memimpin sebuah brigade dari kesebelas brigade untuk menghadapi golongan murtad tersebut. Keberangkatan Ala' ini setelah Khalid bin Walid dapat menumpas Musailimah dan pengikut-pengikutnya.
Muhammad Husain Haekal dalam As-Siddiq Abu Bakr menyebut saat melalui Yamamah mereka yang sudah kembali kepada Islam cepat-cepat bergabung kepada Ala'. Dari kalangan Muslimin kemudian menyusul Sumamah bin Asal dan kaumnya, Qais bin Asim al-Minqari dan sekian banyak lagi di Yaman dan kabilah-kabilah lain yang sudah merasa bahwa kekuatan dan kekuasaan Muslimin tak dapat tidak akan kembali seperti sediakala.
Tidak heran kalau begitu! Haekal mengatakan pada setiap bangsa dan zaman manusia cenderung pada yang kuat, sebab mereka menduga bahwa kebenaran dan kekuatan itu saling menopang. Segala yang dasarnya ketidakadilan dan kezaliman, menurut hemat mereka tak akan dapat berdiri. Sebelum dulu bergabung dengan Ala', Qais bin Asim dan kaumnya termasuk orang yang enggan mengeluarkan zakat dan sedekah. Tatkala Ala' singgah di Yamamah sesudah kemenangan Khalid, Qais kembali kepada Islam dan mau mengumpulkan zakat dan menyerahkannya kepada Ala', la sudah membatalkan niatnya semula dan bersama-sama dengan Ala' menghadapi Bahrain.
Bersama pasukannya, Ala' meluncur terus mengarungi gurun Dahna' ke tempat tujuannya. Setelah malam tiba ia memerintahkan pasukannya berhenti dan turun dari kendaraan agar tidak tersesat di padang pasir. Sesudah mereka berhenti, unta-unta itu terpencar di Sahara dan kabur bersama persediaan makanan dan minuman yang dibawanya. Tak ada lagi yang akan mereka makan atau minum.
Pada saat itulah mereka hanya dipengaruhi oleh perasaan sedih. Mereka yakin hanya berhadapan dengan maut. Satu sama lain mereka sudah saling berwasiat. Tetapi Ala' berkata kepada mereka: "Apa yang ini terjadi? Apa yang mempengaruhi kamu?"
"Bagaimana kami dapat disalahkan," jawab mereka. "Kalau sampai besok, sebelum terik matahari sempat membakar kami, kami sudah tinggal jadi cerita orang."
Dengan kalbu penuh iman Ala' berkata lagi: "Saudara-saudara! Jangan takut. Bukankah kita Muslimin? Bukankah kita berjuang di jalan Allah? Bukankah kita berjuang membela agama Allah?"
Banu Bakar dan Banu Abdul Qais dari kabilah Rabi'ah tinggal di Bahrain ini dan di Hajar. Bersama mereka tinggal pula sekelompok pedagang dari India dan Persia dan mereka menempati bandar-bandar di muara Sungai Furat ke Aden.
Mereka sudah bersanak semenda dengan penduduk setempat dan sudah beranak pinak. ( )
Raja kawasan itu, al-Munzir bin Sawa al-Abdi, seorang Nasrani , sudah memeluk Islam ketika diajak oleh Ala' bin al-Hadrami yang pada tahun kesembilan Hijri diutus oleh Nabi ke Bahrain.
Sesudah masuk Islam pun al-Munzir ini tetap sebagai raja atas kaumnya itu. Dia mengajak orang menganut Islam seperti yang dilakukan oleh Jarud bin Mu'alla al-Abdi. Jarud ini pernah datang kepada Nabi di Madinah , ia masuk Islam dan mendalami ajaran agama . Kemudian ia kembali ke kabilahnya, mengajak mereka masuk ke dalam agama yang benar ini sambil mengajarkan seluk beluk agama kepada mereka.
( 1 ), ( 2 ), dan ( 3 )
Al-Munzir bin Sawa wafat dalam bulan yang sama ketika Nabi wafat. Setelah itu penduduk Bahrain berbalik jadi murtad semua, tak berbeda dengan daerah-daerah lain di Semenanjung itu, yang juga murtad.
Pergolakan karena pemurtadan ini menyebabkan Ala' bin al-Hadrami lari dari Bahrain, begitu juga utusan-utusan Nabi yang lain lari dari daerah-daerah yang murtad itu. Tetapi Jarud al-Abdi tetap bertahan dalam keislamannya, bahkan ketika ia menanyakan kepada kabilahnya apa sebab mereka murtad, mereka menjawab: Kalau Muhammad seorang nabi ia tak akan mati.
“Kamu tahu,” kata Jarud, “Dulu nabi-nabi itu banyak, apa yang terjadi? Bahwa Muhammad Sallallahu 'alaihi wa sallam juga wafat seperti para nabi sebelumnya itu,” jelas Jarud pula. “Aku bersaksi, tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad hamba dan Rasul-Nya.”
Mereka semua pun mengucapkan kalimat syahadat itu dan mereka kembali dan bertahan dengan Islam. Kembalinya Banu Abdul Qais tidak merintangi penduduk Bahrain dari pemurtadannya.
Dengan dipimpin oleh al-Hutam bin Dabi'ah, saudara Banu Qais bin Sa'labah bahkan mereka yang tetap kukuh itu berkumpul dan mengembalikan kerajaan kepada keluarga al-Munzir. Sebagai rajanya mereka menobatkan al-Munzir bin Nu'man al-Munzir al-Garur (yang menyesatkan).
Mereka berusaha agar Jarud dan pengikut-pengikutnya meninggalkan Islam. Tetapi segala usaha mereka tak berhasil. Melihat keadaan demikian, Hutam pergi ke Qatif dan ke Hajar. Ia berusaha membujuk warga keturunan Persia kedua tempat itu, dan merangkul mereka yang belum masuk Islam. Ia mengepung Jarud dan sahabat-sahabatnya yang lain di kawasan Juwasa, dengan mendapat bantuan dari Persia dan istananya.
Mereka mengepung Jarud dan sahabat-sahabatnya demikian rupa sehingga mereka hampir mati kelaparan. Sungguhpun begitu tak seorang pun dari mereka yang keluar dari Islam.
Sementara itu Khalifah Abu Bakar sudah mengutus Ala' bin Hadrami kembali ke Bahrain memimpin sebuah brigade dari kesebelas brigade untuk menghadapi golongan murtad tersebut. Keberangkatan Ala' ini setelah Khalid bin Walid dapat menumpas Musailimah dan pengikut-pengikutnya.
Muhammad Husain Haekal dalam As-Siddiq Abu Bakr menyebut saat melalui Yamamah mereka yang sudah kembali kepada Islam cepat-cepat bergabung kepada Ala'. Dari kalangan Muslimin kemudian menyusul Sumamah bin Asal dan kaumnya, Qais bin Asim al-Minqari dan sekian banyak lagi di Yaman dan kabilah-kabilah lain yang sudah merasa bahwa kekuatan dan kekuasaan Muslimin tak dapat tidak akan kembali seperti sediakala.
Tidak heran kalau begitu! Haekal mengatakan pada setiap bangsa dan zaman manusia cenderung pada yang kuat, sebab mereka menduga bahwa kebenaran dan kekuatan itu saling menopang. Segala yang dasarnya ketidakadilan dan kezaliman, menurut hemat mereka tak akan dapat berdiri. Sebelum dulu bergabung dengan Ala', Qais bin Asim dan kaumnya termasuk orang yang enggan mengeluarkan zakat dan sedekah. Tatkala Ala' singgah di Yamamah sesudah kemenangan Khalid, Qais kembali kepada Islam dan mau mengumpulkan zakat dan menyerahkannya kepada Ala', la sudah membatalkan niatnya semula dan bersama-sama dengan Ala' menghadapi Bahrain.
Bersama pasukannya, Ala' meluncur terus mengarungi gurun Dahna' ke tempat tujuannya. Setelah malam tiba ia memerintahkan pasukannya berhenti dan turun dari kendaraan agar tidak tersesat di padang pasir. Sesudah mereka berhenti, unta-unta itu terpencar di Sahara dan kabur bersama persediaan makanan dan minuman yang dibawanya. Tak ada lagi yang akan mereka makan atau minum.
Pada saat itulah mereka hanya dipengaruhi oleh perasaan sedih. Mereka yakin hanya berhadapan dengan maut. Satu sama lain mereka sudah saling berwasiat. Tetapi Ala' berkata kepada mereka: "Apa yang ini terjadi? Apa yang mempengaruhi kamu?"
"Bagaimana kami dapat disalahkan," jawab mereka. "Kalau sampai besok, sebelum terik matahari sempat membakar kami, kami sudah tinggal jadi cerita orang."
Dengan kalbu penuh iman Ala' berkata lagi: "Saudara-saudara! Jangan takut. Bukankah kita Muslimin? Bukankah kita berjuang di jalan Allah? Bukankah kita berjuang membela agama Allah?"