Ucapan Kembali ke Fitrah, Begini Makna dan Penjelasannya
loading...
A
A
A
Umat Islam ketika merayakan Hari Raya Idulfitri sering dimaknai dengan ucapan "saatnya kembali ke Fitrah". Apa sebenarnya makna Fitrah ?
Sudah menjadi tradisi, setiap lebaran umat muslim mengisi berbagai acara usai salat Ied. Ada yang silaturrahim bermaafan ke sanak saudara, memakai pakaian baru, makan ketupat lebaran, mengunjungi tempat rekreasi, dan sebagainya.
Pada 1 Syawal umat Islam disyariatkan untuk makan dan minum setelah berpuasa Ramadan selama sebulan. Ramadan menjadi madrasah bagi umat Islam agar menjadi hamba yang bertakwa. Selama sebulan menjauhi segala macam dosa, menundukkan hawa nafsu dan mengerjakan hal-hal yang syariat oleh agama. Siapa yang bersabar dalam ujiannya, maka sesungguhnya ia telah mendapatkan kemenangan.
Pada 1 Syawal ia telah kembali ke Fitrah. Disebut 'Ied karena Allah melimpahkan rahmatNya kepada umat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW). Kalimat ini diterjemahkan menjadi 'semoga kita semua tergolong orang yang kembali (ke fitrah) karena berhasil dalam menahan diri (berpuasa).
Secara etimologi kata Fitrah berasal dari bahasa Arab fathora (فطر) dari masdar fathrun yang berarti belah atau pecah. Dari akar kata yang sama maka lahir kata Fitrah yang berarti sifat atau pembawaan luhur sejak lahir.
Dalam Al-Qur'an dapat ditemukan penggunakan kata Fitrah dengan makna Al-Insyiqaq atau al-Syaqq yang berarti pula pecah atau belah. Dalam ayat yang lain terdapat makna Al-Khalqah al Iijad atau al-Ibda', artinya penciptaan. Fitrah adalah tabiat alami manusia (tabi'iyatul insan)
Menurut Al-Auza'i, Fitrah adalah kesucian. Bahkan beliau memaknai kesucian tersebut bedasarkan hadis tentang kesucian fisik. Dari Ummul Mukminin Sayyidah Aisyah radhiyallahu 'anha, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sepuluh macam yang termaksuk dalam kategori fitrah yaitu (1) mencukur kumis (2) membiarkan jenggot panjang dan lebar (3) bersikat gigi/bersiwak (4) menghirup air untuk membersihkan hidung (5) menggunting kuku (6) membersihkan jari jemari (7) mencabut bulu ketiak (8) mencukur bulu kemaluan (9) membersihkan kencing dengan air, dan (10) berkumur." (HR Muslim dan Abu Dawud)
Dalam kehidupan sehari-hari ia selalu senang berbuat baik dan berkata benar. Muslim yang kembali ke fitrah akan suci jiwanya dan suci badannya. Selain menjadi hamba Allah yang bertakwa, ia akan memiliki kepekaan sosial (hablum-minannas).
Itulah gambaran orang berhasil menjalani ibadah puasa Ramadan. Mereka yang berhasil melewati ujian itu akan tampak adanya perubahan dan kebaikan pada dirinya.
Sebaliknya, mereka yang tidak memiliki tanda-tanda ke arah lebih baik berarti gagal menjalani madrasah Ramadan. Puasanya tak bernilai di sisi Allah kecuali hanya lapar dan dahaga saja. Semoga Allah membimbing kita semua.
Pada hari Idul-Fitri ini kita jangan bosan berdoa dan memohon kepada Allah agar senantiasa melimpahkan taufik dan hidayah-Nya. Sebab, tanpa rahmat dan kehendakNya, kita semua tidaklah mendapat curahan keberkahan dan kebahagiaan.
Mari kita hilangkan sifat hasad, benci, iri hati, permusuhan, kesombongan dan sifat bangga yang berlebihan sebagaimana kita mengagungkan Allah dalam syiar takbir.
Ja'alanallaahu wa Iyyakum Minal 'Aaidiin wal Faaiziin.
Artinya: "Semoga Allah menjadikan kita menjadi bagian dari orang-orang yang kembali dan orang-orang yang mendapatkan kemenangan/keberuntungan."
Wallahu A'lam
Sudah menjadi tradisi, setiap lebaran umat muslim mengisi berbagai acara usai salat Ied. Ada yang silaturrahim bermaafan ke sanak saudara, memakai pakaian baru, makan ketupat lebaran, mengunjungi tempat rekreasi, dan sebagainya.
Pada 1 Syawal umat Islam disyariatkan untuk makan dan minum setelah berpuasa Ramadan selama sebulan. Ramadan menjadi madrasah bagi umat Islam agar menjadi hamba yang bertakwa. Selama sebulan menjauhi segala macam dosa, menundukkan hawa nafsu dan mengerjakan hal-hal yang syariat oleh agama. Siapa yang bersabar dalam ujiannya, maka sesungguhnya ia telah mendapatkan kemenangan.
Pada 1 Syawal ia telah kembali ke Fitrah. Disebut 'Ied karena Allah melimpahkan rahmatNya kepada umat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW). Kalimat ini diterjemahkan menjadi 'semoga kita semua tergolong orang yang kembali (ke fitrah) karena berhasil dalam menahan diri (berpuasa).
Secara etimologi kata Fitrah berasal dari bahasa Arab fathora (فطر) dari masdar fathrun yang berarti belah atau pecah. Dari akar kata yang sama maka lahir kata Fitrah yang berarti sifat atau pembawaan luhur sejak lahir.
Dalam Al-Qur'an dapat ditemukan penggunakan kata Fitrah dengan makna Al-Insyiqaq atau al-Syaqq yang berarti pula pecah atau belah. Dalam ayat yang lain terdapat makna Al-Khalqah al Iijad atau al-Ibda', artinya penciptaan. Fitrah adalah tabiat alami manusia (tabi'iyatul insan)
Menurut Al-Auza'i, Fitrah adalah kesucian. Bahkan beliau memaknai kesucian tersebut bedasarkan hadis tentang kesucian fisik. Dari Ummul Mukminin Sayyidah Aisyah radhiyallahu 'anha, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sepuluh macam yang termaksuk dalam kategori fitrah yaitu (1) mencukur kumis (2) membiarkan jenggot panjang dan lebar (3) bersikat gigi/bersiwak (4) menghirup air untuk membersihkan hidung (5) menggunting kuku (6) membersihkan jari jemari (7) mencabut bulu ketiak (8) mencukur bulu kemaluan (9) membersihkan kencing dengan air, dan (10) berkumur." (HR Muslim dan Abu Dawud)
Hikmah Idulfitri
Setiap muslim yang kembali ke fitrah akan istiqamah memegang teguh ajaran Islam. Ia semakin yakin bahwa Allah itu Maha Hidup dan Maha Sempurna, hanya kepada-Nya tempat bergantung dan tempat kembali.Dalam kehidupan sehari-hari ia selalu senang berbuat baik dan berkata benar. Muslim yang kembali ke fitrah akan suci jiwanya dan suci badannya. Selain menjadi hamba Allah yang bertakwa, ia akan memiliki kepekaan sosial (hablum-minannas).
Itulah gambaran orang berhasil menjalani ibadah puasa Ramadan. Mereka yang berhasil melewati ujian itu akan tampak adanya perubahan dan kebaikan pada dirinya.
Sebaliknya, mereka yang tidak memiliki tanda-tanda ke arah lebih baik berarti gagal menjalani madrasah Ramadan. Puasanya tak bernilai di sisi Allah kecuali hanya lapar dan dahaga saja. Semoga Allah membimbing kita semua.
Pada hari Idul-Fitri ini kita jangan bosan berdoa dan memohon kepada Allah agar senantiasa melimpahkan taufik dan hidayah-Nya. Sebab, tanpa rahmat dan kehendakNya, kita semua tidaklah mendapat curahan keberkahan dan kebahagiaan.
Mari kita hilangkan sifat hasad, benci, iri hati, permusuhan, kesombongan dan sifat bangga yang berlebihan sebagaimana kita mengagungkan Allah dalam syiar takbir.
جَعَلَنَا اللَّهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ العَائدِيْنَ والفَائِزِينَ
Ja'alanallaahu wa Iyyakum Minal 'Aaidiin wal Faaiziin.
Artinya: "Semoga Allah menjadikan kita menjadi bagian dari orang-orang yang kembali dan orang-orang yang mendapatkan kemenangan/keberuntungan."
Wallahu A'lam
(wid)