Larangan Menjadikan Orang Kristen dan Yahudi sebagai Sekutu Menurut Syaikh Imran Hosein
loading...
A
A
A
Syaikh Imran Nazar Hosein mengatakan ada pengecualian dalam umat Kristen dan Yahudi yang tidak akan pernah tenang hingga umat Islam meninggalkan keislamannya dan mengikuti gaya hidup mereka.
"Perilaku arogan terhadap umat Islam didapati secara khusus dari kalangan Rûm Barat yaitu umat Kristen yang bercokol pada peradaban Barat modern," tulis Syaikh Imran Nazar Hosein dalam bukunya yang diterjemahkan Yanti Sumara berjudul "Konstantinopel Dalam Al-Qur'an" (Eskatopedia, 2020).
Syaikh Imran memperingatkan untuk tidak menjadikan orang Kristen dan Yahudi seperti itu sebagai teman dan sekutu.
Al-Qur'an memberikan pembebasan penderitaan dari umat Kristen peradaban Barat modern (Rûm Barat) ketika turunnya ayat yang melarang umat Islam untuk menjadikan umat Kristen yang berteman dan bersekutu dengan orang Yahudi dalam aliansi Yudea-Kristen sebagai teman ataupun sekutu.
Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran Surat al-Mâ’idah ayat 51:
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah menjadikan orang Kristen dan orang Yahudi (yang seperti demikian) sebagai teman dan sekutu kalian, yang mana di antara mereka sendiri, merupakan teman dan sekutu satu sama lainnya. Dan barang siapa di antaramu yang bersekutu dengan mereka maka sesungguhnya dia merupakan bagian dari mereka, ketahuilah Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang yang zalim. (QS Al-Maidah : 51)
Reaksi besar pertama Syaikh Imran Nazar Hosein terhadap interpretasi semacam itu adalah bahwa umat Yahudi dan Kristen tidak pernah menjadi teman dan sekutu (atau pelindung atau sekutu yang saling melindungi) satu sama lainnya sepanjang sejarah hingga di zaman modern ini.
"Mereka bisa dipastikan bukanlah teman ataupun sekutu satu sama lainnya ketika Al-Qur'an diturunkan," katanya.
Nyatanya, persahabatan dan aliansi Yahudi-Kristen tidak terbentuk sampai konsili Vatikan Kedua (1962-1965) kemudian membebaskan Yahudi dari tuduhan penyaliban Yesus.
"Perilaku arogan terhadap umat Islam didapati secara khusus dari kalangan Rûm Barat yaitu umat Kristen yang bercokol pada peradaban Barat modern," tulis Syaikh Imran Nazar Hosein dalam bukunya yang diterjemahkan Yanti Sumara berjudul "Konstantinopel Dalam Al-Qur'an" (Eskatopedia, 2020).
Syaikh Imran memperingatkan untuk tidak menjadikan orang Kristen dan Yahudi seperti itu sebagai teman dan sekutu.
Al-Qur'an memberikan pembebasan penderitaan dari umat Kristen peradaban Barat modern (Rûm Barat) ketika turunnya ayat yang melarang umat Islam untuk menjadikan umat Kristen yang berteman dan bersekutu dengan orang Yahudi dalam aliansi Yudea-Kristen sebagai teman ataupun sekutu.
Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran Surat al-Mâ’idah ayat 51:
۞ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُوْدَ وَالنَّصٰرٰٓى اَوْلِيَاۤءَۘ بَعْضُهُمْ اَوْلِيَاۤءُ بَعْضٍۗ وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ مِّنْكُمْ فَاِنَّهٗ مِنْهُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah menjadikan orang Kristen dan orang Yahudi (yang seperti demikian) sebagai teman dan sekutu kalian, yang mana di antara mereka sendiri, merupakan teman dan sekutu satu sama lainnya. Dan barang siapa di antaramu yang bersekutu dengan mereka maka sesungguhnya dia merupakan bagian dari mereka, ketahuilah Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang yang zalim. (QS Al-Maidah : 51)
Reaksi besar pertama Syaikh Imran Nazar Hosein terhadap interpretasi semacam itu adalah bahwa umat Yahudi dan Kristen tidak pernah menjadi teman dan sekutu (atau pelindung atau sekutu yang saling melindungi) satu sama lainnya sepanjang sejarah hingga di zaman modern ini.
"Mereka bisa dipastikan bukanlah teman ataupun sekutu satu sama lainnya ketika Al-Qur'an diturunkan," katanya.
Nyatanya, persahabatan dan aliansi Yahudi-Kristen tidak terbentuk sampai konsili Vatikan Kedua (1962-1965) kemudian membebaskan Yahudi dari tuduhan penyaliban Yesus.
(mhy)