Kisah Pasukan Islam Menguasai Ray: Daerah-Daerah Lain di Iran Menyerah
loading...
A
A
A
Setelah Pasukan muslim menduduki Ray, Nu'aim bin Muqarrin, panglima perang pasukan Muslim, mendudukkan Zainabi sebagai marzaban menggantikan Siyavakhasy Mihran. Kala itu, benteng-benteng Ray dihancurkan.
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Al-Faruq Umar" yang diterjemahkan Ali Audah menjadi " Umar bin Khattab " (PT Pustaka Litera AntarNusa, April 2000) mengisahkan Nu'aim bin Muqarrin juga memerintahkan agar dibangun sebuah kota baru di samping kota tua itu.
Dengan demikian berakhirlah sudah keluarga Bahram, dan kedudukan kehormatan raja-raja dari pihak Muslimin diberikan kepada Zainabi dan anak-anaknya.
"Seperti yang biasa dialami kota besar sebagai salah satu kota pelabuhan, pada masa Banu Umayyah dan Banu Abbas, kota Ray tetap dipertahankan," tutur Haekal.
Akan tetapi, setelah kota Teheran dibangun di dekatnya ke sebelah barat laut, bintang kota itu kemudian redup, kendati bekas-bekas reruntuhannya sampai sekarang masih tampak terlihat jelas, dan masih bercerita kepada kita tentang masa silamnya yang megah dan agung.
Menurut Haekal, kemenangan pasukan Muslimin di Ray telak sekali, dan karenanya pula kota-kota dan daerah-daerah di sekitarnya cepat-cepat mengajak damai dan membayar jizyah.
Sesudah Suwaid bin Muqarrin berangkat ke Gomas atas perintah Khalifah Umar bin Khattab, ternyata tak ada pihak yang mempertahankannya, maka ia memasuki kota itu secara damai.
Ia bermarkas di sana dan mengadakan persetujuan dengan pihak kota, sedang pihak Dunbawand sudah lebih dulu mengadakan perdamaian dengan saudaranya, Nu'aim, setelah kekalahan sekutu di Ray dan masing-masing sudah kembali ke tempat semula.
Dunbawand adalah sebuah kota yang terletak di pegunungan tak jauh dari Ray. Pasukan kota ini memasuki benteng-benteng Ray untuk mempertahankannya.
Sesudah kota Ray membuka pintu dan sekutu-sekutu meninggalkannya, di antaranya pihak Dunbawand yang kembali ke pemukiman mereka, buat pihak Dunbawand tak ada jalan lagi selain mengadakan perundingan dengan ketentuan membayar jizyah 200.000 dirham yang harus dibayar tiap tahun; tidak dibenarkan menyerang negeri itu atau memasukinya tanpa izin, sesuai dengan perjanjian.
Adapun Gomas adalah sebuah distrik besar dan luas terdiri atas kota-kota, desa desa dan daerah-daerah pertanian, terletak di selatan Gunung Tabaristan, membentang dari Ray ke Naisapur. Dengan Laut Kaspia dipisahkan oleh Tabaristan.
Dengan dikuasainya Ray serta perdamaian yang diadakan dengan Gomas dan Dunbawand, bagi pasukan Muslimin sekarang untuk mencapai pesisir-pesisir Kaspia di bagian Persia, hanya tinggal Jurjan, Tabaristan dan Azerbaijan.
Kalau mereka dapat membebaskan kawasan ini dan mengadakan persetujuan dengan warganya, niscaya mereka sudah sampai ke wilayah kerajaan Kisra di ujung utara.
Sesudah persetujuan Gomas, Suwaid bin Muqarrin bermarkas di Bistam, dan ia menulis surat kepada Raja Jurjan menawarkan perdamaian, atau dia akan datang dengan pasukannya.
Cepat-cepat raja Persia itu mengadakan perdamaian untuk Dahistan dan Jurjan dengan membayar jizyah sebagai zimmi, mereka memperoleh jaminan kekebalan, keamanan atas dirimereka, harta, agama dan hukum-hukumnya serta segala upacaranya. Termasuk juga dalam persetujuan itu sebuah klausul yang tak biasa ada sebelumnya, yakni:
"Barang siapa dari kalian yang kami mintai bantuannya, maka atas bantuannya itu ia akan mendapat balas jasa sebagai pengganti jizyahnya."
Menurut Haekal, yang paling jelas mengenai klausul bahwa keharusan jizyah itu untuk perlindungan yang diberikan pasukan Muslimin terhadap pihak yang dikalahkan, kalau mereka sudah membayar atau membantu pasukan Muslimin maka mereka akan mendapat balas jasa.
Letak kota Jurjan ini di tenggara pantai Laut Kaspia, sedang Tabaristan di sebelah selatan pantai itu bertetangga dengan Jurjan, dan Azerbaijan di barat dayanya bertetangga dengan Tabaristan.
Tatkala raja Tabaristan melihat pasukan Muslimin sudah mengepungnya dari sebelah selatan dengan jatuhnya kota Ray serta persetujuan yang diadakan dengan pihak Gomas, dan di sebelah timur dengan pihak Jurjan, maka jalan ke luar Persia kini sudah tak ada lagi selain dari jalan Azerbaijan yang juga sedang terancam serangan.
Dengan demikian, ia juga lebih suka mengadakan perundingan dan ia menulis surat kepada Suwaid. Setelah berjanji dan tercapai persetujuan dengan Tabaristan dan Jilan yang akan membayar jizyah setiap tahun, keamanan mereka dijamin, tak akan ada serangan dari luar dan tak akan ada yang berani menginjak tanah mereka tanpa izin.
Dari arah barat Azerbaijan bertetangga dengan Tabaristan dan di utaranya berbatasan dengan Dailam, begitu juga bagian selatannya, berbatasan dengan Irak-Arab dan kota-kota Jazirah.
Kota Ardabil yang letaknya berdekatan dengan kota Tabriz yang sekarang termasuk kota penting. Kota-kota ini merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian 1500 meter dari permukaan laut, dan puncak-puncaknya yang menjulang tinggi sampai 4000 meter.
Kota Azerbaijan dari bahasa Persia yang berarti "tanah api" atau 'kuil-kuil api (agama Majusi)." Daerah ini dinamakan demikian karena banyaknya kuil yang dibangun pada waktu itu. Sesudah penyembahan api Persia sendiri padam dan penduduknya sudah beragama Islam, nama kota Azerbaijan diganti menjadi Mazendagran.
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Al-Faruq Umar" yang diterjemahkan Ali Audah menjadi " Umar bin Khattab " (PT Pustaka Litera AntarNusa, April 2000) mengisahkan Nu'aim bin Muqarrin juga memerintahkan agar dibangun sebuah kota baru di samping kota tua itu.
Dengan demikian berakhirlah sudah keluarga Bahram, dan kedudukan kehormatan raja-raja dari pihak Muslimin diberikan kepada Zainabi dan anak-anaknya.
"Seperti yang biasa dialami kota besar sebagai salah satu kota pelabuhan, pada masa Banu Umayyah dan Banu Abbas, kota Ray tetap dipertahankan," tutur Haekal.
Akan tetapi, setelah kota Teheran dibangun di dekatnya ke sebelah barat laut, bintang kota itu kemudian redup, kendati bekas-bekas reruntuhannya sampai sekarang masih tampak terlihat jelas, dan masih bercerita kepada kita tentang masa silamnya yang megah dan agung.
Menurut Haekal, kemenangan pasukan Muslimin di Ray telak sekali, dan karenanya pula kota-kota dan daerah-daerah di sekitarnya cepat-cepat mengajak damai dan membayar jizyah.
Sesudah Suwaid bin Muqarrin berangkat ke Gomas atas perintah Khalifah Umar bin Khattab, ternyata tak ada pihak yang mempertahankannya, maka ia memasuki kota itu secara damai.
Ia bermarkas di sana dan mengadakan persetujuan dengan pihak kota, sedang pihak Dunbawand sudah lebih dulu mengadakan perdamaian dengan saudaranya, Nu'aim, setelah kekalahan sekutu di Ray dan masing-masing sudah kembali ke tempat semula.
Dunbawand adalah sebuah kota yang terletak di pegunungan tak jauh dari Ray. Pasukan kota ini memasuki benteng-benteng Ray untuk mempertahankannya.
Sesudah kota Ray membuka pintu dan sekutu-sekutu meninggalkannya, di antaranya pihak Dunbawand yang kembali ke pemukiman mereka, buat pihak Dunbawand tak ada jalan lagi selain mengadakan perundingan dengan ketentuan membayar jizyah 200.000 dirham yang harus dibayar tiap tahun; tidak dibenarkan menyerang negeri itu atau memasukinya tanpa izin, sesuai dengan perjanjian.
Adapun Gomas adalah sebuah distrik besar dan luas terdiri atas kota-kota, desa desa dan daerah-daerah pertanian, terletak di selatan Gunung Tabaristan, membentang dari Ray ke Naisapur. Dengan Laut Kaspia dipisahkan oleh Tabaristan.
Dengan dikuasainya Ray serta perdamaian yang diadakan dengan Gomas dan Dunbawand, bagi pasukan Muslimin sekarang untuk mencapai pesisir-pesisir Kaspia di bagian Persia, hanya tinggal Jurjan, Tabaristan dan Azerbaijan.
Kalau mereka dapat membebaskan kawasan ini dan mengadakan persetujuan dengan warganya, niscaya mereka sudah sampai ke wilayah kerajaan Kisra di ujung utara.
Sesudah persetujuan Gomas, Suwaid bin Muqarrin bermarkas di Bistam, dan ia menulis surat kepada Raja Jurjan menawarkan perdamaian, atau dia akan datang dengan pasukannya.
Cepat-cepat raja Persia itu mengadakan perdamaian untuk Dahistan dan Jurjan dengan membayar jizyah sebagai zimmi, mereka memperoleh jaminan kekebalan, keamanan atas dirimereka, harta, agama dan hukum-hukumnya serta segala upacaranya. Termasuk juga dalam persetujuan itu sebuah klausul yang tak biasa ada sebelumnya, yakni:
"Barang siapa dari kalian yang kami mintai bantuannya, maka atas bantuannya itu ia akan mendapat balas jasa sebagai pengganti jizyahnya."
Menurut Haekal, yang paling jelas mengenai klausul bahwa keharusan jizyah itu untuk perlindungan yang diberikan pasukan Muslimin terhadap pihak yang dikalahkan, kalau mereka sudah membayar atau membantu pasukan Muslimin maka mereka akan mendapat balas jasa.
Letak kota Jurjan ini di tenggara pantai Laut Kaspia, sedang Tabaristan di sebelah selatan pantai itu bertetangga dengan Jurjan, dan Azerbaijan di barat dayanya bertetangga dengan Tabaristan.
Tatkala raja Tabaristan melihat pasukan Muslimin sudah mengepungnya dari sebelah selatan dengan jatuhnya kota Ray serta persetujuan yang diadakan dengan pihak Gomas, dan di sebelah timur dengan pihak Jurjan, maka jalan ke luar Persia kini sudah tak ada lagi selain dari jalan Azerbaijan yang juga sedang terancam serangan.
Dengan demikian, ia juga lebih suka mengadakan perundingan dan ia menulis surat kepada Suwaid. Setelah berjanji dan tercapai persetujuan dengan Tabaristan dan Jilan yang akan membayar jizyah setiap tahun, keamanan mereka dijamin, tak akan ada serangan dari luar dan tak akan ada yang berani menginjak tanah mereka tanpa izin.
Dari arah barat Azerbaijan bertetangga dengan Tabaristan dan di utaranya berbatasan dengan Dailam, begitu juga bagian selatannya, berbatasan dengan Irak-Arab dan kota-kota Jazirah.
Kota Ardabil yang letaknya berdekatan dengan kota Tabriz yang sekarang termasuk kota penting. Kota-kota ini merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian 1500 meter dari permukaan laut, dan puncak-puncaknya yang menjulang tinggi sampai 4000 meter.
Kota Azerbaijan dari bahasa Persia yang berarti "tanah api" atau 'kuil-kuil api (agama Majusi)." Daerah ini dinamakan demikian karena banyaknya kuil yang dibangun pada waktu itu. Sesudah penyembahan api Persia sendiri padam dan penduduknya sudah beragama Islam, nama kota Azerbaijan diganti menjadi Mazendagran.
(mhy)