Seni Dalam Islam: Keindahan Alam Raya Bukti Keesaan Allah Taala

Selasa, 28 Mei 2024 - 14:29 WIB
loading...
Seni Dalam Islam: Keindahan Alam Raya Bukti Keesaan Allah Taala
Sesungguhnya Allah Mahaindah dan menyenangi keindahan. Ilustrasi: SINDOnews
A A A
Prof Dr M Quraish Shihab menegaskan mengabaikan sisi-sisi keindahan yang terdapat di alam raya ini, berarti mengabaikan salah satu dari bukti keesaan Allah SWT, dan mengekspresikannya dapat merupakan upaya membuktikan kebesaran-Nya, tidak kalah --kalau enggan berkata lebih kuat-- dari upaya membuktikannya dengan akal pikiran.

Bukankah seperti tulis Immannuel Kant, dan dikuatkan juga oleh mantan Pemimpin Tertinggi Al-Azhar Syaikh Abdul-Halim Mahmud, bahwa bukti terkuat tentang wujud Tuhan terdapat dalam rasa manusia, bukan akalnya.

"Kita tidak perlu bertepuk tangan kepada logika yang membuktikan wujud Tuhan, karena dengan logika juga orang membuktikan sebaliknya," tulis Quraish Shihab dalam bukunya berjudul "Wawasan al-Quran, Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat" (Penerbit Mizan, 2007).



Oleh karena itu pula Imam Al-Ghazali menulis dalam Ihya Ulumuddin bahwa:

"Siapa yang tidak berkesan hatinya di musim bunga dengan kembang-kembangnya, atau oleh alat musik dan getaran nadanya, maka fitrahnya telah mengidap penyakit parah yang sulit diobati."

Seorang Muslim dituntut untuk berakhlak dengan akhlak Ilahi sesuai dengan kemampuannya sebagai makhluk. Dalam konteks ini, Nabi SAW bersabda, "Berakhlaklah dengan akhlak Allah."

Dalam sabda yang lain beliau menyatakan bahwa: "Sesungguhnya Allah Mahaindah dan menyenangi keindahan."

Bahkan ada hadis Nabi yang memberi kesan bolehnya memperhatikan keindahan diri sampai pada batas bersaing untuk menjadi yang terindah. Seorang sahabat Nabi bernama Malik bin Mararah Ar-Rahawi, pernah bertanya kepada Nabi SAW:



"Wahai Rasul, Allah telah menganugerahkan kepadaku keindahan seperti yang engkau lihat. Aku tidak senang ada seseorang yang melebihiku walau dengan sepasang alas kaki atau melebihinya, apakah demikian merupakan keangkuhan?"

Nabi menjawab, "Tidak! Keangkuhan adalah meremehkan hak dan merendahkan orang lain. (HR Ahmad dan Abu Dawud).

Rasulullah SAW sendiri memakai pakaian yang indah, bahkan suatu ketika beliau memperoleh hadiah berupa pakaian yang bersulam benang emas, lalu naik ke mimbar, namun beliau tidak berkhutbah dan kemudian turun.

Sahabat-sahabatnya demikian kagum dengan baju itu, sampai mereka memegang dan merabanya, Nabi SAW bersabda.

"Apakah kalian mengagumi baju ini?" Mereka berkata, "Kami sama sekali belum pernah melihat pakaian lebih indah dari ini." Nabi bersabda: "Sesungguhnya saputangan Sad bin Muadz di surga jauh lebih indah dari yang kalian lihat."

Demikian beliau memakai baju yang indah, tetapi beliau tetap menyadari sepenuhnya tentang keindahan surgawi.

(mhy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2682 seconds (0.1#10.140)
pixels