Kisah Pasukan Muslim Mengusir Romawi dari Farama: Begini Sikap Orang-Orang Mesir
loading...
A
A
A
"Kita berpendapat bahwa keengganan Muqauqis memberikan bala bantuan kepada garnisun Farama banyak penyebabnya," kata Haekal.
Penyebab pertama, perasaan pihak Romawi di Mesir menghadapi sikap permusuhan rakyat Mesir terhadap mereka, suatu sikap yang tak mudah diramalkan akibat apa yang mungkin terjadi.
Kalau mereka mengirimkan kekuatan angkatan bersenjatanya di Mesir atau di Iskandariah untuk berperang di Farama kemudian rakyat Mesir memberontak kepada mereka, niscaya mereka akan jadi porak poranda, dan bala bantuan kepada Farama itu tidak akan dapat menolong mereka dari bencana pemberontakan di kota-kota besar lainnya.
Di samping itu mereka pun akan teringat pada kekalahan mereka ketika menghadapi pasukan Muslimin di Suriah dan di Palestina. Oleh karena itu mereka tidak ingin mempertaruhkan diri menghadapi raksasa-raksasa itu di medan pertempuran yang mereka sendiri tidak yakin akan mampu mengadakan perlawanan demikian.
Atas pertimbangan itu mereka lebih suka bertahan di benteng-benteng Babilon yang dekat dari Mesir dan dari Memphis dengan maksud menjadikan Sungai Nil sebagai parit antara mereka dengan musuh.
Mereka hanya akan membatasi diri di Farama dan kota-kota kecil lainnya yang kuat untuk menahan pasukan Arab selama mungkin, sehingga mereka mendapat kesempatan memperkuat benteng-benteng pertahanan mereka di pusat-pusat yang penting.
Kalau sesudah itu pihak Arab masih berani mempertaruhkan diri dan mencapai kota Mesir, benteng-benteng mereka akan mampu membendung kemajuan lawan, dan barangkali dapat menumpas mereka. Dengan demikian cukup untuk mengalihkan perhatian mereka dari Mesir dan tidak lagi berpikir akan kembali ke sana.
Dari segi strategi perang mungkin pemikiran demikian ini salah. Tetapi peristiwa-peristiwa yang terjadi kemudian menunjukkan bahwa memang itulah yang menjadi pemikiran Muqauqis dan kawan-kawannya ketika pertama kali pasukan Arab memasuki Mesir.
Sesudah Farama dibebaskan, sebuah pasukan dari pedalaman yang tinggal di perbatasan-Âperbatasan Sahara Mesir bergabung pula dengan Amr dengan harapan mendapatkan rampasan perang.
Dengan demikian anggota pasukan Muslimin yang hilang ketika pengepungan pertama di Mesir telah tergantikan.
Penyebab pertama, perasaan pihak Romawi di Mesir menghadapi sikap permusuhan rakyat Mesir terhadap mereka, suatu sikap yang tak mudah diramalkan akibat apa yang mungkin terjadi.
Kalau mereka mengirimkan kekuatan angkatan bersenjatanya di Mesir atau di Iskandariah untuk berperang di Farama kemudian rakyat Mesir memberontak kepada mereka, niscaya mereka akan jadi porak poranda, dan bala bantuan kepada Farama itu tidak akan dapat menolong mereka dari bencana pemberontakan di kota-kota besar lainnya.
Di samping itu mereka pun akan teringat pada kekalahan mereka ketika menghadapi pasukan Muslimin di Suriah dan di Palestina. Oleh karena itu mereka tidak ingin mempertaruhkan diri menghadapi raksasa-raksasa itu di medan pertempuran yang mereka sendiri tidak yakin akan mampu mengadakan perlawanan demikian.
Atas pertimbangan itu mereka lebih suka bertahan di benteng-benteng Babilon yang dekat dari Mesir dan dari Memphis dengan maksud menjadikan Sungai Nil sebagai parit antara mereka dengan musuh.
Mereka hanya akan membatasi diri di Farama dan kota-kota kecil lainnya yang kuat untuk menahan pasukan Arab selama mungkin, sehingga mereka mendapat kesempatan memperkuat benteng-benteng pertahanan mereka di pusat-pusat yang penting.
Kalau sesudah itu pihak Arab masih berani mempertaruhkan diri dan mencapai kota Mesir, benteng-benteng mereka akan mampu membendung kemajuan lawan, dan barangkali dapat menumpas mereka. Dengan demikian cukup untuk mengalihkan perhatian mereka dari Mesir dan tidak lagi berpikir akan kembali ke sana.
Dari segi strategi perang mungkin pemikiran demikian ini salah. Tetapi peristiwa-peristiwa yang terjadi kemudian menunjukkan bahwa memang itulah yang menjadi pemikiran Muqauqis dan kawan-kawannya ketika pertama kali pasukan Arab memasuki Mesir.
Sesudah Farama dibebaskan, sebuah pasukan dari pedalaman yang tinggal di perbatasan-Âperbatasan Sahara Mesir bergabung pula dengan Amr dengan harapan mendapatkan rampasan perang.
Dengan demikian anggota pasukan Muslimin yang hilang ketika pengepungan pertama di Mesir telah tergantikan.
(mhy)