Shalahuddin Al Ayyubi sang Penakluk: Kisah Pasukan Eropa Kepung Harem

Sabtu, 29 Juni 2024 - 05:35 WIB
loading...
Shalahuddin Al Ayyubi...
Ketika akhirnya tentara Eropa angkat kaki dari Harem, Raja al-Shalih segera mengerahkan pasukannya. Ilustrasi: Ist
A A A
Harem adalah sebuah kota di sisi barat Halab (Aleppo), Suriah . Kisah terbunuhnya Sa'duddin Kamesytakin, penguasa Kota Harem, dan pengepungan atas kota tersebut oleh pasukan Eropa diceritakan Ibnu al-Atsir dalam bukunya berjudul "Al-Mukhtar Min al-Kamil fi al-Tarikh; Qishshah Shalahuddin al-Ayyubi" yang diterjemahkan Abu Haytsam menjadi "Shalahuddin Al-Ayyubi Sang Pembebas Tanah Para Nabi".

Dikisahkan, pada tahun 573 H Raja al-Shalih Ibn Nuruddin, penguasa Halab, menangkap Sa'duddin Kamesytakin. Sa'duddin dulunya merupakan orang yang dipercaya mengatur urusan kerajaan dan memiliki wewenang dalam negara.

Penangkapannya disebabkan karena di Halab ada seseorang yang pernah menjadi abdi kerajaan, yang bernama Abu Shalih Ibn al-`Ajmi. Dahulu, ia mengabdi pada Nuruddin Mahmud, dan ketika Nuruddin meninggal dunia, ia juga mengabdi pada kerajaan anaknya, Raja al-Shalih.



Ia berkedudukan seperti seorang menteri agung karena banyaknya pengikut di Halab. Sehingga, semua orang yang tidak suka kepada Kamesytakin bergabung kepada Shalih. Kedudukannya pun menjadi kuat, dan pengikutnya menjadi banyak. Ia seorang yang dermawan dan berjiwa perwira. Ia menjadi penyatu negeri di Halab, orang yang didengar pendapatnya, dan dituruti perintahnya.

Pada suatu hari ketika ia sedang berada di masjid, tiba-tiba ada seorang pengikut Syi'ah al-Bathiniyyah menikamnya hingga tewas. Sepeninggalnya, Sa'duddin menjadi kuat, dan posisinya menjadi kokoh. Ketika Abu Shalih terbunuh, beberapa orang menuduh Sa'duddin sebagai dalangnya.

Mereka mengatakan bahwa Sa'duddinlah yang mengupah orang Syi'ah itu untuk membunuh Abu Shalih. Mereka melaporkan hal ini kepada Raja al-Shalih.

Bahkan mereka menambah-nambahkan bahwa Sa'duddin melecehkan Raja dengan menyebutnya lemah, dan tidak mempunyai kekuasaan. Juga bahwa Sa'duddin telah mengendalikan Raja, menghinanya, meremehkannya, dan membunuh menterinya.



Mereka masih bersama Raja hingga Sa'duddin tertangkap. Benteng Harem milik Sa'duddin telah dijadikan daerah otonomi oleh Raja al-Shalih. Orang-orang yang berada di dalam benteng menolak
untuk menyerahkan diri setelah penangkapan Sa'duddin. Mereka malah berlindung di dalam benteng.

Sa'duddin kemudian digiring ke benteng itu, dan diarak supaya ia mau memerintahkan pengikut-pengikutnya untuk menyerahkan benteng itu kepada Raja al-Shalih. Sa'duddin lalu melakukannya, akan tetapi mereka menolak.

Sa'duddin Kamesytakin pun disiksa dengan disaksikan para pengikutnya. Akan tetapi tampaknya mereka tidak mengasihaninya, sehingga matilah Sa'duddin di tengah siksaan.

Sementara itu para pengikutnya masih bertahan, menolak menyerah, dan melawan. Ketika Eropa melihat hal itu, mereka segera bergerak menuju Harem dari Humat pada bulan Jumadil Awwal dengan dugaan bahwa benteng itu sudah tidak ada lagi yang mau mempertahankannya. Dan, bahwa Raja al-Shalih masih kanak-kanak, bala tentaranya sedikit, dan Shalahuddin Al Ayyubi sedang berada di Mesir.

Mereka menggunakan kesempatan ini sebaik-baiknya, dan menuju benteng Harem.



Mereka mengepung tempat ini selama empat bulan. Benteng tersebut dihujani dengan tembakan meriam pelontar batu. Mereka berusaha mendirikan tangga di dinding benteng, dan terus berusaha hingga Raja al-Shalih membayar kepada mereka dengan sejumlah harta.

Raja lalu mengatakan kepada mereka bahwa Shalahuddin telah tiba di Syam - barangkali orang-orang yang ada di dalam benteng itu akan menyerahkannya kepada Shalahuddin. Ternyata seketika itu juga Eropa merespons ucapan Raja al-Shalih dengan menarik mundur pasukannya.

Ketika akhirnya tentara Eropa angkat kaki dari Harem, Raja al-Shalih segera mengerahkan pasukannya. Ia mengepung benteng itu, sementara para penghuninya sudah kehabisan tenaga karena bertahan menghadapi serangan tentara Eropa. Mereka menjadi seperti sasaran empuk.

Banyak penghuni benteng itu yang terbunuh dan terluka. Akhirnya mereka menyerahkan benteng Harem itu kepada Raja al-Shalih, dan kemudian Raja al-Shalih menugaskan seorang mamluk bernama Srakh.

(mhy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3416 seconds (0.1#10.140)