Perintah Berlindung dari Doa yang Tidak Dikabulkan, Begini Penjelasannya

Selasa, 13 Agustus 2024 - 11:07 WIB
loading...
Perintah Berlindung...
Ada banyak penyebab yag membuat tidak terkabulnya doa. Karena itu, seorang hamba diperintahkan untuk berlindung kepada Allah dari doa yang tidak dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala tersebut. Foto ilustrasi/SINDOnews
A A A
Ada banyak penyebab yag membuat tidak terkabulnya doa . Karena itu, seorang hamba diperintahkan untuk berlindung kepada Allah dari doa yang tidak dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala tersebut.

Sebuah riwayat dari Zaid bin Arqam radhiyallahu ‘anhu berkata, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa sallam bersabda,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لا يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لا يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لا تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لا يُسْتَجَابُ لَهَا


“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak merasa kenyang, dan dari doa yang tidak dikabulkan.” (HR: Muslim)

Di dalam riwayat lain disebutkan,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ، ومِنْ دُعَاءٍ لاَ يُسْمَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ، وَمِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَؤُلاَءِ الأَرْبَعِ


(HR: at-Tirmidzi, 3482, Abu Daud, 1549, an-Nasai, 5470).

Penyebab Tidak Dikabulkan Doa

Syariat menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan tidak dikabulkannya doa-doa kita. Dr Ahmad Zain Annajah, MA, Pusat Kajian Fiqih Indonesia (PUSKAFI) menyebutkan, sedikitnya ada 7 perkara yang menjadi penyebab mengapa Allah SWT tidak mengabulkan doa kita. Di antaranya sebagai berikut:

1. Harta haram

Harta yang dimakannya berasal dari sumber yang haram. Ini sesuai dengan hadist Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya berkata: Rasulullah SAwW bersabda,

إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ، فَقَالَ تَعَالَى : (( يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا )) وَقَالَ تَعَالَى : ((يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ )) ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ: أَشْعَثَ أَغْبَرَ، يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ: يَا رَبِّ، يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ، وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ ؟


“Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik. Sesungguhnya Allah Ta’ala memerintahkan kepada kaum mukminin seperti yang Dia perintahkan kepada para rasul. Maka, Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai para Rasul! Makanlah dari (makanan) yang baik-baik, dan kerjakanlah kebajikan’ (QS: al-Mu’minun: 51) dan Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai orang-orang yang beriman makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepada kalian.” (QS: al-Baqarah: 172) kemudian Rasulullah SAW menyebutkan orang yang lama bepergian; rambutnya kusut, berdebu, dan mengangkat kedua tangannya ke langit seraya berdoa,‘Wahai Rabb-ku, wahai Rabb-ku,’ sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan diberi kecukupan dengan yang haram, bagaimana doanya akan dikabulkan?” (HR: Muslim).

2. Hati yang lengah berzikir

Ini sesuai dengan hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,

ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالْإِجَابَةِ ، وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لَاهٍ


“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR: at-Tirmidzi dan al-Hakim. Di dalam hadist terdapat perawi yang bernama Shalih al-Murri, salah seorang ahli zuhud.

Menurut adz-Dzahabi orangnya termasuk matruk (ditinggalkan). Berkata al-Bazzar: Orang ini sibuk dengan ibadahnya, sehingga tidak menghafal hadits. At-Tirmidzi mengatakan: Hadist ini Gharib.

Imam Ibnu Rajab di dalam Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam menyimpulkan dari hadist di atas, bahwa salah satu syarat diterimanya doa adalah hadirnya hati ketika berdoa.

Bahkan Ibnu al-Qayyim di dalam al-Jawab al-Kafi mengibaratkan doa dari hati yang tidak hadir atau hati yang lemah, seperti busur yang sudah rusak sehingga anak panah yang keluar darinya sangat lemah melesatnya.

3. Tidak serius dalam berdoa

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda,

لاَ يَقُلْ أَحَدُكُمْ : اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي إِنْ شِئْتَ ، ارْحَمْنِي إِنْ شِئْتَ، ارْزُقْنِي إِنْ شِئْتَ، وَليَعْزِمْ مَسْأَلَتَهُ، إِنَّهُ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ ، لاَ مُكْرِهَ لَهُ


“Janganlah salah seorang dari kalian mengatakan: ‘Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau kehendaki, dan rahmatilah aku jika Engkau berkehendak, dan berilah aku rezeki jika Engkau berkehendak’. Akan tetapi hendaknya ia bersungguh-sungguh dalam meminta, karena Allah sama sekali tidak ada yang memaksa.” (HR: al-Bukhari)

Larangan mengucapkan ‘insya Allah’ ketika berdoa sebagaimana yang disebutkan hadits di atas, karena dua alasan:

Pertama, mengesankan bahwa orang yang berdoa tidak membutuhkan apa yang dia minta. Padahal kenyataannya tidak begitu. Dan ini bertentangan dengan prinsip tauhid, bahwa setiap hamba sangat membutuhkan Allah subhanahu wa ta’ala.

Kedua, mengesankan bahwa Allah kadang memberi sesuatu karena terpaksa, bukan karena kehendak-Nya sendiri. (‘Abdullah al-Gunaiman, Syarah Kitab at-Tauhid min Shahih al-Bukhari: 2/256)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2201 seconds (0.1#10.140)