Hari Akhirat: Ketika Manusia Digiring ke Mahsyar Menghadapi Pengadilan Ilahi
loading...
A
A
A
Prof Dr Quraish Shihab menjelaskan urutan hari akhirat yang dimulai dengan peniupan sangkakala . Peniupan itu terjadi dua kali. Saat peniupan kedua, manusia sadar bahwa kehidupan di dunia hanya sebentar ( QS Al-Isra' [17] : 43) bahkan mereka merasa hanya bagaikan beberapa saat di sore atau pagi hari ( QS Al-Nazi'at [79] : 46).
Dari sana manusia digiring ke mahsyar (tempat berkumpul untuk menghadapi pengadilan Ilahi): "Setiap jiwa datang dengan satu penggiring dan satu penyaksi" ( QS Qaf [50] : 21).
Penggiring adalah malaikat dan penyaksi adalah diri manusia sendiri yang tidak dapat mengelak, atau amal perbuatannya masing-masing.
"Begitu penafsiran para ulama," ujar Prof Dr Quraish Shihab dalam bukunya berjudul "Wawasan Al-Quran, Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat" (Mizan, 2007). "Dan ketika itu terjadilah pengadilan agung."
Pada hari itu yang menjadi saksi atas mereka adalah lidah, tangan, dan kaki mereka, menyangkut apa yang dahulu mereka lakukan ( QS Al-Nur [24] : 24).
Bahkan boleh jadi, mulut mereka ditutup dan yang berbicara adalah tangan mereka kemudian kaki mereka yang menjadi saksi-saksinya sebagaimana ditegaskan dalam surat Ya Sin (36) : 65.
Quraish Shihab menjelaskan yang ingin diinformasikan oleh ayat-ayat di atas dan semacamnya adalah bahwa pada hari itu tidak ada yang dapat mengelak, tidak ada juga yang dapat menyembunylkan sesuatu di hadapan pengadilan yang maha agung itu.
Siapa yang mengerjakan (walau) sebesar zarrah (dari kebaikan). maka dia akan melihat (ganjarannya) ( QS Az-Zilzal [99] : 7). Demikian pula sebaliknya (baca surat Al-Zilzal [99] : 8).
Pengadilan Ilahi itu akan diadakan terhadap setiap pribadi mukalaf, "Tidak ada satupun di langit dan di bumi kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. Sesungguhnya Tuhan telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah dengan sendiri-sendiri" ( QS Maryam [19] : 93-95)
Pengadilan itu menggunakan "timbangan" yang hak sehingga tidak ada yang teraniaya karena walau sebesar biji sawi pun Tuhan akan mendatangkan ganjarannya. (Baca QS Al-Anbiyat [21] : 47). Apakah timbangan itu sesuatu yang bersifat material atau hanya kiasan tentang keadilan mutlak, tidaklah banyak pengaruhnya dalam akidah, selama diyakini bahwa ketika itu tidak ada lagi sedikit penganiayaan pun. Yang pasti adalah:
Timbangan pada hari itu adalah kebenaran. "Barangsiapa yang berat timbangan (amal salehnya) maka mereka adalah orang-orang beruntung, dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami" ( QS Al-A'raf [7] : 8-9)
Hasil pencatatan amal manusia yang ditimbang itu, akan diserahkan kepada setiap orang:
Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitab (catatan amalnya) dari arah kanannya, maka (dengan gembira) ia berkata: "Inilah, bacalah kitabku ini. Sesungguhnya (sejak dahulu di dunia) aku yakin bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab (perhitungan) atas diriku." Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai; dalam surga yang tinggi, buah-buahannya dekat. (Kepada mereka dikatakan): "Makan dan minumlah dengan sedap dikarenakan amal-amal yang telah kamu kerjakan di hari-hari terdahulu (di dunia)."
Adapun yang diberikan kepadanya kitabnya dari arah kirinya, maka dia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini), dan aku tidak mengetahui apa hisab (perhitungan) terhadap diriku. Aduhai, kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku sama sekali tidak memberi manfaat bagiku. Telah hilang kekuasaan dariku" ( QS Al-Haqqah [69] : 19-29).
Dari sana manusia digiring ke mahsyar (tempat berkumpul untuk menghadapi pengadilan Ilahi): "Setiap jiwa datang dengan satu penggiring dan satu penyaksi" ( QS Qaf [50] : 21).
Penggiring adalah malaikat dan penyaksi adalah diri manusia sendiri yang tidak dapat mengelak, atau amal perbuatannya masing-masing.
"Begitu penafsiran para ulama," ujar Prof Dr Quraish Shihab dalam bukunya berjudul "Wawasan Al-Quran, Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat" (Mizan, 2007). "Dan ketika itu terjadilah pengadilan agung."
Pada hari itu yang menjadi saksi atas mereka adalah lidah, tangan, dan kaki mereka, menyangkut apa yang dahulu mereka lakukan ( QS Al-Nur [24] : 24).
Baca Juga
Bahkan boleh jadi, mulut mereka ditutup dan yang berbicara adalah tangan mereka kemudian kaki mereka yang menjadi saksi-saksinya sebagaimana ditegaskan dalam surat Ya Sin (36) : 65.
Quraish Shihab menjelaskan yang ingin diinformasikan oleh ayat-ayat di atas dan semacamnya adalah bahwa pada hari itu tidak ada yang dapat mengelak, tidak ada juga yang dapat menyembunylkan sesuatu di hadapan pengadilan yang maha agung itu.
Siapa yang mengerjakan (walau) sebesar zarrah (dari kebaikan). maka dia akan melihat (ganjarannya) ( QS Az-Zilzal [99] : 7). Demikian pula sebaliknya (baca surat Al-Zilzal [99] : 8).
Pengadilan Ilahi itu akan diadakan terhadap setiap pribadi mukalaf, "Tidak ada satupun di langit dan di bumi kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. Sesungguhnya Tuhan telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah dengan sendiri-sendiri" ( QS Maryam [19] : 93-95)
Pengadilan itu menggunakan "timbangan" yang hak sehingga tidak ada yang teraniaya karena walau sebesar biji sawi pun Tuhan akan mendatangkan ganjarannya. (Baca QS Al-Anbiyat [21] : 47). Apakah timbangan itu sesuatu yang bersifat material atau hanya kiasan tentang keadilan mutlak, tidaklah banyak pengaruhnya dalam akidah, selama diyakini bahwa ketika itu tidak ada lagi sedikit penganiayaan pun. Yang pasti adalah:
Timbangan pada hari itu adalah kebenaran. "Barangsiapa yang berat timbangan (amal salehnya) maka mereka adalah orang-orang beruntung, dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami" ( QS Al-A'raf [7] : 8-9)
Hasil pencatatan amal manusia yang ditimbang itu, akan diserahkan kepada setiap orang:
Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitab (catatan amalnya) dari arah kanannya, maka (dengan gembira) ia berkata: "Inilah, bacalah kitabku ini. Sesungguhnya (sejak dahulu di dunia) aku yakin bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab (perhitungan) atas diriku." Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai; dalam surga yang tinggi, buah-buahannya dekat. (Kepada mereka dikatakan): "Makan dan minumlah dengan sedap dikarenakan amal-amal yang telah kamu kerjakan di hari-hari terdahulu (di dunia)."
Adapun yang diberikan kepadanya kitabnya dari arah kirinya, maka dia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini), dan aku tidak mengetahui apa hisab (perhitungan) terhadap diriku. Aduhai, kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku sama sekali tidak memberi manfaat bagiku. Telah hilang kekuasaan dariku" ( QS Al-Haqqah [69] : 19-29).
(mhy)