Selain Puasa, Inilah Amalan Utama di Bulan Ramadhan
loading...
A
A
A
Dai yang juga Direktur Quantum Akhyar Institute, Ustadz Adi Hidayat menyampaikan tausiyah online terkait amalan utama di bulan Ramadhan. Ramadhan memberikan makna bahwa peluang dosa-dosa kita diampuni, dibakar habis dengan amalan-amalan yang kita kerjakan selama kita menunaikan ibadah puasa.
Di antara sekian amalan itu ada yang menarik yang disampaikan oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yang dihimpun Imam Al-Bukhari dalam hadis sahihnya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barang siapa ibadah (tarawih) di bulan Ramadhan seraya beriman dan ikhlas, maka diampuni baginya dosa yang telah lampau." (HR Al-Bukhari)
Di antara amalan saat puasa itu adalah kalimat Rasulullah SAW yang memberikan spesifikasi amalan dengan "qaama". Kalau dulu shauma sekarang qaama. Tidak disebutkan kalimat qaama dan turunannya kecuali dipahami dengan satu makna yaitu salat.
Karena itu, kalimat yang berupa salat dibuka dengan takbir ditutup dengan salam yang terkandung dalam Al-Qur'an dan Hadis Nabi. Seringkali perintahnya di awali dengan turunan kalimat qaama ini. Qaama, bisa qiyam, aqimu, yuqimun. Perintah salat pertama di Surat Al-Baqarah ayat 3.
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
"(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan salat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka." (QS Al-Baqarah: ayat 3)
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ
"Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'." (Al-Baqarah: ayat 43)
أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَىٰ غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآنَ الْفَجْرِ ۖ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا
"Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya salat Subuh itu disaksikan (oleh Malaikat)." (QS Al-isra': 78)
Jadi ada salat yang dikenal di bulan Ramadhan pada waktu-waktu lain kita bisa tunaikan di malam hari, namun yang ini spesial. Salat siang juga banyak dikerjakan, tapi yang ini orang melihatnya ini spesifik Ramadhan.
Nah, apa yang dimaksud dengan salat ini? Para ulama menurunkan penamaan dari salat ini yang dinamakan dengan Qiyam Ramadhan. Apa yang dimaksud qiyam Ramadhan ini? Bukankah salat subuh juga Qiyam?
Ketika Nabi mengatakan kalimat Ramadhan di sini nampaknya menunjuk yang spesifik yang jarang dikerjakan di luar Ramadhan. Maka dilacaklah oleh para 'ulama dan mereka menyimpulkan salat ini sering dikerjakan oleh Nabi Muhammad SAW dan sekarang diikuti semua orang Islam.
Dari keterangan Rasulullah SAW , jika anda ingin tunaikan salat di malam hari pertama kata Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam silakan tunaikan 2 rakaat, 2 rakaat. Dan jika khawatir akan tiba waktu Fajar itu 2, 2, 2 sampai mau tiba waktu fajar, maka segera tutup dengan witir 1 raka'at.
Bilangan Salat Malam di Bulan Ramadhan
Adapun bilangan salat malam di bulan Ramadhan menurutu hadis tidak memberi batas spesifik, tidak ada batas. Silakan yang penting anda tunaikan 2 rakaat jeda dulu. Khawatir Fajar tiba, ya mungkin ada yang salatnya jam 3 pagi, ada yang salat jam 2 pagi. Kalau salat jam 3 mungkin dapat 10 raka'at, witir 1 jadi 11 rakaat.
Jika dikerjakan pada jam 2 mungkin dapat 20 rakaat. Kalau yang dari jam 9, jam 8, atau semampunya bisa jadi raka'atnya tidak berbilang. Karena itu di kalangan sahabat ada yang 11, ada yang sampai 23. Bahkan ada yang sampai 36 rakaat tambah witirnya 1, kemudian ada yang 3, dan 40 rakaat.
Jadi dari segi bilangan tidak ada jumlah spesifik yang disebutkan Nabi Muhammad SAW. Tetapi Nabi Muhammad memberikan petunjuk dikerjakan 2 raka'at lalu istirahat dulu, 2 raka'at lalu istirahat dulu. Sampai kita merasakan kenikmatan kita tutup dengan 1 raka’at sampai sebelum Fajar.
Sahabat Ibnu Abbas radhiyallaahu 'anhuma ketika beliau menginap di rumah Sayyidah Maymunah radhiyallaahu 'anha, beliau ingin mengetahui kebiasaan Nabi muhammad SAW dari sejak bangun tidur sampai malamnya. Maka dikisahkan oleh beliau, kebiasaan Nabi jika bangkit dari tidurnya beliau duduk sebentar.
Kemudian menghapus bekas ngantuknya dengan tangannya yang diduga bersih. Setelah itu membaca 11 ayat terakhir Surah Ali-'Imran, membaca doa bangun tidur dikuatkan di Hadits Al-Bukhari Nomor 181.
Setelah itu beliau pergi kemudian ke tempat tertutup kemudian menunaikan salat. Apa kata Ibnu Abbas? Salat Nabi ditunaikan 2 raka'at dulu ringan, kemudian tunaikan 2 raka'at, kemudian tunaikan 2 raka'at lagi, kemudian tunaikan 2 raka'at lagi, tunaikan 2 raka'at lagi, tunaikan 2 raka'at lagi baru kemudian witir 1 raka'at.
Ibnu Abbas sempat berada di belakang Nabi kemudian ditarik sejajar oleh Nabi untuk salat bareng. Ini menunjukkan salah satu kebolehan kalau makmumnya satu orang, iman satu orang, maka boleh makmum kemudian berada sejajar dengan imamnya berada di sebelah kanannya.
Jadi yang 2, 2, rakaat ujungnya 1 boleh. Mau yang 4, 4, 3 rakaat pun boleh. Karena itu sebagian sahabat ada yang mengerjakan sampai 23 rakaat yaitu ulama salafush saleh. Sayyidina Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu mengerjakannya 23 rakaat. Kalau ingin ditambahkan silakan karena Nabi Muhammad mengatakan tidak ada batasnya.
Wallahu A’lam Bish Showab
Di antara sekian amalan itu ada yang menarik yang disampaikan oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yang dihimpun Imam Al-Bukhari dalam hadis sahihnya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barang siapa ibadah (tarawih) di bulan Ramadhan seraya beriman dan ikhlas, maka diampuni baginya dosa yang telah lampau." (HR Al-Bukhari)
Di antara amalan saat puasa itu adalah kalimat Rasulullah SAW yang memberikan spesifikasi amalan dengan "qaama". Kalau dulu shauma sekarang qaama. Tidak disebutkan kalimat qaama dan turunannya kecuali dipahami dengan satu makna yaitu salat.
Karena itu, kalimat yang berupa salat dibuka dengan takbir ditutup dengan salam yang terkandung dalam Al-Qur'an dan Hadis Nabi. Seringkali perintahnya di awali dengan turunan kalimat qaama ini. Qaama, bisa qiyam, aqimu, yuqimun. Perintah salat pertama di Surat Al-Baqarah ayat 3.
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
"(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan salat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka." (QS Al-Baqarah: ayat 3)
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ
"Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'." (Al-Baqarah: ayat 43)
أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَىٰ غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآنَ الْفَجْرِ ۖ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا
"Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya salat Subuh itu disaksikan (oleh Malaikat)." (QS Al-isra': 78)
Jadi ada salat yang dikenal di bulan Ramadhan pada waktu-waktu lain kita bisa tunaikan di malam hari, namun yang ini spesial. Salat siang juga banyak dikerjakan, tapi yang ini orang melihatnya ini spesifik Ramadhan.
Nah, apa yang dimaksud dengan salat ini? Para ulama menurunkan penamaan dari salat ini yang dinamakan dengan Qiyam Ramadhan. Apa yang dimaksud qiyam Ramadhan ini? Bukankah salat subuh juga Qiyam?
Ketika Nabi mengatakan kalimat Ramadhan di sini nampaknya menunjuk yang spesifik yang jarang dikerjakan di luar Ramadhan. Maka dilacaklah oleh para 'ulama dan mereka menyimpulkan salat ini sering dikerjakan oleh Nabi Muhammad SAW dan sekarang diikuti semua orang Islam.
Dari keterangan Rasulullah SAW , jika anda ingin tunaikan salat di malam hari pertama kata Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam silakan tunaikan 2 rakaat, 2 rakaat. Dan jika khawatir akan tiba waktu Fajar itu 2, 2, 2 sampai mau tiba waktu fajar, maka segera tutup dengan witir 1 raka'at.
Bilangan Salat Malam di Bulan Ramadhan
Adapun bilangan salat malam di bulan Ramadhan menurutu hadis tidak memberi batas spesifik, tidak ada batas. Silakan yang penting anda tunaikan 2 rakaat jeda dulu. Khawatir Fajar tiba, ya mungkin ada yang salatnya jam 3 pagi, ada yang salat jam 2 pagi. Kalau salat jam 3 mungkin dapat 10 raka'at, witir 1 jadi 11 rakaat.
Jika dikerjakan pada jam 2 mungkin dapat 20 rakaat. Kalau yang dari jam 9, jam 8, atau semampunya bisa jadi raka'atnya tidak berbilang. Karena itu di kalangan sahabat ada yang 11, ada yang sampai 23. Bahkan ada yang sampai 36 rakaat tambah witirnya 1, kemudian ada yang 3, dan 40 rakaat.
Jadi dari segi bilangan tidak ada jumlah spesifik yang disebutkan Nabi Muhammad SAW. Tetapi Nabi Muhammad memberikan petunjuk dikerjakan 2 raka'at lalu istirahat dulu, 2 raka'at lalu istirahat dulu. Sampai kita merasakan kenikmatan kita tutup dengan 1 raka’at sampai sebelum Fajar.
Sahabat Ibnu Abbas radhiyallaahu 'anhuma ketika beliau menginap di rumah Sayyidah Maymunah radhiyallaahu 'anha, beliau ingin mengetahui kebiasaan Nabi muhammad SAW dari sejak bangun tidur sampai malamnya. Maka dikisahkan oleh beliau, kebiasaan Nabi jika bangkit dari tidurnya beliau duduk sebentar.
Kemudian menghapus bekas ngantuknya dengan tangannya yang diduga bersih. Setelah itu membaca 11 ayat terakhir Surah Ali-'Imran, membaca doa bangun tidur dikuatkan di Hadits Al-Bukhari Nomor 181.
Setelah itu beliau pergi kemudian ke tempat tertutup kemudian menunaikan salat. Apa kata Ibnu Abbas? Salat Nabi ditunaikan 2 raka'at dulu ringan, kemudian tunaikan 2 raka'at, kemudian tunaikan 2 raka'at lagi, kemudian tunaikan 2 raka'at lagi, tunaikan 2 raka'at lagi, tunaikan 2 raka'at lagi baru kemudian witir 1 raka'at.
Ibnu Abbas sempat berada di belakang Nabi kemudian ditarik sejajar oleh Nabi untuk salat bareng. Ini menunjukkan salah satu kebolehan kalau makmumnya satu orang, iman satu orang, maka boleh makmum kemudian berada sejajar dengan imamnya berada di sebelah kanannya.
Jadi yang 2, 2, rakaat ujungnya 1 boleh. Mau yang 4, 4, 3 rakaat pun boleh. Karena itu sebagian sahabat ada yang mengerjakan sampai 23 rakaat yaitu ulama salafush saleh. Sayyidina Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu mengerjakannya 23 rakaat. Kalau ingin ditambahkan silakan karena Nabi Muhammad mengatakan tidak ada batasnya.
Wallahu A’lam Bish Showab
(rhs)