Kisah Kemunduran Kekhalifahan Cordoba: Terpengaruh Model Pemerintahan Romawi
loading...
A
A
A
Kekhalifahan Cordoba didirikan oleh Abd al-Rahman III yang merupakan keturunan dari Abd al-Rahman al-Dakhil. Pada Januari 929 ia menobatkan dirinya sendiri menjadi khalifah di dunia Islam.
Jati Pamungkas, S.Hum, M.A. dalam bukunya berjudul "Perang Salib Timur dan Barat, Misi Merebut Yerusalem dan Mengalahkan Pasukan Islam di Eropa" menyebutkan sejak diubahnya status emirat menjadi kekhalifahan, pengaruh Cordoba semakin kuat dalam politik Islam.
"Tepatnya pada tahun 1000, Islam mempunyai tiga kota yang paling menakjubkan bila dilihat dari kemegahan arsitekturnya; juga dari kehidupan penduduknya yang makmur, modern, serta intelektual," ujarnya.
Kota-kota tersebut adalah Baghdad, Kairo, dan Cordoba. Kota di dunia yang dapat menyaingi ketiga kota tersebut hanyalah Konstantinopel di Eropa dan Beijing di Asia.
Tidak hanya Cordoba, Kekhalifahan Cordoba juga mempunyai kota-kota lainnya yang tidak kalah indah dengan Cordoba sendiri, yaitu Sevilla, Toledo, Malaga, dan Granada.
Kekhalifahan Cordoba menemukan kejayaannya pada masa Abd al-Rahman III atau khalifah pertama. Pada waktu itu, Kekhalifahan Cordoba menjadi sinar terang di Eropa karena kerajaan-kerajaan Kristen di Eropa masih terkekang oleh aturan gereja. Masyarakat Eropa hidup dalam keterbatasan sehingga melahirkan keterbelakangan level peradaban yang dikenal sebagai abad kegelapan.
Kejayaan Kekhalifahan Cordoba mulairedup setelahwafatnya Khalifah Abd al-Rahman III pada tahun 961. Kemunduran kekhalifahan ini terasa ketika dipimpin oleh Hisyam II. Ia naik takhtadi usia 11 tahun sehingga membuat pemerintahan di Cordoba menjadi kacau.
Hisyam memerintah sejak tahun 976 hingga 1012. "Namun di antara tahun 1008-1010, atau selama dua tahun, ia tidak menjadi khalifah karena diganti oleh Muhammad II dan Sulaiman II," jelasnya.
Pada tahun 1016, Kekhalifahan Cordoba digoyang oleh kekuatan dari dalam, tepatnya oleh Dinasti Hammudiyah yang berkuasa dari tahun 1016 hingga 1023.
Pada tahun 1023, Kekhalifahan Cordoba kembali berkuasa hingga tahun 1031. Pada tahun 1031, kekhalifahan dibubarkan karena kesepakatan dewan pemerintahan Cordoba dan tidak loyalnya berbagai pemerintahan lokal terhadap pusat.
Menurut Jati Pamungkas, dari catatan sejarah dapat diketahui bahwa Kekhalifahan Cordoba telah terpengaruh pemerintahan senat seperti di Kerajaan Romawi . Kekuasaan khalifah di Cordoba tidak mutlak seperti halnya khalifah Abbasiyah di Baghdad.
Akhirnya khalifah tidak lagi dipilih pasca Khalifah Hisyam III dan konsep kekhalifahan dibubarkan. Hisyam III sendiri meninggal pada tahun 1036 dengan status hidup sebagai orang buangan karena diasingkan ke Lleida, sebuah kota yang sekarang masuk dalam Provinsi Catalonia di Spanyol.
Montgomery Watt dan Pierre Cachia dalam "A History of Islamic Spain". (Piscataway: Transaction Printing, 2008). menyebut sejak tahun 1031, Islam di Semenanjung Iberia terpecah menjadi 33 dinasti kecil. Sejak itulah Reconquista semakin gencar menaklukkan sisa-sisa kekuatan Islam di Andalusia.
Jati Pamungkas, S.Hum, M.A. dalam bukunya berjudul "Perang Salib Timur dan Barat, Misi Merebut Yerusalem dan Mengalahkan Pasukan Islam di Eropa" menyebutkan sejak diubahnya status emirat menjadi kekhalifahan, pengaruh Cordoba semakin kuat dalam politik Islam.
"Tepatnya pada tahun 1000, Islam mempunyai tiga kota yang paling menakjubkan bila dilihat dari kemegahan arsitekturnya; juga dari kehidupan penduduknya yang makmur, modern, serta intelektual," ujarnya.
Kota-kota tersebut adalah Baghdad, Kairo, dan Cordoba. Kota di dunia yang dapat menyaingi ketiga kota tersebut hanyalah Konstantinopel di Eropa dan Beijing di Asia.
Tidak hanya Cordoba, Kekhalifahan Cordoba juga mempunyai kota-kota lainnya yang tidak kalah indah dengan Cordoba sendiri, yaitu Sevilla, Toledo, Malaga, dan Granada.
Kekhalifahan Cordoba menemukan kejayaannya pada masa Abd al-Rahman III atau khalifah pertama. Pada waktu itu, Kekhalifahan Cordoba menjadi sinar terang di Eropa karena kerajaan-kerajaan Kristen di Eropa masih terkekang oleh aturan gereja. Masyarakat Eropa hidup dalam keterbatasan sehingga melahirkan keterbelakangan level peradaban yang dikenal sebagai abad kegelapan.
Kejayaan Kekhalifahan Cordoba mulairedup setelahwafatnya Khalifah Abd al-Rahman III pada tahun 961. Kemunduran kekhalifahan ini terasa ketika dipimpin oleh Hisyam II. Ia naik takhtadi usia 11 tahun sehingga membuat pemerintahan di Cordoba menjadi kacau.
Hisyam memerintah sejak tahun 976 hingga 1012. "Namun di antara tahun 1008-1010, atau selama dua tahun, ia tidak menjadi khalifah karena diganti oleh Muhammad II dan Sulaiman II," jelasnya.
Pada tahun 1016, Kekhalifahan Cordoba digoyang oleh kekuatan dari dalam, tepatnya oleh Dinasti Hammudiyah yang berkuasa dari tahun 1016 hingga 1023.
Pada tahun 1023, Kekhalifahan Cordoba kembali berkuasa hingga tahun 1031. Pada tahun 1031, kekhalifahan dibubarkan karena kesepakatan dewan pemerintahan Cordoba dan tidak loyalnya berbagai pemerintahan lokal terhadap pusat.
Menurut Jati Pamungkas, dari catatan sejarah dapat diketahui bahwa Kekhalifahan Cordoba telah terpengaruh pemerintahan senat seperti di Kerajaan Romawi . Kekuasaan khalifah di Cordoba tidak mutlak seperti halnya khalifah Abbasiyah di Baghdad.
Akhirnya khalifah tidak lagi dipilih pasca Khalifah Hisyam III dan konsep kekhalifahan dibubarkan. Hisyam III sendiri meninggal pada tahun 1036 dengan status hidup sebagai orang buangan karena diasingkan ke Lleida, sebuah kota yang sekarang masuk dalam Provinsi Catalonia di Spanyol.
Montgomery Watt dan Pierre Cachia dalam "A History of Islamic Spain". (Piscataway: Transaction Printing, 2008). menyebut sejak tahun 1031, Islam di Semenanjung Iberia terpecah menjadi 33 dinasti kecil. Sejak itulah Reconquista semakin gencar menaklukkan sisa-sisa kekuatan Islam di Andalusia.
(mhy)