Jangan Menganggap Enteng Dosa-Dosa Kecil, Begini Penjelasannya
loading...
A
A
A
Dalam riwayat itu juga disebutkan: "Kedua mata melakukan zina dengan pandangan, kedua telinga melakukan zina dengan pendengaran, lidah melakukan zina dengan percakapan, dan tangan melakukan zina dengan memukul, serta kaki melakukan zina dengan melangkah."
Imam Ibn al-Qayyim dalam Madarij ai-Salikin berkata, "Yang benar adalah pendapat Jumhur ulama yang mengatakan bahwa al-lamam ialah dosa-dosa kecil, seperti melihat, mengedipkan mata, mencium, dan lain-lain.
Pendapat ini berasal dan Jumhur sahabat dan orang-orang setelah mereka; seperti Abu Hurairah r.a., Ibn Mas'ud, Ibn Abbas, Masruq, dan al-Sya'bi. Pendapat ini tidak menafikan pendapat Abu Hurairah r.a. dan Ibn Abbas dalam riwayat yang lainnya: 'Yakni seseorang mengetahui dosa besar itu kemudian dia tidak mengulanginya lagi.' Karena sesungguhnya al-lamam sama-sama mencakup keduanya.
Ini bermakna bahwa Abu Hurairah r.a. dan Ibn Abbas bermaksud bahwa ada seseorang yang melakukan dosa besar satu kali, kemudian dia tidak mengulanginya lagi, dan hanya sekali itu dilakukan dalam hidupnya, dan ini dinamakan al-lamam.
Kedua orang ini juga berpandangan bahwa al-lamam juga dapat berarti dosa-dosa kecil yang lama kelamaan menjadi besar karena sering diulang berkali-kali. Dan itulah yang dipahami dari pendapat para sahabat r.a., dari kedalaman ilmu mereka.
Tidak diragukan lagi bahwasanya Allah SWT membedakan toleransi kepada hamba-Nya satu atau dua kali, atau tiga kali. Yang dikhawatirkan ialah kesalahan kecil yang seringkali dilakukan sehingga menjadi kebiasaan. Dan bila sering dilakukan maka akan bertumpuk menjadi dosa yang banyak," demikian Ibnu Qayyim.
Walaupun syariah agama ini memberikan toleransi dan menganggap enteng dosa-dosa kecil dan ringan, tetapi dia memberikan peringatan agar tidak mengentengkannya, dengan terus melakukannya. Karena semua perkara yang kecil apabila ditambah dengan perkara yang kecil secara terus-menerus maka akan menjadi besar. Sesungguhnya dosa-dosa yang kecil dapat menjadi dosa besar, dan dosa besar mengakibatkan kepada kekufuran. Kebanyakan api yang besar asalnya adalah api yang kecil.
Sehubungan dengan hal ini Sahl bin Sa,ad meriwayatkan dari Nabi SAW, "Jauhilah dosa-dosa kecil, karena sesungguhnya perumpamaan dosa-dosa kecil adalah sama dengan perumpamaan suatu kaum yang turun ke sebuah lembah. Kemudian ada seorang di antara mereka membawa satu batang kayu, lalu ada lagi orang lain yang membawa sebatang kayu lagi, sampai batang kayu itu dapat dipergunakan untuk memasak roti mereka. Sesungguhnya dosa-dosa kecil itu bila dilakukan secara terus-menerus, dapat membinasakan orang yang melakukannya." (HR Ahmad)
Ibn Mas'ud meriwayatkan dengan lafal: "Jauhilah dosa-dosa kecil, karena sesungguhnya dosa-dosa kecil yang berkumpul pada diri seseorang akan dapat menghancurkannya." Dan sesungguhnya RasulullahSAW mengambil satu perumpamaan dosa kecil ini bagaikan suatu kaum yang tinggal di suatu lembah, lalu datang seorang pembuat roti, kemudian dia menyuruh orang untuk pergi mencari batang kayu; kemudian orang-orang datang membawa batang kayu itu sampai jumlahnya sangat banyak. Lalu mereka menyalakan api dan memasak apa yang mereka berikan kepada tukang roti itu." (Ahmad dan Thabrani)
Imam Ibn al-Qayyim dalam Madarij ai-Salikin berkata, "Yang benar adalah pendapat Jumhur ulama yang mengatakan bahwa al-lamam ialah dosa-dosa kecil, seperti melihat, mengedipkan mata, mencium, dan lain-lain.
Pendapat ini berasal dan Jumhur sahabat dan orang-orang setelah mereka; seperti Abu Hurairah r.a., Ibn Mas'ud, Ibn Abbas, Masruq, dan al-Sya'bi. Pendapat ini tidak menafikan pendapat Abu Hurairah r.a. dan Ibn Abbas dalam riwayat yang lainnya: 'Yakni seseorang mengetahui dosa besar itu kemudian dia tidak mengulanginya lagi.' Karena sesungguhnya al-lamam sama-sama mencakup keduanya.
Ini bermakna bahwa Abu Hurairah r.a. dan Ibn Abbas bermaksud bahwa ada seseorang yang melakukan dosa besar satu kali, kemudian dia tidak mengulanginya lagi, dan hanya sekali itu dilakukan dalam hidupnya, dan ini dinamakan al-lamam.
Kedua orang ini juga berpandangan bahwa al-lamam juga dapat berarti dosa-dosa kecil yang lama kelamaan menjadi besar karena sering diulang berkali-kali. Dan itulah yang dipahami dari pendapat para sahabat r.a., dari kedalaman ilmu mereka.
Tidak diragukan lagi bahwasanya Allah SWT membedakan toleransi kepada hamba-Nya satu atau dua kali, atau tiga kali. Yang dikhawatirkan ialah kesalahan kecil yang seringkali dilakukan sehingga menjadi kebiasaan. Dan bila sering dilakukan maka akan bertumpuk menjadi dosa yang banyak," demikian Ibnu Qayyim.
Walaupun syariah agama ini memberikan toleransi dan menganggap enteng dosa-dosa kecil dan ringan, tetapi dia memberikan peringatan agar tidak mengentengkannya, dengan terus melakukannya. Karena semua perkara yang kecil apabila ditambah dengan perkara yang kecil secara terus-menerus maka akan menjadi besar. Sesungguhnya dosa-dosa yang kecil dapat menjadi dosa besar, dan dosa besar mengakibatkan kepada kekufuran. Kebanyakan api yang besar asalnya adalah api yang kecil.
Sehubungan dengan hal ini Sahl bin Sa,ad meriwayatkan dari Nabi SAW, "Jauhilah dosa-dosa kecil, karena sesungguhnya perumpamaan dosa-dosa kecil adalah sama dengan perumpamaan suatu kaum yang turun ke sebuah lembah. Kemudian ada seorang di antara mereka membawa satu batang kayu, lalu ada lagi orang lain yang membawa sebatang kayu lagi, sampai batang kayu itu dapat dipergunakan untuk memasak roti mereka. Sesungguhnya dosa-dosa kecil itu bila dilakukan secara terus-menerus, dapat membinasakan orang yang melakukannya." (HR Ahmad)
Ibn Mas'ud meriwayatkan dengan lafal: "Jauhilah dosa-dosa kecil, karena sesungguhnya dosa-dosa kecil yang berkumpul pada diri seseorang akan dapat menghancurkannya." Dan sesungguhnya RasulullahSAW mengambil satu perumpamaan dosa kecil ini bagaikan suatu kaum yang tinggal di suatu lembah, lalu datang seorang pembuat roti, kemudian dia menyuruh orang untuk pergi mencari batang kayu; kemudian orang-orang datang membawa batang kayu itu sampai jumlahnya sangat banyak. Lalu mereka menyalakan api dan memasak apa yang mereka berikan kepada tukang roti itu." (Ahmad dan Thabrani)
(mhy)