Kisah Orang Sisilia Membunuh Konstantin karena Kalah Perang Melawan Muslim
loading...
A
A
A
Peristiwa ini terjadi di era Khalifah Utsman bin Affan . Armada laut pasukan Romawi dengan 600 kapal dipimpin Konstantis, adik Heraklius , mencoba menyerang Iskandariah atau Aleksandria dihadang pasukan muslim dengan 200 kapal.
Kala itu, pasukan muslim dipimpin Gubernur Mesir, Abdullah bin Sa'ad. Pertempuran sengit pun terjadi berhari-hari. Korban berguguran. Pantai yang dihantam ombak itu permukaannya sudah seperti anak bukit yang besar oleh timbunan mayat-mayat, darah sudah mengalahkan air.
Dalam pada itu Konstantin sendiri mengalami luka-luka sehingga ia sudah tak berdaya lagi, semangatnya pun sudah makin surut.
Setelah dia dan anak buahnya tahu dan melihat semangat pihak Muslimin yang tidak berkurang, yakinlah dia bahwa sekarang sudah gilirannya dia akan mengalami kehancuran.
Ia berbalik lari bersama semua armada dan pasukannya yang masih tersisa. Ia yakin sekarang bahwa ketangguhan pasukan Muslimin di laut pun ternyata tidak kurang dari ketangguhannya di darat. Mereka tidak akan dapat dikalahkan.
Nah, di sini ada yang aneh. Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah berjudul "Usman bin Affan, Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan" (Pustaka Litera AntarNusa, 1987) menceritakan Abdullah bin Sa'ad berpendapat, musuh yang sudah lari itu tak perlu dikejar. Ia memerintahkan armadanya tetap berada di tempat kejadian peristiwa.
Selama beberapa hari itu ia berada di sana, untuk memberikan kesempatan kepada anak buahnya beristirahat. Setelah itu baru kemudian ia kembali ke pelabuhan Iskandariah.
Keputusan Abdullah bin Sa'ad ini mengundang reaksi negatif lawan politik Khalifah Utsman bin Affan. Mereka mengecam tindakannya itu, dan mengatakan kepada semua orang, bahwa andai kata armada Romawi itu terus dikejar, niscaya akan dapat ditumpas sampai ke akar-akarnya.
Sekalipun terbatas, penumpasan itu niscaya dapat dibenarkan, mengingat segala kerugian yang telah menimpa pasukan Muslimin cukup besar. Akan tetapi karena hal itu tidak dilakukan, malah membiarkan musuh lari, maka seharusnya Khalifah Utsman bin Affan memecatnya.
"Namun hal itu tidak dilakukan karena Abdullah bin Sa'ad masih saudara susuannya," tulis Haekal.
Dulu, di masa pembebasan Makkah, Utsman juga yang pernah memintakan perlindungan kepada Nabi untuk Abdullah bin Sa'ad, setelah Nabi melihat orang ini termasuk dari mereka yang patut mendapat hukuman mati karena pernah murtad.
Lawan-lawan politik Khalifah Utsman itu tetap mengecamnya dan mengeluarkan kata-kata yang tak pernah mereka ucapkan, sehingga Abdullah bin Sa'ad meminta kepada Muhammad bin Huzaifah dan Muhammad bin Abu Bakar - kedua pemuka gerakan ini - untuk tidak bersama-sama satu kendaraan dengan dia.
Sementara itu, Konstantin dengan kapalnya melarikan diri menuju ke Sisilia. Sesudah diketahui warga, apa yang telah menimpanya, kata mereka kepadanya: "Anda telah menghancurkan agama Nasrani dan menghabiskan pemimpin-pemimpinnya. Kalau orang-orang Arab itu ke mari, kita tak punya apa lagi yang dapat mencegahnya."
Kemudian mereka membawanya ke sebuah kamar mandi dan mereka bunuh, sedang yang lain dibiarkan kembali ke Konstantinopel.
Perang Sawari
Pertempuran Dzatus Shawari memiliki arti Pertempuran Tiang Kapal atau disebut juga Pertempuran Foinikos. Ini adalah pertempuran laut krusial yang terjadi pada 655 antara pasukan Muslim yang dipimpin oleh Abu al-A'war as-Sulami melawan armada Bizantium di bawah komando Kaisar Konstans II.
Para sejarawan menamakan perang ini Perang as-Sawari. Ibnu Katsir dalam "al-Bidayah wan Nihayah" mengatakan bahwa mereka menamakannya demikian setelah melihat Muslimin ketika sudah siap bertempur mengikat kapal-kapal mereka satu sama lain, atau mereka mendekati pihak Romawi dan mengikatkan kapal-kapal itu dengan kapal-kapal mereka.
Barangkali dinamakan demikian karena kejadian itu di tempat yang disebut Zat as-Sawari.
Kalangan sejarawan yang membawakan berita-berita tentang perang ini semua menyebutkan bahwa Abdullah bin Sa'ad tinggal di Zat as-Sawari selama beberapa hari lagi setelah pertempuran itu, kemudian ia kembali ke Iskandariah membawa kemenangan.
Menurut Haekal, karena Abdullah bin Sa'ad tetap tinggal di Zat as-Sawari itulah - tidak terus mengejar armada Konstantin yang melarikan diri - yang membuat sebagian mereka mengecamnya.
Tetapi yang sudah pasti, sesudah pertempuran di laut itu pihak Romawi sudah tak berdaya lagi menghadapi mereka, dan setelah itu pihak Musliminlah yang merajai Laut Tengah dari Laut Merah.
Dengan demikian mereka sudah merasa aman dari musuh untuk mengarungi lautan ke pantai mereka sendiri yang mana pun. Itulah yang terjadi. Sesudah itu tak terpikir lagi oleh Romawi hendak kembali ke Afrika, ke Mesir atau ke Syam. (*)
Kala itu, pasukan muslim dipimpin Gubernur Mesir, Abdullah bin Sa'ad. Pertempuran sengit pun terjadi berhari-hari. Korban berguguran. Pantai yang dihantam ombak itu permukaannya sudah seperti anak bukit yang besar oleh timbunan mayat-mayat, darah sudah mengalahkan air.
Dalam pada itu Konstantin sendiri mengalami luka-luka sehingga ia sudah tak berdaya lagi, semangatnya pun sudah makin surut.
Setelah dia dan anak buahnya tahu dan melihat semangat pihak Muslimin yang tidak berkurang, yakinlah dia bahwa sekarang sudah gilirannya dia akan mengalami kehancuran.
Ia berbalik lari bersama semua armada dan pasukannya yang masih tersisa. Ia yakin sekarang bahwa ketangguhan pasukan Muslimin di laut pun ternyata tidak kurang dari ketangguhannya di darat. Mereka tidak akan dapat dikalahkan.
Nah, di sini ada yang aneh. Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah berjudul "Usman bin Affan, Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan" (Pustaka Litera AntarNusa, 1987) menceritakan Abdullah bin Sa'ad berpendapat, musuh yang sudah lari itu tak perlu dikejar. Ia memerintahkan armadanya tetap berada di tempat kejadian peristiwa.
Selama beberapa hari itu ia berada di sana, untuk memberikan kesempatan kepada anak buahnya beristirahat. Setelah itu baru kemudian ia kembali ke pelabuhan Iskandariah.
Keputusan Abdullah bin Sa'ad ini mengundang reaksi negatif lawan politik Khalifah Utsman bin Affan. Mereka mengecam tindakannya itu, dan mengatakan kepada semua orang, bahwa andai kata armada Romawi itu terus dikejar, niscaya akan dapat ditumpas sampai ke akar-akarnya.
Sekalipun terbatas, penumpasan itu niscaya dapat dibenarkan, mengingat segala kerugian yang telah menimpa pasukan Muslimin cukup besar. Akan tetapi karena hal itu tidak dilakukan, malah membiarkan musuh lari, maka seharusnya Khalifah Utsman bin Affan memecatnya.
"Namun hal itu tidak dilakukan karena Abdullah bin Sa'ad masih saudara susuannya," tulis Haekal.
Dulu, di masa pembebasan Makkah, Utsman juga yang pernah memintakan perlindungan kepada Nabi untuk Abdullah bin Sa'ad, setelah Nabi melihat orang ini termasuk dari mereka yang patut mendapat hukuman mati karena pernah murtad.
Lawan-lawan politik Khalifah Utsman itu tetap mengecamnya dan mengeluarkan kata-kata yang tak pernah mereka ucapkan, sehingga Abdullah bin Sa'ad meminta kepada Muhammad bin Huzaifah dan Muhammad bin Abu Bakar - kedua pemuka gerakan ini - untuk tidak bersama-sama satu kendaraan dengan dia.
Sementara itu, Konstantin dengan kapalnya melarikan diri menuju ke Sisilia. Sesudah diketahui warga, apa yang telah menimpanya, kata mereka kepadanya: "Anda telah menghancurkan agama Nasrani dan menghabiskan pemimpin-pemimpinnya. Kalau orang-orang Arab itu ke mari, kita tak punya apa lagi yang dapat mencegahnya."
Kemudian mereka membawanya ke sebuah kamar mandi dan mereka bunuh, sedang yang lain dibiarkan kembali ke Konstantinopel.
Perang Sawari
Pertempuran Dzatus Shawari memiliki arti Pertempuran Tiang Kapal atau disebut juga Pertempuran Foinikos. Ini adalah pertempuran laut krusial yang terjadi pada 655 antara pasukan Muslim yang dipimpin oleh Abu al-A'war as-Sulami melawan armada Bizantium di bawah komando Kaisar Konstans II.
Para sejarawan menamakan perang ini Perang as-Sawari. Ibnu Katsir dalam "al-Bidayah wan Nihayah" mengatakan bahwa mereka menamakannya demikian setelah melihat Muslimin ketika sudah siap bertempur mengikat kapal-kapal mereka satu sama lain, atau mereka mendekati pihak Romawi dan mengikatkan kapal-kapal itu dengan kapal-kapal mereka.
Barangkali dinamakan demikian karena kejadian itu di tempat yang disebut Zat as-Sawari.
Kalangan sejarawan yang membawakan berita-berita tentang perang ini semua menyebutkan bahwa Abdullah bin Sa'ad tinggal di Zat as-Sawari selama beberapa hari lagi setelah pertempuran itu, kemudian ia kembali ke Iskandariah membawa kemenangan.
Menurut Haekal, karena Abdullah bin Sa'ad tetap tinggal di Zat as-Sawari itulah - tidak terus mengejar armada Konstantin yang melarikan diri - yang membuat sebagian mereka mengecamnya.
Tetapi yang sudah pasti, sesudah pertempuran di laut itu pihak Romawi sudah tak berdaya lagi menghadapi mereka, dan setelah itu pihak Musliminlah yang merajai Laut Tengah dari Laut Merah.
Dengan demikian mereka sudah merasa aman dari musuh untuk mengarungi lautan ke pantai mereka sendiri yang mana pun. Itulah yang terjadi. Sesudah itu tak terpikir lagi oleh Romawi hendak kembali ke Afrika, ke Mesir atau ke Syam. (*)
(mhy)