Kisah Pelarian dan Matinya Raja Persia Yazdigird di Era Khalifah Utsman bin Affan
loading...
A
A
A
Yazdigird adalah kaisar Persia yang bertahan sampai di era Khalifah Utsman bin Affan . Tatkala pasukan Islam menguasai Persia , iasedang dalam pelarian dari satu daerah ke daerah lain sampai akhirnya terbunuh di rumah seorang penggali tanah di pesisir Sungai Mirgab.
Muhammad Husain Haekal dalam bukuyang diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah berjudul "Usman bin Affan, Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan" (PT Pustaka Litera AntarNusa, 1987) mengisahkantatkalapasukan Muslimin sedang mengibarkan bendera kemenangannya di mana-mana di kawasan Persia,Yazdigird bersembunyi dalam pelarian.
Sumber-sumber mengenai terbunuhnya Yazdigird masih simpang-siur. Kesimpangsiuran ini karena adanya perbedaan tanggal penaklukan daerah-daerah di Persia.
Menurut Haekal, seluruh Persia sudah ditaklukkan di masa Khalifah Umar bin Khattab , dan sesudah itu pernah bergolak dan mengadakan beberapa kali pemberontakan, yang oleh Yazdigird, pemberontakan ini dimanfaatkan dan ia keluar dari tempat perlindungannya di tempat Khaqan Turki.
"Sulit sekali dapat dipastikan tahun berapa ia kembali pada masa Utsman itu. Akan tetapi tak lama sesudah ia kembali ia berusaha memerangi pasukan Arab. Ia menghimpun semua pasukannya untuk melawan musuhnya itu. Namun semua pasukannya tak memberi arti apa-apa buat dia. Ia lari lagi dari Kerman ke Sijistan kemudian ke Khurasan. Di pesisir Sungai Mirgab inilah ia menemui ajalnya," tutur Haekal.
Menurutnya, sumber-sumber itu sepakat bahwa terbunuhnya Yazdigird bukan ketika ia lari dari pengejaran pasukan Muslimin, tetapi ia terbunuh karena berselisih dengan raja-raja dan pembesar-pembesar Persia sendiri.
Sejarawan Balazuri menuturkan bahwa suatu hari Yazdigird sedang duduk-duduk di Kerman, tiba-tiba datang seorang pembesar kota itu dan berkata kepadanya dengan sikap angkuh. Dimintanya ia segera angkat kaki seraya mengatakan: "Anda tak berhak menjadi penduduk daerah kota ini, apalagi mau sebagai raja. Kalau Anda orang baik-baik Anda tidak akan mengalami nasib seperti ini!"
Ketika ia meneruskan perjalanan ke Sijistan ia disambut oleh raja negeri itu dengan penghormatan dan segala kebesaran.
Sesudah berlalu beberapa hari, ketika ia menanyainya mengenai pajak, sikapnya tiba-tiba berubah. Melihat yang demikian Yazdigird pergi ke Khurasan.
Ketika berada di Merv ia diterima oleh Mahuwe, marzaban (penguasa) kota itu, dengan segala kebesaran dan penghormatan. Kemudian Naizak Turkhan datang dan membawanya dengan penuh penghormatan. Dimintanya ia tinggal bersama Naizak selama satu bulan. Ketika kemudian ia pergi dan Naizak menulis surat kepadanya meminta tangan putrinya, Yazdigird merasa tersinggung dan ia berkata:
"Tulislah kepadanya, bahwa Anda hanyalah seorang budak dari budak-budakku, bagaimana Anda berani melamar kepada saya!"
Ia memerintahkan supaya mengusut Mahuwe, marzaban Merv itu dan menanyainya tentang hartanya. Mahuwe menulis surat kepada Naizak menghasutnya dengan mengatakan: "Orang itu, yang datang terusir sebagai pelarian itu, dan Anda sudah bermurah hati kepadanya supaya ia dapat kembali kepada kerajaannya, menulis surat begitu rupa kepada Anda."
Setelah itu mereka bekerja sama dengan rencana hendak membunuhnya. Kemudian Naizak mendatangi orang-orang Turki sampai ia tiba di Janabiz. Bersama-sama dengan pihak Turki itu ia memeranginya. Ia mengalami pukulan berat sehingga banyak anak buahnya yang terbunuh, dan markasnya pun dirampas. Ketika ia pergi ke kota Merv tetapi tidak dibukai pintu ia turun dari kendaraannya dan berjalan kaki sampai ke rumah penggiling tepung di Mirgab itu."
Hari-hari terakhir Yazdigird
Selanjutnya Balazuri menceritakan terjadinya pembunuhan di rumah penggilingan tepung itu.
Sedangkan Tabari mengutip cerita Naizak dan Yazdigird itu lain lagi. Begitu juga cerita-cerita lain yang dikutipnya, yang semuanya berakhir dengan kematian Yazdigird di rumah penggilingan itu. Ikhtisar cerita yang dibawa oleh Tabari tentang Naizak ialah bahwa Yazdigird lari dari pertempuran di Nahawand ke Asfahan, dan boleh jadi penguasanya ketika itu bernama Mityar, yang oleh penduduk Asfahan sangat dihormati, sebab dia sudah berhasil memerangi orang Arab.
Pada suatu hari ketika Mityar bermaksud menemui Yazdigird, oleh pengawalnya ia dicegah. Merasa dihina pengawal itu diterkamnya sehingga ia mengalami luka-luka dan berlumuran darah. Ketika pengawal itu masuk menemui Yazdigird ia merasa ngeri melihat yang demikian.
Setelah mengetahui apa yang telah menimpanya ia merasa sudah tak ada tempat lagi baginya di Asfahan. Dari sana ia pergi ke Sijistan, yang kemudian dilanjutkan terus ke Merv disertai seribu orang perwira. Ketika itu Mahuwe adalah penguasa Merv.
Karena maksud tertentu Yazdigird ingin mengalihkan perhatian para penguasa itu kepada kemenakannya, Sinjan. Tetapi Mahuwe sudah berusaha hendak menjerumuskannya.
Ia menulis surat kepada Naizak Turkhan supaya mereka seia sekata dalam usaha mereka membunuh Yazdigird dan mengadakan perdamaian dengan pihak Arab. Naizak menulis surat kepada Yazdigird bahwa ia akan datang memberikan pertolongan.
Para pembantu Yazdigird itu tertipu, mereka datang menemui Naizak tanpa membawa senjata dan pasukan, karena sudah yakin dan percaya kepadanya.
Sesudah Naizak berada di tengah-tengah pasukannya, ia melamar putrinya untuk bersama-sama dengan dia memerangi musuhnya. Yazdigird marah besar dan memaki Naizak. Maka Naizak pun mengayunkan alat pemukulnya dan Yazdigird terus melarikan diri sampai ke rumah penggiling di Mirgab itu dan di tempat itulah ia dibunuh.
Dalam sumber lain yang dikutip oleh Tabari dari Ibnu Ishaq menyebutkan bahwa Yazdigird lari dari Kerman dan Merv. Kepada penguasa kota itu ia meminta uang tetapi ditolak. Karena penduduk Merv khawatir Yazdigird dengan pasukannya akan menyerbu maka dalam menghadapinya itu mereka meminta bantuan Turki, yang kemudian datang menjemputnya dan dimintanya ia bermalam. Sesudah teman-temannya banyak yang dibunuh Yazdigird lari ke rumah penggilingan di Mirgab tempat dia dibunuh itu.
Haekal mengatakan sumber-sumber sekitar terbunuhnya Yazdigird memang sangat bersimpang-siur, sama dengan pelariannya yang juga serba simpang-siur.
Yazdigird tidak meninggalkan anak keturunan yang mungkin dapat menyatukan orang kepadanya, atau mengumumkan bahwa dia adalah ahli waris yang sah untuk menduduki takhta. Raja yang sejak dinobatkan sudah 24 tahun menduduki takhta hingga terbunuhnya itu, hanya 4 tahun pertama menikmati kedudukan sebagai raja.
Setelah itu selama 20 tahun yang sangat meletihkan ia selalu menjadi pelarian dari pasukan Arab yang memburunya terus-menerus dari satu daerah ke daerah lain. Mereka memaksanya meninggalkan negerinya. Ia berusaha meminta bantuan Turki atau Cina. Tetapi Turki kemudian mengusirnya karena khawatir akan diserbu oleh pihak Arab di sarangnya sendiri.
Jadi kalau sudah memang demikian dengan kematiannya yang begitu tragis, sudah selayaknya dengan terbunuhnya itu kewibawaan raja pun akan jatuh di mata setiap orang Persia.
Setiap pembesar daerah merasa senang ketika Muslimin tinggal bersama mereka, dan kekuasaan akan tetap di tangan mereka seperti pada masa raja-raja Kisra dulu. Hanya masalah-masalah kedaulatan secara umum saja yang pimpinannya masih di tangan orang Arab.
Para sejarawan itu menyebutkan bahwa sebelum meninggalnya Yazdigird pernah berhubungan dengan seorang perempuan bernama Biru dan sesudah kematiannya ia melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Makhdaj dan hidup sampai berusia lanjut, dan bahwa Makhdaj ini mempunyai beberapa anak di Khurasan, di antara mereka ada dua orang gadis, yang salah seorang di antaranya oleh Hajjaj bin Yusuf dikirimkan kepada Walid bin Abdul-Malik.
Anaknya, Yazid bin Abdul-Malik adalah keturunan dari salah seorang dari mereka itu. Jadi wajar saja, bahwa Makhdaj ini, atau keturunannya, tak dapat menjadi pembela Persia yang akan dapat menyatukan orang kepadanya.
Muhammad Husain Haekal dalam bukuyang diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah berjudul "Usman bin Affan, Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan" (PT Pustaka Litera AntarNusa, 1987) mengisahkantatkalapasukan Muslimin sedang mengibarkan bendera kemenangannya di mana-mana di kawasan Persia,Yazdigird bersembunyi dalam pelarian.
Sumber-sumber mengenai terbunuhnya Yazdigird masih simpang-siur. Kesimpangsiuran ini karena adanya perbedaan tanggal penaklukan daerah-daerah di Persia.
Menurut Haekal, seluruh Persia sudah ditaklukkan di masa Khalifah Umar bin Khattab , dan sesudah itu pernah bergolak dan mengadakan beberapa kali pemberontakan, yang oleh Yazdigird, pemberontakan ini dimanfaatkan dan ia keluar dari tempat perlindungannya di tempat Khaqan Turki.
"Sulit sekali dapat dipastikan tahun berapa ia kembali pada masa Utsman itu. Akan tetapi tak lama sesudah ia kembali ia berusaha memerangi pasukan Arab. Ia menghimpun semua pasukannya untuk melawan musuhnya itu. Namun semua pasukannya tak memberi arti apa-apa buat dia. Ia lari lagi dari Kerman ke Sijistan kemudian ke Khurasan. Di pesisir Sungai Mirgab inilah ia menemui ajalnya," tutur Haekal.
Menurutnya, sumber-sumber itu sepakat bahwa terbunuhnya Yazdigird bukan ketika ia lari dari pengejaran pasukan Muslimin, tetapi ia terbunuh karena berselisih dengan raja-raja dan pembesar-pembesar Persia sendiri.
Sejarawan Balazuri menuturkan bahwa suatu hari Yazdigird sedang duduk-duduk di Kerman, tiba-tiba datang seorang pembesar kota itu dan berkata kepadanya dengan sikap angkuh. Dimintanya ia segera angkat kaki seraya mengatakan: "Anda tak berhak menjadi penduduk daerah kota ini, apalagi mau sebagai raja. Kalau Anda orang baik-baik Anda tidak akan mengalami nasib seperti ini!"
Ketika ia meneruskan perjalanan ke Sijistan ia disambut oleh raja negeri itu dengan penghormatan dan segala kebesaran.
Sesudah berlalu beberapa hari, ketika ia menanyainya mengenai pajak, sikapnya tiba-tiba berubah. Melihat yang demikian Yazdigird pergi ke Khurasan.
Ketika berada di Merv ia diterima oleh Mahuwe, marzaban (penguasa) kota itu, dengan segala kebesaran dan penghormatan. Kemudian Naizak Turkhan datang dan membawanya dengan penuh penghormatan. Dimintanya ia tinggal bersama Naizak selama satu bulan. Ketika kemudian ia pergi dan Naizak menulis surat kepadanya meminta tangan putrinya, Yazdigird merasa tersinggung dan ia berkata:
"Tulislah kepadanya, bahwa Anda hanyalah seorang budak dari budak-budakku, bagaimana Anda berani melamar kepada saya!"
Ia memerintahkan supaya mengusut Mahuwe, marzaban Merv itu dan menanyainya tentang hartanya. Mahuwe menulis surat kepada Naizak menghasutnya dengan mengatakan: "Orang itu, yang datang terusir sebagai pelarian itu, dan Anda sudah bermurah hati kepadanya supaya ia dapat kembali kepada kerajaannya, menulis surat begitu rupa kepada Anda."
Setelah itu mereka bekerja sama dengan rencana hendak membunuhnya. Kemudian Naizak mendatangi orang-orang Turki sampai ia tiba di Janabiz. Bersama-sama dengan pihak Turki itu ia memeranginya. Ia mengalami pukulan berat sehingga banyak anak buahnya yang terbunuh, dan markasnya pun dirampas. Ketika ia pergi ke kota Merv tetapi tidak dibukai pintu ia turun dari kendaraannya dan berjalan kaki sampai ke rumah penggiling tepung di Mirgab itu."
Hari-hari terakhir Yazdigird
Selanjutnya Balazuri menceritakan terjadinya pembunuhan di rumah penggilingan tepung itu.
Sedangkan Tabari mengutip cerita Naizak dan Yazdigird itu lain lagi. Begitu juga cerita-cerita lain yang dikutipnya, yang semuanya berakhir dengan kematian Yazdigird di rumah penggilingan itu. Ikhtisar cerita yang dibawa oleh Tabari tentang Naizak ialah bahwa Yazdigird lari dari pertempuran di Nahawand ke Asfahan, dan boleh jadi penguasanya ketika itu bernama Mityar, yang oleh penduduk Asfahan sangat dihormati, sebab dia sudah berhasil memerangi orang Arab.
Pada suatu hari ketika Mityar bermaksud menemui Yazdigird, oleh pengawalnya ia dicegah. Merasa dihina pengawal itu diterkamnya sehingga ia mengalami luka-luka dan berlumuran darah. Ketika pengawal itu masuk menemui Yazdigird ia merasa ngeri melihat yang demikian.
Setelah mengetahui apa yang telah menimpanya ia merasa sudah tak ada tempat lagi baginya di Asfahan. Dari sana ia pergi ke Sijistan, yang kemudian dilanjutkan terus ke Merv disertai seribu orang perwira. Ketika itu Mahuwe adalah penguasa Merv.
Karena maksud tertentu Yazdigird ingin mengalihkan perhatian para penguasa itu kepada kemenakannya, Sinjan. Tetapi Mahuwe sudah berusaha hendak menjerumuskannya.
Ia menulis surat kepada Naizak Turkhan supaya mereka seia sekata dalam usaha mereka membunuh Yazdigird dan mengadakan perdamaian dengan pihak Arab. Naizak menulis surat kepada Yazdigird bahwa ia akan datang memberikan pertolongan.
Para pembantu Yazdigird itu tertipu, mereka datang menemui Naizak tanpa membawa senjata dan pasukan, karena sudah yakin dan percaya kepadanya.
Sesudah Naizak berada di tengah-tengah pasukannya, ia melamar putrinya untuk bersama-sama dengan dia memerangi musuhnya. Yazdigird marah besar dan memaki Naizak. Maka Naizak pun mengayunkan alat pemukulnya dan Yazdigird terus melarikan diri sampai ke rumah penggiling di Mirgab itu dan di tempat itulah ia dibunuh.
Dalam sumber lain yang dikutip oleh Tabari dari Ibnu Ishaq menyebutkan bahwa Yazdigird lari dari Kerman dan Merv. Kepada penguasa kota itu ia meminta uang tetapi ditolak. Karena penduduk Merv khawatir Yazdigird dengan pasukannya akan menyerbu maka dalam menghadapinya itu mereka meminta bantuan Turki, yang kemudian datang menjemputnya dan dimintanya ia bermalam. Sesudah teman-temannya banyak yang dibunuh Yazdigird lari ke rumah penggilingan di Mirgab tempat dia dibunuh itu.
Haekal mengatakan sumber-sumber sekitar terbunuhnya Yazdigird memang sangat bersimpang-siur, sama dengan pelariannya yang juga serba simpang-siur.
Yazdigird tidak meninggalkan anak keturunan yang mungkin dapat menyatukan orang kepadanya, atau mengumumkan bahwa dia adalah ahli waris yang sah untuk menduduki takhta. Raja yang sejak dinobatkan sudah 24 tahun menduduki takhta hingga terbunuhnya itu, hanya 4 tahun pertama menikmati kedudukan sebagai raja.
Setelah itu selama 20 tahun yang sangat meletihkan ia selalu menjadi pelarian dari pasukan Arab yang memburunya terus-menerus dari satu daerah ke daerah lain. Mereka memaksanya meninggalkan negerinya. Ia berusaha meminta bantuan Turki atau Cina. Tetapi Turki kemudian mengusirnya karena khawatir akan diserbu oleh pihak Arab di sarangnya sendiri.
Jadi kalau sudah memang demikian dengan kematiannya yang begitu tragis, sudah selayaknya dengan terbunuhnya itu kewibawaan raja pun akan jatuh di mata setiap orang Persia.
Setiap pembesar daerah merasa senang ketika Muslimin tinggal bersama mereka, dan kekuasaan akan tetap di tangan mereka seperti pada masa raja-raja Kisra dulu. Hanya masalah-masalah kedaulatan secara umum saja yang pimpinannya masih di tangan orang Arab.
Para sejarawan itu menyebutkan bahwa sebelum meninggalnya Yazdigird pernah berhubungan dengan seorang perempuan bernama Biru dan sesudah kematiannya ia melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Makhdaj dan hidup sampai berusia lanjut, dan bahwa Makhdaj ini mempunyai beberapa anak di Khurasan, di antara mereka ada dua orang gadis, yang salah seorang di antaranya oleh Hajjaj bin Yusuf dikirimkan kepada Walid bin Abdul-Malik.
Anaknya, Yazid bin Abdul-Malik adalah keturunan dari salah seorang dari mereka itu. Jadi wajar saja, bahwa Makhdaj ini, atau keturunannya, tak dapat menjadi pembela Persia yang akan dapat menyatukan orang kepadanya.
(mhy)