Hadis Palsu yang Digunakan Dalil Kiamat 15 Ramadan Tahun Ini

Sabtu, 04 April 2020 - 05:05 WIB
Hadis Palsu yang Digunakan...
Hadis Palsu yang Digunakan Dalil Kiamat 15 Ramadan Tahun Ini
A A A
SEJAUH ini Pemerintah memang belum memutuskan kapan dimulai awal puasa atau 1 Ramadhan 1441 H. Namun, Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menetapkan awal puasa dimulai pada Jumat, 24 April 2020.

Jika pemerintah dan ormas lainnya, seperti Nahdlatul Ulama (NU), sama-sama memutuskan 1 Ramadhan adalah 24 April, maka puasa dimulai hari Jumat dan pertengahan puasa atau tanggal 15 Ramadhan 1441 akan jatuh pada hari Jumat pula. Itu bertepatan dengan 8 Mei 2020.

Angka 15 Ramadhan bertepatan dengan hari Jumat ternyata mengandung makna mengerikan bagi mereka yang percaya. Belakang ini, beredar broadcast di media sosial bahwa kiamat akan terjadi pada malam Jumat atau hari Jumat pertengahan bulan Ramadhan.

Pada broadcast itu disampaikan sabda Nabi Muhammad Salallahu alaihi wa salam (SAW) yang menyatakan jika tanggal 15 Ramadhan bertepatan dengan malam Jumat, maka akan terdengar suara keras yang mengagetkan semua orang. Yang tidur pulas akan terbangun, yang bangun akan kaget, perempuan-perempuan berhamburan keluar dari biliknya.

Pada hari itu akan terjadi gempa bumi merata di mana-mana, selanjutnya dalam bulan Dzulhijjah akan terjadi pertumpahan darah.

Lantaran video kiamat dan hura-hura itu viral maka Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, Dr Syamsuddin MA, merasa perlu meluruskan. Ia menulis artikel berjudul "Luruskan Hadits Prahara 15 Ramadhan" di media resmi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, pwm.co. yang tayang 31 Maret lalu.

Menurut dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya ini, bagi umat Islam, Ramadhan adalah bulan istimewa. Allah Subhanahu wa Taala (SWT) memuliakan hamba-hamba-Nya pada bulan ini dengan limpahan barakah, kebaikan, dan rahmat.

Dengan demikian, bulan Ramadhan adalah bulan bahagia, gembira, suka cita yang harus disyukuri oleh semua orang Islam. Bukan bulan yang menakutkan dan mencemaskan.

Jadi Bahasan Ratusan Tahun Silam
Lalu bagaimana informasi kenabian yang menakutkan dan mencemaskan terkait soal hadis huru hara tanggal 15 Ramadhan ?

Menurut dia, hadis dengan konten peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di akhir zaman atau hadis futuristik, oleh Ibnul Qayyim disebut sebagai at-Tawarikh al-Mustaqbalah (al-Manar al-Munif: 98). Hadis seperti ini sudah menjadi pembahasan di kalangan ulama muhadditsin sejak ratusan tahun silam.

Soal hadis huru hara tersebut, menurut dia, ada beberapa jalur periwayatan yang kesemuanya tidak otentik. Tidak memadai untuk hujjah agama.Yang paling lengkap adalah yang diriwayatkan oleh Nu’aim bin Hammad (w 288 H) dalam Kitab al-Fitan halaman 228 atau hadis nomor 638, sebagai berikut:

٦٣٨ – حدثنا أبو عمر عن ابن لهيعة قال حدثني عبد الوهاب ابن حسين عن محمد بن ثابت البناني عن أبيه عن الحارث الهمداني عن ابن مسعود رضى الله عنه عن النبي صلى الله عليه و سلم قال إذا كانت صيحة في رمضان فإن يكون معمعة في شوال وتميز القبائل في ذي القعدة وتسفك الدماء في ذي الحجة والمحرم وما المحرم يقولها ثلاثا هيهات هيهات يقتل الناس فيها هرجا هرجا قال قلنا وما الصيحة يا رسول الله قال هذه في النصف من رمضان ليلة جمعة فتكون هذه توقظ النائم وتقعد القائم وتخرج العواتق من خدورهن في ليلة جمعة في سنة كثيرة الزلازل فإذا صليتم الفجر من يوم الجمعة فادخلوا بيوتكم واغلقوا أبوابكم وسدوا كواكم ودثروا أنفسك وسدوا آذانكم فإذا حسستم بالصيحة فخروا لله سجدا وقولوا سبحان القدوس سبحان القدوس ربنا القدوس فإن من فعل ذلك نجا ومن لم يفعل ذلك هلك


Telah menceritakan kepada kami Abu Umar, dari Ibnu Luhai’ah. Ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab bin Husain, dari Muhammad bin Tsabit al-Bunani, dari ayahnya, dari al-Haris al-Hamdani dari Ibnu Mas’ud ra, dari Nabi SAW.

Beliau berkata: Apabila ada suara keras di bulan Ramadhan maka akan terjadi huru-hara di bulan Syawal. Kabilah-kabilah akan berselisih di bulan Dzulqa’dah, dan akan terjadi pertumpahan darah di bulan Dzulhijjah dan Muharram.Tahukah kalian apa yang akan terjadi di bulan Muharram? (Nabi SAW mengulanginya hingga tiga kali). Jauh dari pikiran kalian. Manusia akan saling bunuh dengan hiruk pikuk.

Ibnu mas’ud melanjutkan ceritanya, kami bertanya, “Duhai Rasulullah apakah teriakan keras tersebut? Nabi SAW menerangkan, hal tersebut terjadi pada pertengahan Ramadhan malam Jumat. Suara keras yang membangunkan orang tidur, yang berdiri akan duduk, gadis-gadis pingitan berhamburan keluar dari biliknya, pada hari Jumat pada tahun terjadi gempa di mana-mana.

Apabila kalian selesai tunaikan shalat Subuh pada hari Jumat maka segeralah masuk ke dalam rumah. Tutup pintu pintu rumah kalian. Sumbat lubang-lubangnya. Tenangkan diri kalian, sumbat telinga-telinga kalian.

Jika kalian merasa mendengarkan suara keras, maka sujudlah dan ucapkanlah: subhaana al-Quddus, subhaana al-Quddus, rabbuna al-qudduus. Siapa saja yang melakukannya niscaya selamat. Siapa saja yang tidak melakukannya niscaya binasa.

Para Perawi Tidak Kredibel
Dalam pandangan ulama kritikus hadis, Syamsuddin mengatakan, riwayat ini lemah, bahkan palsu. "Hal ini sebabkan sebagaian besar rawinya tidak kredibel. Tidak memenuhi syarat sebagai periwayat hadis maqbul, sebagaimana paparan berikut ini," tandasnya.

Sanad pertama, Abu Umar. Menurut dia, adalah seorang perawi yang majhul al-hal atau tidak terlacak identitasnya. Dari sekian banyak murid Abdullah bin Luhai’ah tidak satu pun yang bernama Abu Umar. (Tahdzib at-Tahdzib, IV/135).

Sanad kedua, Abdullah bin Luhai’ah al-Hadhrami. Menurut Ibn Hajar al-Asqalani, ia pernah menjabat sebagai qadhi di Mesir, faqih, hafalannya kacau setelah kitab-kitabnya terbakar.

Periwayatan Ibnu al-Mubarak dan Ibnu Wahb darinya dianggap paling kuat dibanding dari yang lainnya. Menurut al-Jurjani; haditsnya sebelum ia pikun memadai untuk ditulis.

Yahya bin Ma’in menyampaikan beberapa komentar yang berbeda-beda. Hadits yang disampaikan sebelum rumahnya terbakar memadai untuk ditulis. Pernah juga mengatakan hadisnya lemah tidak patut dijadikan hujjah. Juga pernah mengatakan ia tsiqah tidak pernah pikun sepanjang hayatnya (Tahdzib at-Tahdzib, IV/135).

Sanad ketiga Abdul Wahab bin Husain, adalah seorang perawi yang majhul al-hal atau tidak terlacak identitasnya. Dari sekian banyak guru Abdullah bin luhai’ah tidak ada yang bernama Abdul Wahab bin Husain, (Tahdzib at-Tahdzib, IV/134).

Sanad keempat Muhammad bin Tsabit al-Bunani. Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Tsabit bin Aslam al-Bunani. Menurut Abu Hatim ar-razi.
Ia suka meriwayatkan hadits-hadits mungkar. Hadits-haditsnya boleh dikoleksi tetapi tidak boleh dipergunakan sebagi hujjah.

Menurut Abu Dawud as-Sijistani; ia sebagai periwayat yang lemah. Menurut an-Nasa’i, ad-daruqutni, dan Ibn Hajar al-Asqalani; ia adalah seorang periwayat yang lemah. Menurut imam al-Bukhari; ia memiliki koleksi hadis yang aneh-aneh yang patut ditolak, (Tahdzib at-Tahdzib, VI/170).
Sanad kelima Abu Muhammad Tsabit bin Aslam al-Bunani, menurut al-Jurjani, ia adalah seorang periwayat yang tsiqah dan terpercaya, generasi tabiin dari basrah, ahli iabadah, zahid, dan penghafal hadits.

Mengkoleksi sabda Nabi dari para pemuka hadis yang terpercaya, di antaranya dari Hammad bin Salamah. Bu Hatim ar-Razi, Ibnu Hibban, Abu Dawud, al-Hakim an-Naisaburi, Ahmad bin Hanbal, an-Nasa’i dan Ibnu Hajar al-Asqalani. Semuanya menilainya sebagai sosok yang terpercaya, tsiqah, serta ahli ibadah yang zahid. (Tahdzib at-Tahdzib, I/512)

Sanad keenam adalah al-Haris al-Hamdani. Nama lengkapnya adalah Abu Zuhari al-Haris bin Abdillah al-A’war al-Kufi al-Hamdani. Menurut Abu Ishaq as-Sabi’i, Abu Bakar bin Iyasy, Zuhair bin Harb an-Nasa’i, Zuhair bin Muawiyah al-Ju’fiy, dan Ali al-Madini, bahwa al-Haris al-Hamdani adalah seorang perawi tukang dusta.

Amir bin Surahbil berkata, “Demi Allah ia adalah salah seorang pendusta.” Adz-Dzahabi dan Ibn Hajar al-Asqalani mengatakan, bahwa al-Haris al-Hamdani tertuduh sebagai rafidhiy dan hadisnya lemah. Yahya bin Ma’in mengatakan bahwa al-Haris al-Hamdani hadisnya lemah, namun tsiqah untuk hadis yang ia riwayatkan dari Ali bin Abi Thalib.

Selain Nu’aim bin Hammad, ath-Thabrani juga meriwayatkan hadis yang serupa, melewati jalur Abdul Wahab adh-Dhahhak Ismail bin Iyasr al-Auza’iy Abdah bin Lubabah Fairuz ad-Dailami. (Mu’jam al-Kabir, XVIII/332, 853).
Menurut al-Albani, ini adalah riwayat palsu karena Abdul Wahab adh-Dhahhak adalah seorang pendusta dan Abdah bin Lubabah tidak pernah bertemu dengan Fairuz ad-Dailami, dari sisi kritik sanad riwayt yang demikian ini mursal, sehingga tidak tentik, (as-Silsilah adh-Dha’ifah, nomor 6178).

Dalam ad-Dhu’afa al-Kabir karya al-Uqaili disebutlan adanya riwayat serupa yang melewati jalur Ali bin Sa’id bin Dawud al-Azadiy, Ali bin Husain al-Mushili, Ubaisah bin Abi Shaghirah al-hamdani, al-Auza’i, Abdul Wahid bin Qais, Abi Hurairah. Ini adalah hadis palsu yang tidak memiliki pijakan orang tsiqah.

"Dengan demikian disimpulkan bahwa soal hadis huru-hara di pertengahan Ramadan adalah hadis palsu yang tidak bisa dijadikan sebagai hujjah agama," katanya.
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1744 seconds (0.1#10.140)