Kisah Heraklius Lepas Kota Nabi Ibrahim, Mukjizat Khalid bin Walid
loading...
A
A
A
Tetapi dukungan ini tidak bebas dari kritik dan kecaman orang. Mereka mengutip sumber-sumber lain yang lebih wajar dalam hal seperti peristiwa Damsyik ini. Misalnya, sumber-sumber yang menyebutkan bahwa Abu Ubaidah dengan pasukannya menyerang Gerbang Jabiah dan dibuka dengan kekerasan, sementara Khalid yang mengadakan persetujuan damai dengan pihak kota di Gerbang Syarqi.
Setelah kedua panglima itu bertemu di dalam kota Damsyik perdamaian yang diadakan oleh Khalid itu diterima oleh Abu Ubaidah dan diperlakukan untuk seluruh kota. Sebenarnya sumber ini tidak berbeda dengan sumber yang pertama, kecuali yang berkenaan dengan mukjizat-mukjizat Khalid, seperti dia sudah mengetahui panglima Rumawi yang mengadakan pesta dan pengaruhnya terhadap para pengawal, memanjat pagar tembok dan tentang tali-temali. Andaikata soal mukjizat-mukjizat itu tidak disebut-sebut, dan katanya Khalid yang membuka Gerbang Syarqi dengan kekerasan dan Abu Ubaidah yang mengadakan persetujuan dengan pihak Gerbang Jabiah lalu terjadi perdamaian di seluruh kota, tentu kedua sumber itu tetap sejalan, artinya bahwa panglima-panglima Muslimin mengetahui bahwa pengepungan itu melemahkan mereka yang terkepung, lalu mereka sepakat menyerang semua gerbang kota.
Sesudah pihak Damsyik melihat serangan pasukan Muslimin, terjadi perselisihan apa yang akan mereka perbuat. Lalu sebagian mereka membuka pintu-pintu gerbang itu dan yang sebagian lagi kemudian.
Lalu panglima yang berikutnya membuka gerbang itu dengan paksa. Dengan demikian ada pasukan Muslimin yang masuk dengan cara damai, dan ada pula yang menyerbu tanpa menemui perlawanan. Maka terjadilah kemudian persetujuan damai untuk seluruh kota.
Perbedaan Pendapat
Menurut Haekal, gambaran ini saling mendukung kedua sumber itu, dan sumber-sumber yang berbeda tentang pembebasan Damsyik tidak lagi saling bertentangan. Di antara sumber-sumber itu ada yang menyebutkan, bahwa Uskup kota Damsyik beberapa kali berada di pagar berbicara dengan Khalid bin Walid.
Suatu hari ia berkata kepada Khalid: "Abu Sulaiman, soal kalian sudah di ambang pintu, tetapi ada perjanjian saya dengan Anda. Maka adakanlah perdamaian dengan saya mengenai kota ini."
Khalid setuju. Khalid meminta tinta dan kertas lalu menulis: "Bismillahir-rahmanir-rahim. Inilah yang dibuat Khalid untuk penduduk Damsyik bilamana ia sudah memasuki kota. Keamanan mereka dijamin: jiwa mereka, harta benda, gereja-gereja dan pagar-pagar tembok kota mereka. Tak boleh merusak atau menempati bangunan-bangunan mereka. Dalam hal ini mereka memperoleh janji Allah dan jaminan Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam serta para khalifah dan orang-orang beriman. Jangan sampai mereka mendapat gangguan bilamana mereka sudah membayar jizyah."
Sesudah menyebutkan tentang surat ini oleh al-Balazuri ditambahkan, bahwa pada suatu malam Uskup itu mengungkapkan kepada Khalid bahwa kota ini sekarang sedang dalam hari raya dan penduduk sedang sibuk, la meminta disediakan sebuah tangga, maka dibawakan dua buah tangga. Beberapa orang pasukan Muslimin menaiki tangga itu ke atas pagar tembok, lalu turun di sebuah gerbang yang hanya ada satu atau dua orang. Mereka saling
membantu dan gerbang dibuka saat matahari terbit. Dalam pada itu Abu Ubaidah di bagian samping sudah, memasuki Gerbang Jabiah dengan cara kekerasan. Uskup itu menunjukkan kepadanya surat Khalid.
Beberapa kalangan Muslimin mengatakan: "Pimpinan bukan di tangan Khalid, ia tidak layak mengadakan perdamaian."
Maka Abu Ubaidah berkata: "Perlindungan yang sudah diberikan oleh salah seorang dari Muslimin kepada mereka, tak dapat dibatalkan."
Sumber lain menyebutkan bahwa setelah pengepungan berjalan begitu lama dan keadaan makin terasa berat bagi penduduk Damsyik, diam-diam mereka menghubungi pihak Muslimin untuk mengadakan perdamaian. Pihak Muslimin bertahan agar diadakan bagi rata, yakni segala yang ada di Damsyik separuh untuk mereka.
Pihak Damsyik maju-mundur untuk menerima tawaran ini. Karena gamisun kota itu tak mampu mempertahankan diri dan melindungi penduduk, maka tak ada jalan lain kecuali menyerah. Setelah mengirim utusan kepada Abu Ubaidah dan ia menjamin keamanan kota, mereka membukakan pintu-pintu gerbang itu. Abu Ubaidah bersama para perwira dan angkatan bersenjatanya memasuki kota tanpa pertempuran.
Demikian beberapa sumber yang beraneka macam mengenai pembebasan Damsyik. Kalangan sejarawan sepakat — di samping adanya perbedaan-perbedaan bahwa mereka memasuki kota secara damai, bukan dengan kekerasan. Ini memperkuat apa yang sudah kita sebutkan di atas, bahwa karena lamanya pengepungan dan mereka putus asa menunggu bala bantuan dari Heraklius, pihak Damsyik lalu meminta damai, dengan adanya perbedaan mengenai syarat-syaratnya.
Setelah kedua panglima itu bertemu di dalam kota Damsyik perdamaian yang diadakan oleh Khalid itu diterima oleh Abu Ubaidah dan diperlakukan untuk seluruh kota. Sebenarnya sumber ini tidak berbeda dengan sumber yang pertama, kecuali yang berkenaan dengan mukjizat-mukjizat Khalid, seperti dia sudah mengetahui panglima Rumawi yang mengadakan pesta dan pengaruhnya terhadap para pengawal, memanjat pagar tembok dan tentang tali-temali. Andaikata soal mukjizat-mukjizat itu tidak disebut-sebut, dan katanya Khalid yang membuka Gerbang Syarqi dengan kekerasan dan Abu Ubaidah yang mengadakan persetujuan dengan pihak Gerbang Jabiah lalu terjadi perdamaian di seluruh kota, tentu kedua sumber itu tetap sejalan, artinya bahwa panglima-panglima Muslimin mengetahui bahwa pengepungan itu melemahkan mereka yang terkepung, lalu mereka sepakat menyerang semua gerbang kota.
Sesudah pihak Damsyik melihat serangan pasukan Muslimin, terjadi perselisihan apa yang akan mereka perbuat. Lalu sebagian mereka membuka pintu-pintu gerbang itu dan yang sebagian lagi kemudian.
Lalu panglima yang berikutnya membuka gerbang itu dengan paksa. Dengan demikian ada pasukan Muslimin yang masuk dengan cara damai, dan ada pula yang menyerbu tanpa menemui perlawanan. Maka terjadilah kemudian persetujuan damai untuk seluruh kota.
Perbedaan Pendapat
Menurut Haekal, gambaran ini saling mendukung kedua sumber itu, dan sumber-sumber yang berbeda tentang pembebasan Damsyik tidak lagi saling bertentangan. Di antara sumber-sumber itu ada yang menyebutkan, bahwa Uskup kota Damsyik beberapa kali berada di pagar berbicara dengan Khalid bin Walid.
Suatu hari ia berkata kepada Khalid: "Abu Sulaiman, soal kalian sudah di ambang pintu, tetapi ada perjanjian saya dengan Anda. Maka adakanlah perdamaian dengan saya mengenai kota ini."
Khalid setuju. Khalid meminta tinta dan kertas lalu menulis: "Bismillahir-rahmanir-rahim. Inilah yang dibuat Khalid untuk penduduk Damsyik bilamana ia sudah memasuki kota. Keamanan mereka dijamin: jiwa mereka, harta benda, gereja-gereja dan pagar-pagar tembok kota mereka. Tak boleh merusak atau menempati bangunan-bangunan mereka. Dalam hal ini mereka memperoleh janji Allah dan jaminan Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam serta para khalifah dan orang-orang beriman. Jangan sampai mereka mendapat gangguan bilamana mereka sudah membayar jizyah."
Sesudah menyebutkan tentang surat ini oleh al-Balazuri ditambahkan, bahwa pada suatu malam Uskup itu mengungkapkan kepada Khalid bahwa kota ini sekarang sedang dalam hari raya dan penduduk sedang sibuk, la meminta disediakan sebuah tangga, maka dibawakan dua buah tangga. Beberapa orang pasukan Muslimin menaiki tangga itu ke atas pagar tembok, lalu turun di sebuah gerbang yang hanya ada satu atau dua orang. Mereka saling
membantu dan gerbang dibuka saat matahari terbit. Dalam pada itu Abu Ubaidah di bagian samping sudah, memasuki Gerbang Jabiah dengan cara kekerasan. Uskup itu menunjukkan kepadanya surat Khalid.
Beberapa kalangan Muslimin mengatakan: "Pimpinan bukan di tangan Khalid, ia tidak layak mengadakan perdamaian."
Maka Abu Ubaidah berkata: "Perlindungan yang sudah diberikan oleh salah seorang dari Muslimin kepada mereka, tak dapat dibatalkan."
Sumber lain menyebutkan bahwa setelah pengepungan berjalan begitu lama dan keadaan makin terasa berat bagi penduduk Damsyik, diam-diam mereka menghubungi pihak Muslimin untuk mengadakan perdamaian. Pihak Muslimin bertahan agar diadakan bagi rata, yakni segala yang ada di Damsyik separuh untuk mereka.
Pihak Damsyik maju-mundur untuk menerima tawaran ini. Karena gamisun kota itu tak mampu mempertahankan diri dan melindungi penduduk, maka tak ada jalan lain kecuali menyerah. Setelah mengirim utusan kepada Abu Ubaidah dan ia menjamin keamanan kota, mereka membukakan pintu-pintu gerbang itu. Abu Ubaidah bersama para perwira dan angkatan bersenjatanya memasuki kota tanpa pertempuran.
Demikian beberapa sumber yang beraneka macam mengenai pembebasan Damsyik. Kalangan sejarawan sepakat — di samping adanya perbedaan-perbedaan bahwa mereka memasuki kota secara damai, bukan dengan kekerasan. Ini memperkuat apa yang sudah kita sebutkan di atas, bahwa karena lamanya pengepungan dan mereka putus asa menunggu bala bantuan dari Heraklius, pihak Damsyik lalu meminta damai, dengan adanya perbedaan mengenai syarat-syaratnya.
(mhy)