Kisah Heraklius Lepas Kota Nabi Ibrahim, Mukjizat Khalid bin Walid

Minggu, 04 Oktober 2020 - 08:42 WIB
loading...
Kisah Heraklius Lepas Kota Nabi Ibrahim, Mukjizat Khalid bin Walid
Pasukan Heraklius. Foto/Ilustrasi/Ist
A A A
KAISAR Herakilus mengirim pasukan dari Hims sebagai bala bantuan ke Damsyik yang tengah dikepung pasukan Muslimin. Tetapi dalam perjalanan angkatan bersenjata ini dihadang oleh Zul-Kula' dan oleh pasukan berkuda dari Yaman , maka terjadilah pertempuran sengit antara keduanya. ( )

Damsyik adalah sebuah kota besar pada masa Nabi Ibrahim 'alaihis-salam , dan berada di bawah kekuasaan Mesir pada masa keluarga yang kedelapan belas, dan namanya terukir di bukit "al-'Ammariyah" dengan nama Dimasyqah.

Muhammad Husain Haekal dalam bukunya " Umar bin Khattab " menyebutkan pasukan Romawi akhirnya mundur membawa kekalahan. Mereka kembali ke Hims. Mengetahui hal ini Nestas dan Bahan, pimpinan Damsyik, gelisah. ( )

Harapan mereka selanjutnya musim dingin yang segera tiba akan menaklukkan pasukan asal Arab itu. Pasukan muslim dari Sahara yang panas itu tidak akan tahan, dan akan kembali pulang ke kota mereka. Begitu harapan Nestas dan Bahan.

Selain itu, mereka tetap mengirim utusan kepada Heraklius meminta bala bantuan dipercepat. Mereka khawatir pengepungan itu masih akan lama dan semangat mereka akan lemah. Heraklius mengirim surat berisi janji mengirim bala bantuan. Penguasaha Romawi ini juga menanamkan semangat kepada pasukannya agar tetap tabah mengadakan perlawanan. ( )

Surat Heraklius tersebut membangkitkan semangat mereka, kendati mereka tidak akan menanggung risiko keluar dari pagar-pagar tembok kota untuk menghadapi pihak yang telah mengalahkan dan menghancurkan pasukan Romawi di Yaimuk dulu.

Perlawanan mereka cukup lama dan pasukan Muslimin pun tidak kurang pula lamanya mengepung mereka: ada yang mengatakan tujuh puluh hari, ada juga yang mengatakan empat bulan, yang lain mengatakan enam bulan. ( )

Selama waktu itu pasukan Muslimin terus memperketat pengepungannya. Sia-sia mereka menunggu datangnya bala bantuan Kaisar yang begitu lama. Musim dingin pun berlalu dan datang musim semi, pasukan Muslimin masih tidak beranjak dari pengepungannya.

Sebaliknya, pihak Romawi sudah merasa makin lemah dan semangat mereka terasa makin dingin. Harapan mereka sudah buyar akan memperoleh bala bantuan dari Kaisar dan mengusir pasukan musuh. Mereka mulai berpikir hendak mengadakan pembicaraan dan perdamaian dengan pihak Muslimin. ( )

Gerakan Khalid
Khalid bin Walid yang tinggal di Gerbang asy-Syarqi tidak tidur dan tidak membuat orang tidur. la mempunyai mata-mata yang tajam sehingga segala apa yang terjadi di Damsyik tak ada yang terlewat. Suatu hari ia menerima laporan bahwa seorang panglima tinggi di kota itu mendapat anak. Karena gembiranya ia mengadakan pesta dan prajurit-prajurit pun ikut makan dan minum sehingga mereka lupa akan tugas mereka. ( )

Khalid sudah pula menyiapkan tali-temali dalam bentuk tangga dan laso. Sesudah mulai larut malam, ia dan pasukan yang dibawanya dari Irak bangun. "Kalau kalian mendengar suara kami bertakbir dari atas pagar-pagar tembok itu naiklah ke tempat kami," katanya kepada mereka.

la melangkah maju dengan mengajak Qa'qa' bin Amr dan Maz'ur bin Adi dan yang semacamnya, yang sangat pemberani. Mereka menyeberangi parit dengan menggunakan kirbat-kirbat. ( )

Mereka melemparkan tali-temali itu ke kotak-kotak pengintai di atas pagar-pagar tembok lalu naik dengan memanjat tangga tali itu. Begitu mereka sudah memanjat dinding tali-tali sebagian ditarik dan dilemparkan ke kotak-kotak pengintai berikutnya di dalam kota dan mereka pun terjun.

Khalid bersama beberapa orang lagi meluncur turun dan mereka berhenti di depan pintu gerbang dan cepat-cepat berusaha membukanya dengan pedang. Teman-temannya yang berada di atas dinding makin banyak. Setelah mendengar anak buah Khalid bertakbir, cepat-cepat mereka menyeberangi air itu dan memanjat tali-temali tangga menyusul teman-teman mereka di atas pagar tembok. ( )

Pintu Gerbang Syarqi merupakan yang terkuat di Damsyik serta paling banyak airnya dan jalan masuknya paling kukuh. Oleh karena itu jumlah penjaganya tidak banyak. Khalid dan kawan-kawannya menyergap dan membunuh mereka saat mereka sedang lengah. Kunci-kunci pintu gerbang itu dibuka dengan pedang, dan yang tidak ikut naik memanjat pagar tembok menyerbu masuk ke dalam kota sambil bertakbir.

Semua orang yang ada dalam ketakutan. Berita-berita sudah tersiar di kalangan mereka bahwa pasukan Muslimin telah menyerbu Gerbang Syarqi dan membunuh siapa saja yang mereka jumpai di tempat itu. Ketika itu juga cepat-cepat mereka menyerbu ke gerbang-gerbang yang lain.



Sesudah berhasil dibuka, dan perdamaian diadakan dengan panglima perang muslim, Abu Ubaidah, mereka diberi jaminan keamanan. Ia masuk dari Gerbang Jabiah. Abu Ubaidah tidak tahu apa yang sudah dilakukan Khalid. Setelah kemudian ia mengetahui ada pertumpahan darah, ia mengutus orang kepada Khalid agar tindakan demikian itu dihentikan, dan bahwa dia sudah mengadakan perjanjian perdamaian dan menjamin keamanan mereka.

Khalid membantah bahwa dia membuka gerbang kota itu dengan paksa. Tetapi Abu Ubaidah adalah panglima pasukan, dan tak ada jalan lain Khalid harus mematuhi perintahnya dan harus diadakan perjanjian perdamaian dengan pihak didudukinya.



Haekal mengatakan cerita itu berdasar sumber-sumber yang paling terkenal mengenai pembebasan Damsyik. Kendati peristiwa-peristiwa ini terasa aneh, namun didukung oleh para sejarawan Arab dan kalangan orientalis — karena pahlawannya Khalid bin Walid. Andaikata yang menjadi pahlawan bukan panglima jenius ini — yang banyak mendatangkan berbagai keajaiban dalam perang — niscaya semua sejarawan akan mengenyampingkan peristiwa itu.

Menurut Haekal, di medan perang, Khalid memang suatu mukjizat, suatu keajaiban, seperti yang sudah kita lihat dalam Perang Riddah, dalam pembebasan Irak dan dalam Pertempuran Yarmuk. Tidak heran jika ini merupakan salah satu mukjizat yang telah memberikan keunggulan dan kemenangan dalam setiap pertempuran yang dihadapinya, sehingga ada kalangan sejarawan Arab dan orientalis yang mendukungnya.

Tetapi dukungan ini tidak bebas dari kritik dan kecaman orang. Mereka mengutip sumber-sumber lain yang lebih wajar dalam hal seperti peristiwa Damsyik ini. Misalnya, sumber-sumber yang menyebutkan bahwa Abu Ubaidah dengan pasukannya menyerang Gerbang Jabiah dan dibuka dengan kekerasan, sementara Khalid yang mengadakan persetujuan damai dengan pihak kota di Gerbang Syarqi.



Setelah kedua panglima itu bertemu di dalam kota Damsyik perdamaian yang diadakan oleh Khalid itu diterima oleh Abu Ubaidah dan diperlakukan untuk seluruh kota. Sebenarnya sumber ini tidak berbeda dengan sumber yang pertama, kecuali yang berkenaan dengan mukjizat-mukjizat Khalid, seperti dia sudah mengetahui panglima Rumawi yang mengadakan pesta dan pengaruhnya terhadap para pengawal, memanjat pagar tembok dan tentang tali-temali. Andaikata soal mukjizat-mukjizat itu tidak disebut-sebut, dan katanya Khalid yang membuka Gerbang Syarqi dengan kekerasan dan Abu Ubaidah yang mengadakan persetujuan dengan pihak Gerbang Jabiah lalu terjadi perdamaian di seluruh kota, tentu kedua sumber itu tetap sejalan, artinya bahwa panglima-panglima Muslimin mengetahui bahwa pengepungan itu melemahkan mereka yang terkepung, lalu mereka sepakat menyerang semua gerbang kota.

Sesudah pihak Damsyik melihat serangan pasukan Muslimin, terjadi perselisihan apa yang akan mereka perbuat. Lalu sebagian mereka membuka pintu-pintu gerbang itu dan yang sebagian lagi kemudian.

Lalu panglima yang berikutnya membuka gerbang itu dengan paksa. Dengan demikian ada pasukan Muslimin yang masuk dengan cara damai, dan ada pula yang menyerbu tanpa menemui perlawanan. Maka terjadilah kemudian persetujuan damai untuk seluruh kota.



Perbedaan Pendapat
Menurut Haekal, gambaran ini saling mendukung kedua sumber itu, dan sumber-sumber yang berbeda tentang pembebasan Damsyik tidak lagi saling bertentangan. Di antara sumber-sumber itu ada yang menyebutkan, bahwa Uskup kota Damsyik beberapa kali berada di pagar berbicara dengan Khalid bin Walid.

Suatu hari ia berkata kepada Khalid: "Abu Sulaiman, soal kalian sudah di ambang pintu, tetapi ada perjanjian saya dengan Anda. Maka adakanlah perdamaian dengan saya mengenai kota ini."

Khalid setuju. Khalid meminta tinta dan kertas lalu menulis: "Bismillahir-rahmanir-rahim. Inilah yang dibuat Khalid untuk penduduk Damsyik bilamana ia sudah memasuki kota. Keamanan mereka dijamin: jiwa mereka, harta benda, gereja-gereja dan pagar-pagar tembok kota mereka. Tak boleh merusak atau menempati bangunan-bangunan mereka. Dalam hal ini mereka memperoleh janji Allah dan jaminan Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam serta para khalifah dan orang-orang beriman. Jangan sampai mereka mendapat gangguan bilamana mereka sudah membayar jizyah."

Sesudah menyebutkan tentang surat ini oleh al-Balazuri ditambahkan, bahwa pada suatu malam Uskup itu mengungkapkan kepada Khalid bahwa kota ini sekarang sedang dalam hari raya dan penduduk sedang sibuk, la meminta disediakan sebuah tangga, maka dibawakan dua buah tangga. Beberapa orang pasukan Muslimin menaiki tangga itu ke atas pagar tembok, lalu turun di sebuah gerbang yang hanya ada satu atau dua orang. Mereka saling
membantu dan gerbang dibuka saat matahari terbit. Dalam pada itu Abu Ubaidah di bagian samping sudah, memasuki Gerbang Jabiah dengan cara kekerasan. Uskup itu menunjukkan kepadanya surat Khalid.

Beberapa kalangan Muslimin mengatakan: "Pimpinan bukan di tangan Khalid, ia tidak layak mengadakan perdamaian."

Maka Abu Ubaidah berkata: "Perlindungan yang sudah diberikan oleh salah seorang dari Muslimin kepada mereka, tak dapat dibatalkan."

Sumber lain menyebutkan bahwa setelah pengepungan berjalan begitu lama dan keadaan makin terasa berat bagi penduduk Damsyik, diam-diam mereka menghubungi pihak Muslimin untuk mengadakan perdamaian. Pihak Muslimin bertahan agar diadakan bagi rata, yakni segala yang ada di Damsyik separuh untuk mereka.

Pihak Damsyik maju-mundur untuk menerima tawaran ini. Karena gamisun kota itu tak mampu mempertahankan diri dan melindungi penduduk, maka tak ada jalan lain kecuali menyerah. Setelah mengirim utusan kepada Abu Ubaidah dan ia menjamin keamanan kota, mereka membukakan pintu-pintu gerbang itu. Abu Ubaidah bersama para perwira dan angkatan bersenjatanya memasuki kota tanpa pertempuran.

Demikian beberapa sumber yang beraneka macam mengenai pembebasan Damsyik. Kalangan sejarawan sepakat — di samping adanya perbedaan-perbedaan bahwa mereka memasuki kota secara damai, bukan dengan kekerasan. Ini memperkuat apa yang sudah kita sebutkan di atas, bahwa karena lamanya pengepungan dan mereka putus asa menunggu bala bantuan dari Heraklius, pihak Damsyik lalu meminta damai, dengan adanya perbedaan mengenai syarat-syaratnya.
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2592 seconds (0.1#10.140)