Begini Kisah Nabi Ibrahim dalam Taurat yang Dikoreksi Hadis Nabi
loading...
A
A
A
TAURAT adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Musa . Ia telah mengalami banyak penyimpangan, dan sisa-sisanya terdapat di dalam kitab yang diberi nama Taurat di kitab-kitab lima yang pertama, yang dinamakan dengan nama syariat. Orang-orang Yahudi yang menulisnya telah banyak melakukan penambahan dan semuanya mereka beri nama Taurat dengan perselisihan di antara mereka, mana yang diterima dan mana yang ditolak. (
)
Syaikh ‘Umar Sulaiman al-Asyqor dalam bukunya berjudul " Kisah-Kisah Shahih Dalam Al-Qur’an dan Sunnah " menjelaskan kisah tentang Nabi Ibrahim terdapat di dalam Taurat. Hanya saja, kisah tersebut tidak rinci, seperti dalam hadis.
"Hadis membenarkan riwayat Taurat dan membongkar penyelewengan dan penggubahan yang menimpa kisah ini sepanjang masa," tutur Syaikh Umar.. ( )
Safar Takwin
Kisah Nabi Ibrahim, Ismail , Siti Sarah , dan Siti Hajar tertulis dalam Ishah 16 dan Ishah 21 dalam Safar Takwin. Nashnya adalah, "Saray istri Abram belum kunjung melahirkan anak. Dia memiliki hamba sahaya dari Mesir bernama Hajar. Saray berkata kepada Abram, "Tuhan belum mengizinkanku untuk melahirkan. Menikahlah dengan hamba sahayaku. Mudah-mudahan aku mempunyai anak darinya."
Saray adalah nama Sarah sebelumnya, dan Abram adalah nama Ibrahim sebelumnya. Taurat menyatakan bahwa pergantian kedua nama itu dengan perintah Allah. ( )
Abram mendengar ucapan Saray. Maka Saray, istri Abram, mengambil hamba sahayanya, Hajar Al-Misriyah, setelah sepuluh tahun berlalu sejak Abram tinggal di bumi Kan'an. Saray memberikan Hajar kepada Abram, suaminya, agar memperistrinya. Maka Abram melakukannya dan Hajar hamil.
Manakala Saray melihat Hajar hamil, dia merasa rendah di depan matanya. Saray berkata kepada Abram, "Kedzalimanku atasmu. Aku memberikan hamba sahayaku kepadamu. Ketika aku melihatnya hamil, aku merasa rendah di matanya. Semoga Allah memutuskan antara diriku dengan dirimu."
Abram berkata kepada Saray, "Itu dia hamba sahayamu di tanganmu. Lakukanlah apa yang menurutmu baik di matamu." Maka Saray menghinakannya dan Hajar minggat dari sisinya.( )
Malaikat Tuhan mendapatkan Hajar di tanah lapang di sebuah mata air di jalan Syur. Malaikat bertanya, "Wahai Hajar hamba sahaya Saray, dari mana kamu datang dan ke mana kamu pergi?" Hajar menjawab, "Aku minggat dari sisi majikanku, Saray." Malaikat Tuhan berkata kepadanya, "Pulanglah kamu kepada majikanmu dan tunduklah di bawah kekuasaannya."
Malaikat Tuhan berkata kepada Hajar, "Semoga keturunanmu banyak hingga tidak terhitung." Malaikat Tuhan berkata kepadanya, "Inilah kamu yang sekarang hamil. Kamu akan melahirkan anak laki-laki. Kamu memanggil namanya Ismail. Sesungguhnya Tuhan telah mendengar kesengsaraanmu. Anakmu akan menjadi orang kuat. Tangannya di atas setiap orang dan tangan setiap orang di atasnya, dan di depan seluruh saudaranya, dia tenang."( )
Lalu Hajar memanggil nama Tuhan yang berbincang dengannya, "Engkau adalah il Raay," karena dia berkata, "Apakah di sini juga saya melihat setelah melihat, oleh karena itu sumurnya diberi nama sumur kaum Raay, inilah sumur itu di antara Qadisy dan Barid."
Lalu Hajar melahirkan anak laki-laki Abram. Abram memanggil anaknya yang dilahirkan oleh Hajar dengan nama Ismail. Pada saat Hajar melahirkan Ismail, umur Abram adalah 86 tahun.
Dalam Ishah 21 dalam Safar Takwin tertulis: "Sarah melihat putra Hajar Al-Misriyah sedang bergurau, Sarah berkata kepada Ibrahim, 'Usirlah wanita itu dan anaknya, karena putra wanita hamba sahaya itu tidak berhak atas warisan di depan anakku Ishaq." ( )
Ucapan yang sangat buruk dalam pandangan Ibrahim karena anaknya. Lalu Allah berfirman kepada Ibrahim, "Jangan menjadi buruk di matamu hanya karena anak laki-laki dan hamba sahayamu dalam segala ucapan Sarah kepadamu. Dengarkanlah ucapannya, karena kamu dianggap memiliki keturunan melalui Ishaq. Dan putra hamba sahayamu itu akan Aku jadikan sebagai umat, karena dia adalah keturunanmu."
Pada pagi harinya Ibrahim bersiap-siap. Dia membawa roti dan kantong air lalu memberikannya kepada Hajar dengan meletakkan keduanya di pundak Hajar yang menggendong anak dan memerintahkannya pergi. Hajar pergi dan tersesat di daratan sumur tujuh. Ketika air yang di kantong telah habis, Hajar meninggalkan anaknya di bawah sebuah pohon. Hajar menjauh dan duduk membelakanginya sejauh lemparan busur. ( )
Dia berkata, "Aku tidak mau melihat kematian anak." Hajar duduk membelakanginya dan menangis dengan keras. Lalu Allah mendengar suara anaknya dan Malaikat Allah memanggil Hajar dari langit. Dia berkata kepadanya, "Ada apa denganmu, wahai Hajar? Jangan takut, karena Allah telah mendengar suara anakmu seperti adanya. Bangkitlah, bawalah anakmu, kuatkan tanganmu padanya, karena aku akan menjadikannya umat yang besar."
Dan Allah membuka kedua mata Hajar maka dia melihat sumur air. Dia mendekatinya dan memenuhi kantongnya dengan air dan memberi minum anaknya. Allah bersama anak itu, hingga dia menjadi besar dan tinggal di daratan. Dia tumbuh menjadi seorang pemanah. Dia tinggal di daratan Faran dan ibunya menikahkannya dengan seorang wanita dari Mesir." ( )
Sesuai Hadis
Syaikh ‘Umar Sulaiman al-Asyqor menyatakan ada beberapa poin dalam kisah ini yang benar karena sesuai dengan pemberitaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam dalam hadis. Di antaranya, bahwa Sarah memberikan hamba sahayanya Hajar kepada Ibrahim dengan harapan agar Ibrahim bisa memperoleh anak darinya dan Hajar hamil setelah Ibrahim menikahinya.
Juga bahwa Hajar menjadi percaya diri ketika dia hamil, sementara majikannya menjadi turun pamornya di matanya; bahwa Sarah marah terhadap Hajar yang kemudian minggat dari hadapannya; bahwa Sarah meminta Ibrahim untuk mengusir Hajar dan putranya, sehingga Ibrahim mengeluarkan Hajar ke daratan dengan dibekali sedikit makanan dan kantong air; bahwa Hajar bersedih ketika airnya habis; dan bahwa Malaikat Tuhan turun dan menenangkannya serta memberitahukan tempat air kepadanya.
Namun tidaklah benar apa yang disebutkan dalam kisah Taurat bahwa Ibrahim memberi Hajar sekantong air dan makanan dan memintanya membawanya, dan bahwa Hajar pergi tak tentu arah di daratan tersebut.
Yang benar adalah seperti yang tercantum di dalam hadis, bahwa Ibrahim membawa sekantong air dan tempat bekal berisi kurma dan dia meninggalkan Hajar beserta anaknya di sebuah lembah tandus di Baitullah Al-Haram.
Apa yang disebutkan di dalam hadis tentang keadaan Hajar, habisnya air, sa'i Hajar di antara Shafa dan Marwah, datangnya Jibril yang memancarkan air, dan perincian-perincian lain tidaklah disinggung dalam Taurat. Apa yang disebutkan dalam Taurat tidaklah secermat dan sejelas seperti dalam hadis.
Tidak benar kalau Sarah menyuruh Ibrahim mengusir Ismail ketika dia melihatnya bergurau, dan bahwa Sarah menolak Ismail menjadi ahli waris bersama Ishaq anaknya. Karena, pada saat Ismail dibawa oleh bapaknya ke Makkah, ia masih seorang bayi yang menyusu dan belum sampai pada umur yang memungkinkan untuk bergurau. Adapun Ishaq, dia pada saat itu belum dilahirkan.
Apa yang disebutkan dalam Taurat bahwa Ibrahim menggauli Hajar setelah sepuluh tahun dari tinggalnya di bumi Kan'an; bahwa minggatnya Hajar dari Sarah adalah ke mata air di jalan Syur, dan Malaikat meminta agar Hajar kembali kepada Sarah dan patuh kepadanya; dan bahwa Ibrahim pada waktu Ismail lahir berumur 86 tahun; semua itu Allah lebih mengetahui kebenarannya.
Syaikh ‘Umar Sulaiman al-Asyqor dalam bukunya berjudul " Kisah-Kisah Shahih Dalam Al-Qur’an dan Sunnah " menjelaskan kisah tentang Nabi Ibrahim terdapat di dalam Taurat. Hanya saja, kisah tersebut tidak rinci, seperti dalam hadis.
"Hadis membenarkan riwayat Taurat dan membongkar penyelewengan dan penggubahan yang menimpa kisah ini sepanjang masa," tutur Syaikh Umar.. ( )
Safar Takwin
Kisah Nabi Ibrahim, Ismail , Siti Sarah , dan Siti Hajar tertulis dalam Ishah 16 dan Ishah 21 dalam Safar Takwin. Nashnya adalah, "Saray istri Abram belum kunjung melahirkan anak. Dia memiliki hamba sahaya dari Mesir bernama Hajar. Saray berkata kepada Abram, "Tuhan belum mengizinkanku untuk melahirkan. Menikahlah dengan hamba sahayaku. Mudah-mudahan aku mempunyai anak darinya."
Saray adalah nama Sarah sebelumnya, dan Abram adalah nama Ibrahim sebelumnya. Taurat menyatakan bahwa pergantian kedua nama itu dengan perintah Allah. ( )
Abram mendengar ucapan Saray. Maka Saray, istri Abram, mengambil hamba sahayanya, Hajar Al-Misriyah, setelah sepuluh tahun berlalu sejak Abram tinggal di bumi Kan'an. Saray memberikan Hajar kepada Abram, suaminya, agar memperistrinya. Maka Abram melakukannya dan Hajar hamil.
Manakala Saray melihat Hajar hamil, dia merasa rendah di depan matanya. Saray berkata kepada Abram, "Kedzalimanku atasmu. Aku memberikan hamba sahayaku kepadamu. Ketika aku melihatnya hamil, aku merasa rendah di matanya. Semoga Allah memutuskan antara diriku dengan dirimu."
Abram berkata kepada Saray, "Itu dia hamba sahayamu di tanganmu. Lakukanlah apa yang menurutmu baik di matamu." Maka Saray menghinakannya dan Hajar minggat dari sisinya.( )
Malaikat Tuhan mendapatkan Hajar di tanah lapang di sebuah mata air di jalan Syur. Malaikat bertanya, "Wahai Hajar hamba sahaya Saray, dari mana kamu datang dan ke mana kamu pergi?" Hajar menjawab, "Aku minggat dari sisi majikanku, Saray." Malaikat Tuhan berkata kepadanya, "Pulanglah kamu kepada majikanmu dan tunduklah di bawah kekuasaannya."
Malaikat Tuhan berkata kepada Hajar, "Semoga keturunanmu banyak hingga tidak terhitung." Malaikat Tuhan berkata kepadanya, "Inilah kamu yang sekarang hamil. Kamu akan melahirkan anak laki-laki. Kamu memanggil namanya Ismail. Sesungguhnya Tuhan telah mendengar kesengsaraanmu. Anakmu akan menjadi orang kuat. Tangannya di atas setiap orang dan tangan setiap orang di atasnya, dan di depan seluruh saudaranya, dia tenang."( )
Lalu Hajar memanggil nama Tuhan yang berbincang dengannya, "Engkau adalah il Raay," karena dia berkata, "Apakah di sini juga saya melihat setelah melihat, oleh karena itu sumurnya diberi nama sumur kaum Raay, inilah sumur itu di antara Qadisy dan Barid."
Lalu Hajar melahirkan anak laki-laki Abram. Abram memanggil anaknya yang dilahirkan oleh Hajar dengan nama Ismail. Pada saat Hajar melahirkan Ismail, umur Abram adalah 86 tahun.
Dalam Ishah 21 dalam Safar Takwin tertulis: "Sarah melihat putra Hajar Al-Misriyah sedang bergurau, Sarah berkata kepada Ibrahim, 'Usirlah wanita itu dan anaknya, karena putra wanita hamba sahaya itu tidak berhak atas warisan di depan anakku Ishaq." ( )
Ucapan yang sangat buruk dalam pandangan Ibrahim karena anaknya. Lalu Allah berfirman kepada Ibrahim, "Jangan menjadi buruk di matamu hanya karena anak laki-laki dan hamba sahayamu dalam segala ucapan Sarah kepadamu. Dengarkanlah ucapannya, karena kamu dianggap memiliki keturunan melalui Ishaq. Dan putra hamba sahayamu itu akan Aku jadikan sebagai umat, karena dia adalah keturunanmu."
Pada pagi harinya Ibrahim bersiap-siap. Dia membawa roti dan kantong air lalu memberikannya kepada Hajar dengan meletakkan keduanya di pundak Hajar yang menggendong anak dan memerintahkannya pergi. Hajar pergi dan tersesat di daratan sumur tujuh. Ketika air yang di kantong telah habis, Hajar meninggalkan anaknya di bawah sebuah pohon. Hajar menjauh dan duduk membelakanginya sejauh lemparan busur. ( )
Dia berkata, "Aku tidak mau melihat kematian anak." Hajar duduk membelakanginya dan menangis dengan keras. Lalu Allah mendengar suara anaknya dan Malaikat Allah memanggil Hajar dari langit. Dia berkata kepadanya, "Ada apa denganmu, wahai Hajar? Jangan takut, karena Allah telah mendengar suara anakmu seperti adanya. Bangkitlah, bawalah anakmu, kuatkan tanganmu padanya, karena aku akan menjadikannya umat yang besar."
Dan Allah membuka kedua mata Hajar maka dia melihat sumur air. Dia mendekatinya dan memenuhi kantongnya dengan air dan memberi minum anaknya. Allah bersama anak itu, hingga dia menjadi besar dan tinggal di daratan. Dia tumbuh menjadi seorang pemanah. Dia tinggal di daratan Faran dan ibunya menikahkannya dengan seorang wanita dari Mesir." ( )
Sesuai Hadis
Syaikh ‘Umar Sulaiman al-Asyqor menyatakan ada beberapa poin dalam kisah ini yang benar karena sesuai dengan pemberitaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam dalam hadis. Di antaranya, bahwa Sarah memberikan hamba sahayanya Hajar kepada Ibrahim dengan harapan agar Ibrahim bisa memperoleh anak darinya dan Hajar hamil setelah Ibrahim menikahinya.
Juga bahwa Hajar menjadi percaya diri ketika dia hamil, sementara majikannya menjadi turun pamornya di matanya; bahwa Sarah marah terhadap Hajar yang kemudian minggat dari hadapannya; bahwa Sarah meminta Ibrahim untuk mengusir Hajar dan putranya, sehingga Ibrahim mengeluarkan Hajar ke daratan dengan dibekali sedikit makanan dan kantong air; bahwa Hajar bersedih ketika airnya habis; dan bahwa Malaikat Tuhan turun dan menenangkannya serta memberitahukan tempat air kepadanya.
Namun tidaklah benar apa yang disebutkan dalam kisah Taurat bahwa Ibrahim memberi Hajar sekantong air dan makanan dan memintanya membawanya, dan bahwa Hajar pergi tak tentu arah di daratan tersebut.
Yang benar adalah seperti yang tercantum di dalam hadis, bahwa Ibrahim membawa sekantong air dan tempat bekal berisi kurma dan dia meninggalkan Hajar beserta anaknya di sebuah lembah tandus di Baitullah Al-Haram.
Apa yang disebutkan di dalam hadis tentang keadaan Hajar, habisnya air, sa'i Hajar di antara Shafa dan Marwah, datangnya Jibril yang memancarkan air, dan perincian-perincian lain tidaklah disinggung dalam Taurat. Apa yang disebutkan dalam Taurat tidaklah secermat dan sejelas seperti dalam hadis.
Tidak benar kalau Sarah menyuruh Ibrahim mengusir Ismail ketika dia melihatnya bergurau, dan bahwa Sarah menolak Ismail menjadi ahli waris bersama Ishaq anaknya. Karena, pada saat Ismail dibawa oleh bapaknya ke Makkah, ia masih seorang bayi yang menyusu dan belum sampai pada umur yang memungkinkan untuk bergurau. Adapun Ishaq, dia pada saat itu belum dilahirkan.
Apa yang disebutkan dalam Taurat bahwa Ibrahim menggauli Hajar setelah sepuluh tahun dari tinggalnya di bumi Kan'an; bahwa minggatnya Hajar dari Sarah adalah ke mata air di jalan Syur, dan Malaikat meminta agar Hajar kembali kepada Sarah dan patuh kepadanya; dan bahwa Ibrahim pada waktu Ismail lahir berumur 86 tahun; semua itu Allah lebih mengetahui kebenarannya.
(mhy)