Aisyah Al-Humaira, Obat dari Atas Langit yang Ketujuh

Jum'at, 30 Oktober 2020 - 06:59 WIB
loading...
A A A
Dari Al-A’masy dari Abu Adh-Dhuha dari Masruq, kami bertanya kepada Masruq, “Apakah Aisyah ahli dalam bidang fara’idh (hitungan waris)?” Maka beliau menjawab, “Demi Allah sungguh aku melihat para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terkemuka bertanya kepada beliau tentang fara’idh.”

(Baca juga : Hore! Pertamina Siap Obral Harga Pertalite di 8 Kota Jadi Rp6.450/Liter )

Di antara kejadian yang paling penting dalam kehidupan Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu’anhu adalah peristiwa tentang fitnah yang buruk dan keji terhadap beliau yang dikenal dengan “haditsul ifki” (berita dusta), padahal tuduhan tersebut sangat jauh dari beliau bahkan melebihi jauhnya antara langit dan bumi. Yakni langit yang darinya turun keputusan hukum tentang bebasnya beliau dari tuduhan keji tersebut yang mana ayat-ayat tersebut senantiasa kita baca dan bernilai ibadah dengan membacanya hingga hari kiamat. Ujian tersebut merupakan pelajaran yang berharga bagi wanita yang paling utama tersebut, dan juga berisi pengisian yang bermanfaat bagi setiap wanita.

Tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sakit sepulang dari haji wada’ (haji perpisahan/terakhir), dan beliau merasakan telah usailah perjalanan beliau setelah menunaikan amanah dan menyampaikan risalah, maka beliau berkata di saat istri-istri beliau mengelilingi beliau: “Di mana giliran saya untuk bermalam besok? ……dimana giliran saya besok lusa?” Seolah-olah beliau merasakan lama sekali menanti giliran Aisyah. Maka hati para ummahatul mukminin menyadari bahwa Rasulullah ingin melewati sakitnya di tempat yang paling dia sukai. Maka mereka seluruhnya berkata: “Wahai Rasulullah sesungguhnya kami telah menghadiahkan giliran kami kepada Aisyah.”

Sehingga berpindahlah kekasih Allah ini ke rumah istri yang dicintainya, sedangkan Aisyah senantiasa berjaga untuk merawat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sedang sakit dengan penuh kasih sayang walaupun harus ditebus dengan jiwanya, aku tebus dirimu dengan jiwaku, bapakku dan ibuku ya Rasulullah. Tidak beberapa lama kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat sedangkan kepala beliau berada di pangkuan Aisyah.

(Baca juga : Gunung Sinabung 2 Kali Muntahkan Awan Panas hingga 2.000 Meter )

Ummul mukminin Aisyah menuturkan saat-saat yang mengharukan tersebut: “Telah wafat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di rumahku, pada saat hari dan giliran beliau menginap di rumahku dan di atas pangkuanku. Ketika itu masuklah Abdurrahman bin Abu Bakar yang sedang membawa siwak yang masih basah, Rasulullah memandangnya seolah-olah menginginkannya, maka aku ambil siwak tersebut kemudian aku kunyah dan aku bersihkan kemudian aku hendak membersihkan gigi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam namun beliau menolaknya.

Kemudian beliau membersihkan giginya dengan cara yang sangat baik yang aku belum melihat sekalipun yang lebih baik dari yang beliau kerjakan saat itu. Selanjutnya beliau mengarahkan pandangannya kepadaku dan meletakkan kedua tangannya sedangkan aku turut mendo’akan beliau sebagaimana do’a Jibril untuk beliau, begitupula Nabi berdoa dengan doa tersebut tatkala sakit. Akan tetapi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berdoa dengan doa tersebut. Pandangan beliau kembali mengarah ke langit kemudian bersabda: “Ar-Rafiiqul A’la, segala puji bagi Allah yang telah mengumpulkan diriku dengan dirinya pada hari terakhir kehidupannya di dunia.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dimakamkan di tempat dimana beliau wafat yakni di rumah Aisyah. Kemudian sisa-sisa hidup Aisyah radhiyallahu ’anha diisi dengan mengajar para laki-laki dan perempua, dan turut mengisi lembaran sejarah hingga beliau wafat yang telah dinantikannya pada malam Selasa tanggal 17 Ramadhan tahun 57 Hijrah di saat beliau berumur 66 tahun.

(Baca juga : 915 Wisatawan Puncak Bogor Dites Rapid, 50 Orang Reaktif )

Sepeninggal Aisyah lahirlah generasi-generasi yang senantiasa meneliti celah-celah kehidupannya semenjak berumur enam tahun hingga beliau sukses dalam tarbiyah dan berhasil meraih teladan terbaik yang tidak pernah ada lagi di dunia ini tokoh seperti beliau sejak empat belas abad lamanya.

Keistimewaan Aisyah Radhiyallahu'anha

Banyak keistimewaan dari diri Aisyah radhiallahu “Anha ini, di antaranya:
1. Aisyah adalah istri yang paling dicintai oleh Rasulullah, dan yang paling banyak memprawikan hadis dari Rasulullah. Ia memprawikan 2210 hadis, 279 di antaranya terdapat di dalam Shahih Bukhari.

2. Ia adalah sosok perempuan yang paling luas ilmu dan pemahamannya di antara seluruh wanita umat ini. Ia termasuk muslimah yang paling faqih dan paling mengerti tentang sastra dan agama. Banyak pembesar sahabat yang bertanya kepadanya tentang masalah-masalah fiqih, dan ia pun menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.

3. Perempuan yang dinyatakan kesuciannya dalam Al Qur’an. Kecintaan Rasulullah kepada Aisyah pernah menimbulkan kecemburuan di hati sebagian orang. Mereka menuduh Aisyah berbuat zina, padahal ia adalah perempuan yang senantiasa menjaga kesucian dan kehormatan. Allah telah membebaskannya dari tuduhan tersebut di dalam Kitab-Nya.

4. Tentang Aisyah, Rasulullah pernah mengatakan, “Keutamaan Aisyah atas wanita-wanita yang lainnya adalah seperti keutamaan tsarid (makanan yang terdiri dari roti dan daging) atas makanan lainnya.” (HR. Al-Bukhari)

5. Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sakit, Beliau meminta izin kepada istri-istrinya agar boleh dirawat di rumah Aisyah.

6. Amr bin Ash pernah bertanya kepada Rasul, “Siapakah orang yang paling Anda cintai?” Beliau menjawab, “Aisyah”. “Dari kalangan laki-laki?” tanya Amr. “Ayahnya, Abu Bakar”, jawab Beliau. “Kemudian siapa?” tanya Amr. “Umar bin Khaththab”, jawab Beliau.” (HR. Al-Bukhari)

(Baca juga : Pesan Menhub Saat Libur Panjang: Jangan Pulang Sama-sama di 1 November 2020 )

7. Satu-satunya wanita yang dinikahi Rasulullah yang masih gadis.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1383 seconds (0.1#10.140)