Juwairiyah binti Harits, Pembawa Berkah Kaumnya ke Dalam Cahaya Islam

Minggu, 01 November 2020 - 13:00 WIB
loading...
Juwairiyah binti Harits, Pembawa Berkah Kaumnya ke Dalam Cahaya Islam
Tawanan yang dibebaskan karena pernikahan Juwairiyah ini berjumlah 100 orang Bani Musthaliq,. Beliau menjadi perempuan yang paling besar berkahnya terhadap kaumnya. Foto ilustrasi
A A A
Kisah Sayyidah Juwairiyah sampai ke pintu rumah Rasulullah, tidak lepas dari permusuhan Bani Musthaliq kepada Islam. Harits bin Abu Dhirar, ayah Juwairiyah yang menyembah berhala hendak menghalangi dakwah Rasulullah SAW di Madinah.

Juwairiyah binti Al-Harits bin Abi Dhirar bin Al-Habib Al-Khuza’iyah Al-Mushthaliqiyah, adalah secantik-cantik perempuan yang ditawan tatkala kaum muslimin mengalahkan Bani Mushthaliq pada saat perang Muraisi.

(Baca juga : Menjadi Bidadari di Dunia )

Nasib seorang perempuan tawanan perang , ditentukan dari hasil undian nama pihak pemenang. Undian Juwairiyah merupakan bagian untuk Tsabit bin Qais bin Syamas atau anak pamannya. Tatkala itu Juwairiyah berumur 20 tahun. Beliau selamat dari kehinaan sebagai tawanan/rampasan perang dan kerendahannya. Kemudian menulis untuk Tsabit bin Qais yang isinya beliau hendak menebus dirinya, lalu didatangilah Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam agar mau menolong untuk menebus dirinya.

(Baca juga : Zainab binti Jahsy, Istri Mandiri yang Rajin Sedekah )

Maka ibalah hati Nabi Shalallahu‘alaihi wa sallam melihat kondisi seorang perempuan yang mulanya seorang sayyidah merdeka namun sekarang dia memohon beliau untuk membantunya mengentaskan dari ujian yang menimpa. Maka Rasulullah bertanya padanya,”Maukah engkau mendapatkan yang lebih baik dari hal itu?” maka dia menjawab dengan sopan,”Apakah itu ya Rasulullah?” beliau menjawab,”Aku tebus dirimu kemudian aku nikahi dirimu!” maka tersiratlah pada wajahnya yang cantik suatu kebahagiaan, sedangkan dia hampir-hampir tidak peduli dengan kemerdekaan karena remehnya.

Beliau menjawab,”Mau ya, Rasulullah”. Maka Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda:”Aku telah melakukannya.”

(Baca juga : Ummu Salamah, Pemilik Saran dan Ide Dakwah yang Cerdas )

Tentang Juwairiyah, Ummul Mukminin Aisyah sempat merasa 'cemburu' karena kecantikan parasny. Beliau menceritakan perihal pribadi Juwairiyah: ”Juwairiyah adalah seorang wanita yang manis dan cantik, tiada seorangpun yang melihatnya melainkan akan jatuh hati kepadanya. Tatkala Juwairiyah meminta kepada Rasulullah untuk membebaskan dirinya, sedangkan demi Allah aku telah melihatnya melalui pintu kamarku, maka aku merasa cemburu karena saya menduga bahwa Rasulullah akan melihat sebagaimana yang aku lihat”

(Baca juga : Komisi I DPR: Tak Ada Kesepakatan RI-AS Bangun Pangkalan Militer Natuna )

Hal ini telah disebutkan pula oleh As-Suhaili dalam penjelasannya terhadap as-Sirah, beliau berkata: Adapun pandangan Nabi shalallahu alaihi wa sallam kepada Juwairiyah sehingga beliau melihat kecantikannya, hal itu karena Juwairiyah adalah seorang budak, seandainya dia wanita merdeka, maka beliau tidak akan melihat kecantikannya. Lagipula diperbolehkan melihat perempuan manakala bermaksud untuk menikahinya. Telah disebutkan bahwa Rasulullah memberi rukhsah untuk memandang perempuan manakala bermaksud untuk menikahinya”

(Baca juga : Barokah, Transaksi ISEF 2020 Tembus Gotun Triliun )

Maka masuklah pengantin perempuan, sayyidah Bani Mushthaliq ke dalam rumah tangga nubuwwah. Pada mulanya nama beliau adalah Burrah, namun Rasulullah menggantinya dengan Juwairiyah karena khawatir dia dikatakan keluar dari biji gandum. (Diriwayatkan Muslim dari hadis Ibnu Abbas no.2140 dan Ahmad dalam Al-Musnad VI/429)

Ibnu Hajar menyebutkan didalam 'Ishabah' tentang kuatnya iman Juwairiyah radhiyallau’anha. Beliau berkata : ”Ayah Juwairiyah mendatangi Rasul dan berkata:”Sesungguhnya anakku tidak berhak ditawan, karena terlalu mulia dari hal itu. Maka Nabi Shalallahu alaihi wa sallam bersabda: ”Bagaimana pendapatmu seandainya anakmu disuruh memilih di antara kita, apakah anda setuju?” ”Baiklah”, katanya. Kemudian ayahnya mendatangi Juwairiyah dan menyuruhnya untuk memilih dirinya dengan Rasulullah maka beliau menjawab,”Aku memilih Allah dan Rasul-Nya”.

(Baca juga : Wow, Ternyata Pohon Pelangi Terindah di Dunia Juga Ada di Jakarta )

Ibnu Hisyam meriwayatkan bahwa akhirnya ayah beliau bernama Al-Harits masuk Islam bersama kedua putranya dan beberapa orang dari kaumnya. Ummul Mukminin Juwairiyah wafat pada tahun 50 hijriyah, adapula yang mengatakan tahun 56 Hijriyah.( Ath-Thabaqat Ibnu Sa’ad VIII/120)

Semoga Allah merahmati Ummul Mukminin Juwairiyah, karena pernikahannya dengan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam membawa berkah dan kebaikan yang menyebabkan kaumnya, keluarganya dan orang-orang yang dicintainya berpindah dari kesyirikan, menuju kebebasan dan cahaya islam beserta kewibawaannya. Hal itu merupakan pelajaran bagi mereka yang bertanya-tanya tentang hikmah Rasulullah shalallahu’aliahi wa sallam beristri lebih dari satu.

(Baca juga : Moge Arogan, 2 Pengendara Tersangka Terancam 7 Tahun Penjara )

Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1133 seconds (0.1#10.140)