Kisah Penebar Hadis Palsu di Zaman Imam Ahmad bin Hanbal
loading...
A
A
A
Si tukang kisah pergi dengan rasa tersinggung dan jengkel, sementara dia masih berkilah dengan mempertahankan hadis-hadis palsu demi populiritas serta khawatir kehilangan pengikutnya.
Padahal jelas-jelas Rasulullah SAW mengingatkan dalam sebuah hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
مَنْ كَذَّبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّداً فَلْيَتَوَّأ مَقْعَدَهُ فِي النَّارِ
"Barangsiapa yang membuat kebohongan mengatasnamakan diriku, maka hendaknya ia mempersiapkan tempatnya di neraka."
Maka hari ini, kita akan lihat betapa banyak orang yang bukan pakar hadis, hanya sekadar mengutip hadis, tidak mampu lagi membedakan mana hadis shahih, hasan, dhaif, bahkan hadits maudhu'/palsu, tampil seakan paling mengerti persoalan hadis.
Betapa banyak orang yang belum kapasitasnya tampil sebagai ulama, namun berpenampilan bak seorang ulama, namun justru apa yang ia sampaikan adalah hadis-hadis palsu yang menebarkan kebohongan serta keresahan umat yang pada akhirnya akan membuat stigma buruk terhadap ajaran Islam yang sesungguhnya.
Setelah hadis palsu tentang peristiwa Dukhan yang tak terbukti, lantas selanjutnya kisah apa lagi yang akan diceritakan? Ada baiknya, umat jangan dibuat cemas dan resah dengan keilmuan yang tak berdasarkan pada sumber keilmuan yang tak jelas validitasnya.
Itulah, mengapa guru-guru kita tidak memfokuskan pada peristiwa pertanda hari kiamat, bukan mereka tidak mengerti, namun mereka menyadari bahwa umat ini lebih penting diarahkan untuk mempersiapkan tibanya peristiwa mutlak itu adanya.
Manakala seorang Arab badui mengajukan pertanyaan pada Rasulullah, "Mata taqumus saa'ah. Kapan terjadinya hari kiamat?!" Lantas Nabi balik bertanya, "Apa yang telah kamu persiapkan untuk menghadapinya?!"
Kiamat itu mutlak. Dukhan itu pasti. Namun, apa yang kita persiapkan menghadapinya? Insya Allah, selama kita senantiasa berbuat amal kebaikan, berzikir mengingat Allah, memanfaatkan Ramadhan kali ini penuh manfaat ibadah, insya Allah hal yang tidak diinginkan belum terjadi. (Baca Juga: Menelaah Kedudukan Hadis Kiamat di Hari Jumat 15 Ramadhan)
Wallahu A'lam
Padahal jelas-jelas Rasulullah SAW mengingatkan dalam sebuah hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
مَنْ كَذَّبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّداً فَلْيَتَوَّأ مَقْعَدَهُ فِي النَّارِ
"Barangsiapa yang membuat kebohongan mengatasnamakan diriku, maka hendaknya ia mempersiapkan tempatnya di neraka."
Maka hari ini, kita akan lihat betapa banyak orang yang bukan pakar hadis, hanya sekadar mengutip hadis, tidak mampu lagi membedakan mana hadis shahih, hasan, dhaif, bahkan hadits maudhu'/palsu, tampil seakan paling mengerti persoalan hadis.
Betapa banyak orang yang belum kapasitasnya tampil sebagai ulama, namun berpenampilan bak seorang ulama, namun justru apa yang ia sampaikan adalah hadis-hadis palsu yang menebarkan kebohongan serta keresahan umat yang pada akhirnya akan membuat stigma buruk terhadap ajaran Islam yang sesungguhnya.
Setelah hadis palsu tentang peristiwa Dukhan yang tak terbukti, lantas selanjutnya kisah apa lagi yang akan diceritakan? Ada baiknya, umat jangan dibuat cemas dan resah dengan keilmuan yang tak berdasarkan pada sumber keilmuan yang tak jelas validitasnya.
Itulah, mengapa guru-guru kita tidak memfokuskan pada peristiwa pertanda hari kiamat, bukan mereka tidak mengerti, namun mereka menyadari bahwa umat ini lebih penting diarahkan untuk mempersiapkan tibanya peristiwa mutlak itu adanya.
Manakala seorang Arab badui mengajukan pertanyaan pada Rasulullah, "Mata taqumus saa'ah. Kapan terjadinya hari kiamat?!" Lantas Nabi balik bertanya, "Apa yang telah kamu persiapkan untuk menghadapinya?!"
Kiamat itu mutlak. Dukhan itu pasti. Namun, apa yang kita persiapkan menghadapinya? Insya Allah, selama kita senantiasa berbuat amal kebaikan, berzikir mengingat Allah, memanfaatkan Ramadhan kali ini penuh manfaat ibadah, insya Allah hal yang tidak diinginkan belum terjadi. (Baca Juga: Menelaah Kedudukan Hadis Kiamat di Hari Jumat 15 Ramadhan)
Wallahu A'lam
(rhs)