Waspada dengan Virus Kejahilan

Rabu, 04 November 2020 - 07:33 WIB
loading...
A A A
Orang yang berilmu itu belum tentu selamat dengan ilmunya. Walaupun dia sudah punya modal untuk selamat. Hingga dia ditanya apakah dia telah mengamalkan ilmunya? Apakah ilmu itu bermanfaat bagi dirinya? Ini orang yang menuntut ilmu. Lalu bagaimana pula orang yang tidak memiliki ilmu? Tentunya sangat mustahil dia bisa selamat. Kalaulah orang berilmu belum tentu selamat, bagaimana orang yang tidak berilmu?

(Baca juga : Geger! Pondok Pesantren di Bekasi Diberondong 8 Tembakan )

Selama Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepada kita anugerah yang sangat agung dan sangat besar, yaitu akal, maka tidak ada alasan kita meninggalkan kewajiban menuntut ilmu dan memilih hidup jahil.

Sebagian orang lebih memilih hidup jahil daripada memiliki ilmu. Dia tidak rela jasmaninya lapar, hidupnya merasa tidak bahagia, tapi dia rela hidupnya jahil. Sebagian orang ada yang begitulah prinsipnya di dalam hidup. Itulah yang diamalkannya didalam kehidupannya. Apalagi orang-orang yang memang orientasinya dunia. Ilmu tentang agamanya merupakan hal yang menjadi beban baginya di dalam hidup. Dia merasa tidak tertuntut untuk menggalinya atau melaksanakan kewajiban menuntut ilmu itu seperti yang Nabi sabdakan:

طَلَبَ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah, shahih)

(Baca juga : Persoalan Jatah Pengurusan Impor Bukan Hal Baru, Terus Dikeluhkan Pengusaha )

Demikian juga di dalam ayat, Allah memerintahkan kita untuk belajar, menimba ilmu. Yaitu melalui FirmanNya:

…فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ ﴿٤٣﴾

“Tanyakanlah kepada ahli ilmu jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl: 43)

Banyak yang tidak kita ketahui dan kita diperintahkan untuk bertanya. Dan ini merupakan perintah untuk menuntut ilmu. Bertanya itu adalah salah satu jalan ilmu, kita mencari tahu.

Jadi itu perintah Allah dan menjadi satu kewajiban atas setiap muslim, kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan ayat yang pertama turun juga perintah untuk membaca, yaitu belajar.

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ ﴿١﴾

“Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan,” (QS. Al-Alaq : 1)

Itu ayat yang pertama turun kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, perintah untuk membaca. Bahwa seorang muslim tidak boleh patah semangat, kehilangan motivasi untuk menuntut ilmu.

Sebagian orang berkata bahwa menuntut ilmu terus kapan beramalnya? Ini satu perkataan yang sangat kontradiktif. Bagaimana bisa beramal tanpa ilmu? Itu tidak mungkin, itu satu angan-angan, khayalan. Kita bisa salat dengan benar tanpa belajar itu satu hal yang sangat mustahil.

(Baca juga : Temukan Banyak Typo di UU Ciptaker, PKS Belum Tertarik Legislative Review )

Kita contohnya ibadah salat, satu ibadah yang mungkin kita lakukan setiap hari. Mungkin ilmu kita tentang salat masih belum sempurna dan banyak kurangnya, kita belum banyak bertanya tentang salat. Walaupun kita salat dari kecil, tapi kita tidak belajar. Kita hanya melihat orang hsalat lalu kita tiru tanpa kita tahu benar atau tidak apa yang kita tiru itu.

Seringkali kita ulangi bahwa taqlid itu bukan ilmu, ikut-ikutan itu bukan ilmu. Muqallid itu bukan ‘Alim. Maka ini faktor yang merusak keistiqamahan, yaitu kejahilan seseorang. Maka jangan merasa puas hidup jahil. Dan jangan merasa puas dengan sedikit ilmu. Sebagian orang merasa puas dengan sedikit ilmu yang dia miliki. Sehingga dengan modal pas-pasan dia berharap bisa menyelamatkan dirinya.

Wallahu A'lam
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1455 seconds (0.1#10.140)