Perempuan yang Selalu Memuliakan Rasulullah

Kamis, 05 November 2020 - 18:05 WIB
loading...
Perempuan yang Selalu Memuliakan Rasulullah
Fathimah binti Asad adalah perempuan saleha dan bagus agamanya. Di antara bentuk kedekatan Rasulullah dengannya adalah Nabi sering mengunjunginya dan tidur siang di rumahnya. Foto ilustrasi/ist
A A A
Setelah ditinggal wafat ibunya Siti Aminah, Nabi Muhammad dirawat dan dibesarkan oleh beberapa ibu 'asuh'nya. Usia Rasulullah yang masih sangat belia, yakni kurang dari 6 tahun, salah satu ibu yang memberikan kasih sayangnya adalah bibi beliau, yakni Fathimah binti Asad radhiyallahu'anha. Ia adalah istri dari pamannya Abu Thalib yang juga masih bibi beliau dari sisi nasab.

Di Kutip dari Buku '39 Tokoh Wanita Pengukir Sejarah', Fathimah binti Asad adalah perempuan yang mendapat kehormatan untuk mendidik dan mengasuh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam saat beliau dalam asuhan pamannya, Abu Thalib. Kala itu, Rasulullah sudah menjadi anak yatim. Oleh karena itu, Fathimah juga mengasuh Rasulullah SAW yang masih kecil. Bahkan ia lebih banyak mengasuh Rasulullah daripada mengasuh anak-anaknya sendiri.

(Baca juga : Sebab Jin Merasuki Tubuh Manusia )

Ia selalu baik kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallamdan selalu menjaganya selama beliau berada dalam asuhan Abu Thalib, pamannya. Rasulullah bersabda, "Sungguh tidak ada orang yang lebih baik kepadaku - sesudah Abu Thalib - lebih dari Fathimah. Aku baringkan ia di dalam lahat agar ia mendapat keringanan siksa kubur."

Dari hadis ini disebutkan bahwa Fathimah binti Asad adalah seorang shahabiyah yang saat wafat dikafani dengan pakaian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dirangkum dari berbagai sumber, berikut ini secuplik tentang kisah kehidupannya:

Fathimah binti Asad radhiyallahu ‘anha adalah seorang wanita dengan ketakwaan dan keimanan yang kuat. Ia memeluk Islam di Makkah setelah wafatnya suaminya, Abu Thalib, paman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

(Baca juga : Amalan Ringan Ini Bisa Menjadi Pembuka Berkah )

Beliau bersabda tentangnya setelah ia wafat,

رحِمَكِ اللهُ يَا أُمِّي، كُنْتِ أُمِّي بَعْدَ أُمِّي؛ تَجُوعِينَ وَتُشْبِعِينِي ،وَتَعْرَيْنَ وَتُكْسِينِي وَتَمْنَعِينَ نَفْسَكِ طَيِّبًا وَتُطْعِمِينِي تُرِيدِينَ بِذَلِكَ وَجْهَ اللهِ وَالدَّارَ الآخِرَةَ

“Semoga Allah merahmatimu hai ibuku. Engkau adalah sosok seorang ibu setelah ibu kandungku. Engkau merasakan lapar untuk membuatku kenyang. Engkau tak berpakaian (baru pen.) agar aku memiliki pakaian. Engkau tahan dirimu dari sesuatu yang baik untuk memberiku makanan. Semua itu kau lakukan berharap wajah Allah dan negeri akhirat.”

Fathimah binti Asad bin Hasyim bin Abdu Manaf al-Qurasyiyyah al-Hasyimiyyah adalah nama lengkap dan nasabnya. Ia adalah ibu dari Ali bin Abu Thalib radhiyallahu ‘anhu (Ibnul Atsir: Asadul Ghabah, 7/212). Ibu dari Fatimah adalah Hubba binti Haram bin Rawahah. Juga seorang wanita Quraisy (Ibnu Qutaibah: al-Ma’arif, 1/203).

(Baca juga : Inilah Sebaik-baiknya Akhlak Seorang Istri )

Fathimah tumbuh besar di masa jahiliyah, di Kota Makkah. Ia menikah dengan Abu Thalib bin Abdul Muthalib bin Abdu Manaf. Dari keduanya lahirlah Ali bin Abu Thalib dan saudara-saudaranya. Yaitu: Thalib, Aqil, Ja’far, Jumanah, Ummu Hani’. Semuanya memeluk Islam (Ibnu Qutaibah: al-Ma’arif, 1/203).

Kedudukan lainnya yang dimiliki oleh Fathimah binti Asad adalah wanita Bani Hasyim pertama yang memiliki putra seorang khalifah. Kemudian disusul oleh Fatimah binti Rasulullah. Yang putranya, Hasan bin Ali, juga menjadi seorang khalifah. Lalu Zubaidah, istri Harun al-Rasyid, ibu dari khalifah Abbasiah, al-Amin (Ibnul Atsir: Asadul Ghabah, 7/212). Merekalah wanita-wanita ahlul bait nabi yang melahirkan khalifah.

(Baca juga : Jelang Kepulangan, Spanduk dan Poster Habib Rizieq Shihab Bertebaran di Petamburan )

Fathimah binti Asad memeluk Islam setelah wafatnya suaminya, Abu Thalib. Kemudian ia bersama anak-anaknya hijrah ke Madinah. Ia juga seorang periwayat hadis. Ada 40 hadis yang ia riwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (Umar Ridha Kahhalah: A’lamun Nisa Fi ‘Alamil Arabi wal Islam, 4/33).

Tidak hanya mengandalkan sisi kekerabatan dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Fathimah juga berusaha menjadi pribadi yang baik. Ia adalah seorang perempuan saleha dan bagus agamanya. Di antara bentuk kedekatan Nabi dengannya adalah Nabi sering mengunjunginya dan tidur siang di rumahnya (Ibnu Hajar: al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah, 8/269).

(Baca juga : Ngelus Dada, Resesi Bikin Gaji Karyawan RI Dipotong )

Wafatnya Fathimah binti Asad

Fathimah binti Asad radhiyallahu ‘anha wafat sekitar tahun kelima hijrah (Ibnu Asakir: Tarikh Dimasyq, 9/41). Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma, tatkala Fathimah Ummu Ali bin Abu Thalib radhiyallahu ‘anha wafat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melepas bajunya dan memakaikannya pada bibinya itu. Nabilah yang membaringkan sang bibi di makamnya.

Ketika kuburnya sudah ditimbun, orang-orang bertanya,

يا رسول الله، رأيناك صنعت شيئًا لم تصنعه بأحدٍ، فقال صلى الله عليه وسلم: «إِنِّي أَلْبَسْتُها قَمِيصِي لِتَلْبَسَ مِنْ ثِيَابِ الْجَنَّةِ، وَاضْطَجَعْتُ مَعَهَا فِي قَبْرِهَا لَيُخَفَّفَ عَنْهَا مِنْ ضَغْطَةِ الْقَبْرِ، إِنَّهَا كَانَتْ أَحْسَنَ خَلْقِ اللَّهِ إِلَيَّ صَنِيعًا بَعْدَ أَبِي طَالِبٍ».

“Hai Rasulullah, kami lihat Anda melakukan sesuatu yang tidak Anda lakukan kepada orang lain.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Aku pakaikan untuknya bajuku agar ia memakai pakaian dari surga. Aku masuk ke dalam pembaringannya di kuburnya agar ringan untuknya sempitnya kubur. Sesungguhnya dia adalah makhluk Allah yang paling berbuat baik kepadaku setelah Abu Thalib.” (Hadis hasan diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Ausath (6935) 7/87).

(Baca juga : Dirjen Pendis: Madrasah Bukan Sekadar Sekolah, tapi Proses Pembelajaran )

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Tatkala Fathimah bin Asad bin Hasyim Ummu Ali radhiyallahu ‘anhu wafat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguknya. Beliau duduk di sisi kepalanya. Beliau bersabda,

رحِمَكِ اللهُ يا أمِّي كنْتِ أمِّي بعدَ أمِّي تجوعين وتُشْبِعيني وتَعْرَينَ وتُكْسيني وتَمْنعينَ نفسَكِ طيِّبًا وتُطْعِميني تُريدين بذلك وجهَ اللهِ والدَّارَ الآخرةَ»

“Semoga Allah merahmatimu hai ibuku. Engkau adalah sosok seorang ibu setelah ibu kandungku. Engkau merasakan lapar untuk membuatku kenyang. Engkau tak berpakaian (baru pen.) agar aku memiliki pakaian. Engkau tahan dirimu dari sesuatu yang baik untuk memberiku makanan. Semua itu kau lakukan berharap wajah Allah dan negeri akhirat.”

(Baca juga : Bahayakan Pengguna Jalan, Proyek Galian Tanah di Cileungsi Ditertibkan )

Kemudian beliau perintahkan agar dimandikan tiga kali. Tatkala telah tersedia air yang sudah dicampuri dengan kapur barus, Nabi tuangkan air tersebut dengan tangannya. Kemudian beliau buka bajunya dan dikafankan kepada bibinya. Setelah itu dilapiskan di atasnya kain burdah. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil Usamah bin Zaid, Abu Ayyub al-Anshari, Umar bin al-Khattab, dan seorang budak laki-laki yang hitam untuk menggalikan makamnya.

Saat kedalaman tanah telah mencapai batas tertentu, Rasulullah sendiri yang menggalikan untuknya. Setelah cukup, Nabi turun ke liang kuburnya dan meletakkan sang bibi di pembaringannya. Beliau berdoa:

اللهُ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ حَيٌّ لَا يَمُوتُ اغْفِرْ لِأُمِّي فَاطِمَةَ بِنْتِ أَسَدٍ وَلَقِّنْهَا حُجَّتَهَا وَوَسِّعْ عَلَيْهَا مُدْخَلَهَا بِحَقِّ نَبِيِّكَ وَالْأَنْبِيَاءِ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِي فَإِنَّكَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

“Ya Allah Yang Maha menghidupkan dan mematikan. Dialah Allah Yang Maha hidup tidak mengalami kematian. Ampunilah ibuku, Fathimah binti Asad. Bimbinglah dia dalam hujahnya (menjawab pertanyaan kubur pen.). Lapangkanlah untuknya liang kuburnya dengan hak nabimu dan para nabi sebelumku. Sesungguhnya Engkau Maha Penyayang.”

(Baca juga : Israel Dilaporkan Larang Pejabat Palestina Masuki Al-Aqsa )

Beliau menyalatkan bibinya dengan empat kali takbir. Dan memasukkanya ke liang lahad bersama Abbas dan Abu Bakar ash-Shiddiq (Diriwayatkan oleh al-Haitsami dalam Mujma’ az-Zawaid, 9/259. Dalam hadis ini terdapat Ruh bin Shalah. Seorang yang ditsiqatkan oleh Ibnu Hibban. Namun terdapat kedha’ifan padanya. Sementara perwai lainnya adalah rijal yang shahih. Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam Mu’jam al-Ausath 12/351 (871), dan Abu Nu’aim dalam Hilyah al-Auliya, 3/121).

Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1305 seconds (0.1#10.140)