Ucapan Para Khalifah dan Orang Saleh Jelang Ajalnya (Bagian 5)
loading...
A
A
A
Saat Dzun Nun hendak mengembuskan nafas terakhir , ia ditanya, "Apa yang engkau inginkan?" Ia menjawab, "Aku ingin mengenal-Nya barang sebentar sebelum aku mati ."
Kepada seorang alim yang tengah menghadapi saat-saat kematian dikatakan, "Sebutlah Allah!" Ia malah menjawab, "Sampai kapan kalian akan menyebut-nyebut nama Allah di dekatku, padahal sekarang aku tengah terbakar dalam cahaya Allah?"
[Baca Juga: Simak Ucapan Para Khalifah dan Orang Saleh Jelang Ajalnya (Bagian 4)]
Seorang alim menuturkan, "Saat aku sedang bersama Mimsyad ad-Dainuri, tiba-tiba muncul seorang miskin. 'Assalaimu’alaikum! Apakah ada tempat yang bersih untuk seseorang yang akan mati ?' tanyanya. Lalu ia ditunjukkan ke sebuah tempat yang ada mata airnya. Setelah wudhu, orang miskin itu lalu shalat berkali-kali. Selesai shalat ia menuju ke tempat tersebut. Di sana ia menjulurkan kakinya, lalu meninggal dunia."
Pada suatu hari ketika Abu Abbas ad-Dainuri sedang memberi pengajian di majelisnya, tiba-tiba ada seorang perempuan berteriak histeris. Abu Abbas berkata kepadanya, "Matilah kamu!" Perempuan itu malah bangkit berdiri. Setibanya di pintu rumah ia menoleh ke arah Abu Abbas lalu berkata, "Aku memang mau mati." Seketika ia jatuh dan menjadi mayat.
Diriwayatkan oleh Fatimah, adik Abu Ali ar-Raudzabari, ia berkata, "Ketika ajal Abu Ali ar-Raudzabari telah dekat, kepalanya berada di pangkuanku. Pelan-pelan ia membuka matanya dan berkata, 'Lihat, pintu langit telah dibuka, dan surga telah bersolek menyambutku.'
Salah seorang yang ada di situ berkata, "Wahai Abu Ali, kami telah mengantarkan engkau ke tingkatan yang sangat tinggi, meskipun engkau tidak menginginkannya. Tetapi ia malah melantunkan syair:
"Demi kebenaran-Mu, aku tidak akan memandang selain Engkau dengan mata cinta, sampai aku bertemu Engkau. Aku lihai Engkau yang akan menyiksaku, yang membikin sayu mataku, dan membuat pipiku memerah karena malu kepada-Mu."
[Baca Juga: Ucapan Para Khalifah dan Orang Saleh Menjelang Ajalnya (Bagian 2)]
Dikatakan kepada Al-Junaid, "Katakanlah: Tidak ada Tuhan selain Allah!" Ia menjawab, "Aku tidak akan pernah melupakan itu. Jadi kenapa aku harus diingatkan kembali?"
Ja'far bin Nushair bertanya kepada Bakrin ad-Dainuri, pelayan Asy-Syibli, "Apa yang kamu tahu tentang dia?" Ia menjawab, "Beliau punya uang satu Dirham yang didapat dengan cara menzalimi orang lain. Meskipun kemudian beliau berderma sebanyak ribuan dirham kepada orang itu sebagai penggantinya, namun hati beliau tetap merasa tidak bisa tenang.
Kemudian beliau memintaku membantunya berwudhu karena akan shalat. Aku layani permintaanya itu. Tetapi aku lupa menyela-nyelakan jariku ke janggutnya. Dan karena sudah tidak bisa berbicara, ia memegang tanganku dan memasukkannya ke dalam janggutnya. Setelah itu ia meninggal dunia ."
Mendengar cerita itu, Ja'far menangis dan berkata, "Apa komentar kalian tentang orang yang pada saat terakhir hidupnya masih begitu setia mengamalkan syariat seperti itu?"
Ketika Basyar bin al-Harits sudah dalam keadaan kritis, seorang temannya berkata, "Tampaknya engkau masih ingin hidup?"
Ia menjawab, "Benar. Datang kepada Allah memang sangat berat."
Shalih bin Mismar ditanya, "Apakah engkau tidak berpesan untuk menitipkan putera dan keluargamu?" Ia menjawab, "Aku malu berpesan menitipkan mereka kepada siapa pun selain Allah."
[Baca Juga: Ucapan Para Khalifah dan Orang-orang Saleh Menjelang Ajalnya (Bagian 1)]
(Bersambung)!
Sumber:
Dibalik Tabir Kematian karya Imam Al-Ghazali
Kepada seorang alim yang tengah menghadapi saat-saat kematian dikatakan, "Sebutlah Allah!" Ia malah menjawab, "Sampai kapan kalian akan menyebut-nyebut nama Allah di dekatku, padahal sekarang aku tengah terbakar dalam cahaya Allah?"
[Baca Juga: Simak Ucapan Para Khalifah dan Orang Saleh Jelang Ajalnya (Bagian 4)]
Seorang alim menuturkan, "Saat aku sedang bersama Mimsyad ad-Dainuri, tiba-tiba muncul seorang miskin. 'Assalaimu’alaikum! Apakah ada tempat yang bersih untuk seseorang yang akan mati ?' tanyanya. Lalu ia ditunjukkan ke sebuah tempat yang ada mata airnya. Setelah wudhu, orang miskin itu lalu shalat berkali-kali. Selesai shalat ia menuju ke tempat tersebut. Di sana ia menjulurkan kakinya, lalu meninggal dunia."
Pada suatu hari ketika Abu Abbas ad-Dainuri sedang memberi pengajian di majelisnya, tiba-tiba ada seorang perempuan berteriak histeris. Abu Abbas berkata kepadanya, "Matilah kamu!" Perempuan itu malah bangkit berdiri. Setibanya di pintu rumah ia menoleh ke arah Abu Abbas lalu berkata, "Aku memang mau mati." Seketika ia jatuh dan menjadi mayat.
Diriwayatkan oleh Fatimah, adik Abu Ali ar-Raudzabari, ia berkata, "Ketika ajal Abu Ali ar-Raudzabari telah dekat, kepalanya berada di pangkuanku. Pelan-pelan ia membuka matanya dan berkata, 'Lihat, pintu langit telah dibuka, dan surga telah bersolek menyambutku.'
Salah seorang yang ada di situ berkata, "Wahai Abu Ali, kami telah mengantarkan engkau ke tingkatan yang sangat tinggi, meskipun engkau tidak menginginkannya. Tetapi ia malah melantunkan syair:
"Demi kebenaran-Mu, aku tidak akan memandang selain Engkau dengan mata cinta, sampai aku bertemu Engkau. Aku lihai Engkau yang akan menyiksaku, yang membikin sayu mataku, dan membuat pipiku memerah karena malu kepada-Mu."
[Baca Juga: Ucapan Para Khalifah dan Orang Saleh Menjelang Ajalnya (Bagian 2)]
Dikatakan kepada Al-Junaid, "Katakanlah: Tidak ada Tuhan selain Allah!" Ia menjawab, "Aku tidak akan pernah melupakan itu. Jadi kenapa aku harus diingatkan kembali?"
Ja'far bin Nushair bertanya kepada Bakrin ad-Dainuri, pelayan Asy-Syibli, "Apa yang kamu tahu tentang dia?" Ia menjawab, "Beliau punya uang satu Dirham yang didapat dengan cara menzalimi orang lain. Meskipun kemudian beliau berderma sebanyak ribuan dirham kepada orang itu sebagai penggantinya, namun hati beliau tetap merasa tidak bisa tenang.
Kemudian beliau memintaku membantunya berwudhu karena akan shalat. Aku layani permintaanya itu. Tetapi aku lupa menyela-nyelakan jariku ke janggutnya. Dan karena sudah tidak bisa berbicara, ia memegang tanganku dan memasukkannya ke dalam janggutnya. Setelah itu ia meninggal dunia ."
Mendengar cerita itu, Ja'far menangis dan berkata, "Apa komentar kalian tentang orang yang pada saat terakhir hidupnya masih begitu setia mengamalkan syariat seperti itu?"
Ketika Basyar bin al-Harits sudah dalam keadaan kritis, seorang temannya berkata, "Tampaknya engkau masih ingin hidup?"
Ia menjawab, "Benar. Datang kepada Allah memang sangat berat."
Shalih bin Mismar ditanya, "Apakah engkau tidak berpesan untuk menitipkan putera dan keluargamu?" Ia menjawab, "Aku malu berpesan menitipkan mereka kepada siapa pun selain Allah."
[Baca Juga: Ucapan Para Khalifah dan Orang-orang Saleh Menjelang Ajalnya (Bagian 1)]
(Bersambung)!
Sumber:
Dibalik Tabir Kematian karya Imam Al-Ghazali
(rhs)