Ummu Ma'bad dan Domba yang Diperah Rasulullah

Selasa, 15 Desember 2020 - 14:31 WIB
loading...
Ummu Mabad dan Domba yang Diperah Rasulullah
Ummu Ma’bad radhiyallahuanha melewati masa-masa hidupnya di bawah naungan iman dengan giat melaksanakan salat, puasa dan ibadah kepada Allah Azza wa Jalla. Foto ilustrasi/ist
A A A
Kisah ini datang dari salah satu shahabiyah (sahabat perempuan Rasulullah) yang bernama Ummu Ma'bad Al-Khuza'iyyah. Muslimah yang bernama ‘Atikah binti Khalid bin Munqidz dan dikenal dengan Ummu Ma'bad merupakan salah satu di antara orang-orang yang namanya terkait erat dengan peristiwa besar hijrah Rasulullah Shallalahu alaihi wa sallam dari Makkah ke Madinah.

Tentang Ummu Ma'bad memang tidak banyak orang yang mengenalnya di masa jahiliyah , karena ia bukan seorang tokoh yang terkenal. Ia hanya seorang perempuan yang tinggal di pedalaman padang pasir yang serba sederhana. Ia hanya dikenal oleh lingkungan kemah dan sanak keluarga yang ada di sekitarnya saja.

(Baca juga : Larangan Keras Bagi Seorang Muslim Menerima Perkataan yang Mengadu Domba )

Akan tetapi, pada masa-masa awal Islam, Ummu Mabad menjadi perempuan yang cukup populer karena Nabi Muhammad pernah menjadi tamunya ketika sedang dalam perjalanan hijrah yang penuh berkah ke kota Madinah.

Ummu Ma'bad sendiri adalah saudara perempuan dari Khunais bin Khalid Al-Khuza’i Al-Ka’bi, seorang sahabat Rasulullah yang cukup terkemuka. Khunais adalah seorang kesatria gagah berani yang terlibat dalam proses pembebasan kota Makkah. Saat itu, ia tergabung dengan rombongan pasukan yang dipimpin oleh Khalid bin Al-Walid dan terbunuh pada hari itu juga sebagai syahid, semoga Allah meridainya.

(Baca juga : Karena Keistimewaannya, Perempuan Dianjurkan Belajar Ilmu Fiqih )

Dikisahkan dalam kitab karya Mahmud Al-Mishri, '35 Sirah Shahabiyah (35 Sahabat Wanita Rasulullah SAW), dalam perjalanan hijrah, Rasulullah lewat di dekat kemah Ummu Ma’bad Al-Khuza’iyyah, seorang perempuan yang tegar dan cukup terkenal di kawasan pedalaman. Ia suka berdiri di halaman kemah dan selalu bersedia memberi makan dan minum kepada siapa saja yang lewat di depannya.

Ketika Nabi SAW dan Abu Bakar rdhiyallahu'anhu sampai di situ, mereka bertanya, “Apakah engkau memiliki makanan atau minuman?” Ummu Ma’bad menjawab, “Demi Allah, seandainya kami masih punya sesuatu, maka kami tidak akan segan-segan untuk menjamu kalian. Domba tidak lagi mengeluarkan susu, karena tahun ini sangat kering.”

Rasulullah melihat seekor domba kurus di samping kemah, lalu bertanya, “Wahai Ummu Ma bad, mengapa domba ini ada di sini!” Ummu Ma bad menjawab, “Domba ini tidak bisa ikut kawanannya karena tidak sanggup berjalan jauh.”

(Baca juga: Muslim Harus Memilih Jalan Hidup yang Menuju ke Surga )

Rasulullah bertanya lagi, “Apakah masih ada susunya?” Ummu Ma bad menjawab, “Dia tidak mungkin lagi mengeluarkan susu.” Rasulullah berkata, “Apakah engkau mengizinkan aku memerah susunya?” Ummu Ma bad menjawab, “Tentu. Jika menurutmu domba itu masih bisa diperah, maka lakukanlah.”

Kemudian Rasulullah mendekati domba tersebut dan mengusap susunya sambil membaca basmalah dan berdoa. Tiba-tiba, domba tersebut merenggangkan kedua kakinya dan susunya mengalir dengan deras.

Rasulullah minta Ummu Ma’bad mengambilkan wadah besar yang biasa digunakan untuk minum sekeluarga. Lalu, beliau memerah susu domba tersebut hingga wadah menjadi penuh. Beliau menyuruh Ummu Ma’bad agar meminumnya hingga puas lalu disusul oleh sahabat-sahabatnya, sedangkan beliau sendiri meminumnya setelah mereka.

(Baca juga : Penerapan Protokol Kesehatan Kunci Rendahnya Klaster Pilkada 2020 )

Kemudian beliau memerah lagi susu domba tersebut dalam wadah hingga penuh. Setelah itu, beliau berpamitan kepada Ummu Ma’bad untuk meneruskan perjalanan. Tidak lama kemudian, suami Ummu Ma’bad tiba di kemah sambil menggiring domba-domba yang kurus kering dan berjalan tertatih-tatih karena lemah.

Ketika matanya melihat susu dalam wadah, Abu Ma’bad terbelalak. Ia bertanya dengan terheran-heran, “Dari mana engkau mendapatkan susu ini, bukankah domba-domba kita tidak ada di sini? Di kemah juga tidak ada domba yang susunya dapat diperah?”

Ummu Ma’bad menjawab, “Memang benar, demi Allah. Hanya saja, tadi ada orang yang penuh berkah yang lewat di sini. Ia berkata begini dan begini, sedangkan penampilannya begini dan begini.” Abu Ma’had berkata, “Demi Allah, aku yakin dialah orang yang sedang dicari oleh orang-orang Quraisy. Wahai Ummu Ma’bad, coba terangkan ciri-cirinya kepadaku.”

Ummu Ma’bad menjelaskan, “Dia sangat tampan, wajahnya memancarkan sinar, perawakannya sempurna, perutnya tidak besar dan kepalanya tidak kecil. Parasnya sangat gagah, bola matanya hitam dan bulu matanya memanjang. Suaranya nyaring, lehernya panjang, matanya sangat jernih, alisnya jelas dan rambut kepalanya sangat hitam. Ketika diam, dia tampak sangat berwibawa dan ketika bicara, tampak sangat menakjubkan.

(Baca juga: Aturan Baru Liburan!, Mau Terbang ke Bali Wajib PCR Test H-2 Sebelum Berangkat )

Jika dilihat dari kejauhan, maka dia tampak bersinar, dan jika dilihat dari dekat, maka dia sangat indah dan menarik. Kata-katanya enak didengar, nadanya serius, tidak terlalu pendiam dan tidak pula banyak bicara yang tidak berguna. Kata-katanya itu seperti butir-butir berlian yang tersusun rapi. Perawakannya sedang tidak terhina karena terlalu pendek dan tidak pula menyusahkan karena terlalu tinggi. Dia ibarat cabang pohon yang diapit oleh dua cabang lainnya, sehingga ia tampak yang paling indah dan paling baik di antara ketiganya. Dia ditemani oleh beberapa sahabat yang selalu menjaganya.

Jika dia berbicara, maka mereka akan mendengarkannya dengan seksama. Jika dia menyuruh, maka mereka segera mengerjakannya. Dia benar-benar disegani dan pantas menjadi pemimpin yang disenangi oleh pengikut-pengikutnya. Dia tidak suka cemberut dan tidak suka mengeluh.”

Abu Ma’bad berkata, “Demi Allah, itulah ciri-ciri orang yang sedang dicari orang-orang Quraisy, karena alasan-alasan yang telah mereka terangkan. Sebenarnya, sejak awal aku sudah tertarik dan ingin menjadi pengikutnya dan jika ada kesempatan, maka aku akan melakukannya.”

Bersamaan dengan peristiwa yang terjadi di kemah Unimu Ma’bad ini, di Makkah terdengar desas-desus yang menerangkan kejadian di kemah Ummu Ma’bad. Semua orang mendengarnya, tetapi tidak melihat siapa yang mengatakannya,

Semoga Allah, pemilik ‘Arsy, memberi balasan terbaik. Kepada dua sahabat yang singgah di kemah Ummu Ma’bad. Persinggahan dan kepergian mereka membawa kebaikan. Sungguh bahagia siapa pun yang menjadi teman Muhammad. Wahai keturunan Qushai sungguh semua tindakan kalian. Yang telah digagalkan oleh Allah tidak pantas dibalas kemuliaan

(Baca juga: Pemenjaraan Kelompok Kritis dan Kasus FPI Jadi Noda Hitam Sejarah Reformasi )

Bani Ka’ab tidak perlu gelisah dengan anak perempuan mereka. Karena kemahnya menjadi tempat singgah orang-orang mukminTanyalah saudara perempuan kalian tentang domba dan wadahnya. Karena jika kalian bertanya kepada domba, maka ia pasti bersaksi

Asma’ binti Abu Bakar berkata, “Selama itu kami tidak tahu, ke mana Rasulullah pergi. Tetapi, ketika suara jin itu terdengar dari daerah rendah kota Makkah dan mengucapkan bait-bait puisinya tadi, sementara orang-orang Quraisy terus mengikutinya dan mendengar kata-katanya tetapi tidak melihat orangnya sampai suara itu keluar dari daerah tinggi kota Makkah, maka kami mengetahui tujuan Rasulullah bahwa beliau menuju kota Madinah.”

Iman telah menyentuh lubuk hati Ummu Ma’bad sejak pertama kali mendengar dan melihat Rasulullah SAW. Buktinya, ketika beberapa pemuda Quraisy yang mengejar Rasulullah saw. menemuinya dan menanyakan perihal Rasulullah, Umm Ma’bad mengkhawatirkan beliau sehingga tidak memberi jawaban yang benar. Ia berkata, “Kalian menanyakan sesuatu yang tidak pernah kudengar sejak setahun yang lalu.”

Memeluk Islam

Ummu Ma’bad sangat takjub dengan berkah-berkah yang ia saksikan langsung dari Rasulullah, sehingga beberapa saat kemudian, ia dan suaminya menemui beliau dan berbaiat kepadanya untuk menjadi muslim yang baik.

Pada suatu hari, Ummu Ma’bad menghadiahkan seekor domba kepada Nabi SAW Tetapi sungguh mengejutkan, beliau malah menolaknya. Hal ini membuat Ummu Ma’bad tidak enak hati. Para sahabat berkata, “Rasulullah menolak hadiahmu karena beliau melihat susu domba itu sangat baik.”

Berdasarkan saran ini, Ummu Ma’bad menghadiahkan lagi domba yang tidak memiliki susu, dan ternyata Rasulullah saw. menerimanya. Ummu Ma’bad selalu ingin menyenangkan Rasulullah saw.

Ummu Ma’bad radhiyallahu'anha melewati masa-masa hidupnya di bawah naungan iman dengan giat melaksanakan salat, puasa dan ibadah kepada Allah “Azza wa Jalla. Hal ini membuat hatinya sangat senang dan bahagia. Ia hidup di dalam surga dunia yang tentunya akan membuahkan kehidupan baru di dalam surga akhirat kelak.

(Baca juga: Belum Ada Penetapan Harga Vaksin Mandiri )

Ummu Ma'bad sangat senang jika mendengar berita tentang kemenangan kaum muslimin dalam perang melawan musuh-musuhnya dan sangat sedih jika yang terjadi adalah sebaliknya. Hati Ummu Ma’bad selalu terpaut dengan Islam dan kaum muslimin hingga ia menerima kabar duka yang sangat menyedihkan, yakni berita wafatnya Rasulullah.

Kesedihan Ummu Ma’bad tidak terperi hingga hatinya nyaris hancur. Ia selalu teringat dengan pertemuan pertamanya dengan Rasulullah, yakni waktu beliau singgah di kemahnya dalam rangkaian perjalanan hijrah ke Madinah.

Namun, Ummu Ma’bad tidak larut dalam kesedihannya, ia tahu bahwa sikap ridha adalah kunci segala kebaikan, sehingga ia sabar, ridha dan menyerahkan kesedihan atas kepergian Nabi SAW kepada Allah Ta'ala, agar meraih pahala orang-orang yang sabar. .

Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1339 seconds (0.1#10.140)