Muhasabah, Amalan Utama Orang Beriman
loading...
A
A
A
Muhasabah atau koreksi diri adalah termasuk salah satu bagian amaliah tuntunan dalam Islam. Muhasabah penting dilakukan agar seorang muslim dan mukmin mengetahui dia sedang berada di jalan yang mana. Jalan yang salah (fujur, jalan kemaksiatan) atau di jalan Islam.
Jika seseorang tergelincir dalam kesalahan , ketika melakukan muhasabah maka dia segera bertaubat lalu berpaling dari segala perantara yang dapat mengantarkan pada maksiat. Kalau seseorang melihat ada kekurangan dalam amalan yang wajib, maka berusaha keras untuk memenuhinya dengan sempurna dan meminta tolong pada Allah untuk dimudahkan dalam ibadah.
(Baca juga: Gambaran Menakjubkan Perhiasan Bagi Para Penghuni Surga )
Penting sekali kita muhasabah diri atau mengoreksi diri ini dalam kehidupan seorang mukmin. Muhasabah adalah melihat pada amalan yang telah dilakukan oleh jiwa, lalu mengoreksi kesalahan yang dilakukan dan menggantinya dengan amalan shalih.
Sebagai insan manusia, maka hendaknya diri sendiri meyakini bahwa pribadinya penuh kekurangan, entah masih terus menerus dalam bermaksiat, kurang dalam ketaatan, atau bahkan kadang bermudah-mudahan meninggalkan kewajiban.
Allah memerintahkan kita untuk muhasabah diri, melalui firman-Nya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (18) وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (19)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hasyr: 18-19).
(Baca juga: Derajat Kecintaan Menurut Imam Al-Ghazali )
Manusia yang paling mulia di muka bumi, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bahkan mengingatkan tentang suatu doa supaya dimudahkan dalam ibadah.
Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memegang tangannya lalu berkata :
“Wahai Mu’adz, demi Allah, sesungguhnya aku mencintaimu, sungguh aku mencintaimu.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selanjutnya bersabda :
أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لاَ تَدَعَنَّ فِى دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ تَقُولُ اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Aku memberikanmu nasehat, wahai mu’adz. Janganlah engkau tinggalkan saat di penghujung shalat (di akhir shalat) bacaan doa: Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik (Ya Allah, tolonglah aku dalam berzikir, bersyukur, dan beribadah yang baik pada-Mu).”
(Baca juga: Inilah Rahasia Kecantikan Perempuan yang Jarang Diketahui )
Disebutkan di akhir hadis, “Mu’adz mewasiatkan seperti itu pada Ash Sunabihi. Lalu Ash Shunabihi mewasiatkannya lagi pada Abu ‘Abdirrahman.” (HR. Abu Dawud dan An Nasai).
Hanya dengan pertolongan Allah-lah, kita bisa mudah melakukan ibadah dan menjauhi maksiat. Maka dengan bermuhasabah, seorang muslim akan tahu apakah dia sedang bergelimang dosa atau berada di jalan Allah, Apakah dia lalai dari mengingat Allah atau dia termasuk mencintai zikir (zikirullah).
(Baca juga: Varian Baru Virus Corona Telah Ditemukan di Beberapa Negara di Asia )
Lantas, apa Manfaat Muhasabah? dalam kitab 'Az-Zuhud li Ibnil Mubarak' dan kitab 'A'mal Al Qulub', dijelaskan bahwa muhasabah akan lebih mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala. Pertama, meringankan hisab pada hari kiamat. Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu pernah mengatakan, “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, itu akan memudahkan hisab kalian kelak. Timbanglah amal kalian sebelum ditimbang kelak."
Ingatlah keadaan yang genting pada hari kiamat :
يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لَا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ
“Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Rabbmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah).” (QS. Al-Haqqah: 18).”
(Baca juga: Ini Syarat Siswa yang Bisa Ikut SNMPTN 2021, Cek Disini )
Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah mengatakan, “Mukmin itu yang rajin menghisab dirinya dan ia mengetahui bahwa ia akan berada di hadapan Allah kelak. Sedangkan orang munafik adalah orang yang lalai terhadap dirinya sendiri (enggan mengoreksi diri)."
Faedah muhasabah yang kedua adalah akan membuat pribadinya selalu bisa berada dalam petunjuk Allah Ta'ala. Sebagaimana disebutkan oleh Imam Al-Baidhawi rahimahullah dalam tafsirnya bahwa seseorang bisa terus berada dalam petunjuk jika rajin mengoreksi amalan-amalan yang telah ia lakukan.
(Baca juga: Kucuran KUR Per 21 Desember Tembus Rp188,11 Triliun, NPL Terjaga Rendah )
Ketiga: Mengobati hati yang sakit. Karena hati yang sakit tidaklah mungkin hilang dan sembuh melainkan dengan muhasabah diri.
Keempat: Selalu menganggap diri penuh kekurangan dan tidak tertipu dengan amal yang telah dilakukan.
Kelima: Membuat diri tidak takabbur (sombong).
Cobalah lihat apa yang dicontohkan oleh Muhammad bin Wasi’ rahimahullah ketika ia berkata :
لَوْ كَانَ لِلذُّنُوْبِ رِيْحٌ مَا قَدَرَ أَحَدٌ أَنْ يَجْلِسَ إِلَيَّ
“Andaikan dosa itu memiliki bau, tentu tidak ada dari seorang pun yang ingin duduk dekat-dekat denganku.” (Muhasabah An-Nafs dan A’mal Al-Qulub)
(Baca juga: 1-14 Januari 2021, Pemerintah Putuskan WNA Dilarang Masuk Indonesia )
Keenam: Seseorang akan memanfaatkan waktu dengan baik.
Dalam buku Tabyin Kadzbi Al-Muftari, Ibnu ‘Asakir pernah menceritakan tentang Al-Faqih Salim bin Ayyub Ar-Razi rahimahullah bahwa ia terbiasa mengoreksi dirinya dalam setiap nafasnya. Ia tidak pernah membiarkan waktu tanpa faedah. Kalau kita menemuinya pasti waktu Salim Ar-Razi diisi dengan menyalin, belajar atau membaca.
Wallahu 'Alam
Jika seseorang tergelincir dalam kesalahan , ketika melakukan muhasabah maka dia segera bertaubat lalu berpaling dari segala perantara yang dapat mengantarkan pada maksiat. Kalau seseorang melihat ada kekurangan dalam amalan yang wajib, maka berusaha keras untuk memenuhinya dengan sempurna dan meminta tolong pada Allah untuk dimudahkan dalam ibadah.
(Baca juga: Gambaran Menakjubkan Perhiasan Bagi Para Penghuni Surga )
Penting sekali kita muhasabah diri atau mengoreksi diri ini dalam kehidupan seorang mukmin. Muhasabah adalah melihat pada amalan yang telah dilakukan oleh jiwa, lalu mengoreksi kesalahan yang dilakukan dan menggantinya dengan amalan shalih.
Sebagai insan manusia, maka hendaknya diri sendiri meyakini bahwa pribadinya penuh kekurangan, entah masih terus menerus dalam bermaksiat, kurang dalam ketaatan, atau bahkan kadang bermudah-mudahan meninggalkan kewajiban.
Allah memerintahkan kita untuk muhasabah diri, melalui firman-Nya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (18) وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (19)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hasyr: 18-19).
(Baca juga: Derajat Kecintaan Menurut Imam Al-Ghazali )
Manusia yang paling mulia di muka bumi, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bahkan mengingatkan tentang suatu doa supaya dimudahkan dalam ibadah.
Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memegang tangannya lalu berkata :
“Wahai Mu’adz, demi Allah, sesungguhnya aku mencintaimu, sungguh aku mencintaimu.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selanjutnya bersabda :
أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لاَ تَدَعَنَّ فِى دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ تَقُولُ اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Aku memberikanmu nasehat, wahai mu’adz. Janganlah engkau tinggalkan saat di penghujung shalat (di akhir shalat) bacaan doa: Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik (Ya Allah, tolonglah aku dalam berzikir, bersyukur, dan beribadah yang baik pada-Mu).”
(Baca juga: Inilah Rahasia Kecantikan Perempuan yang Jarang Diketahui )
Disebutkan di akhir hadis, “Mu’adz mewasiatkan seperti itu pada Ash Sunabihi. Lalu Ash Shunabihi mewasiatkannya lagi pada Abu ‘Abdirrahman.” (HR. Abu Dawud dan An Nasai).
Hanya dengan pertolongan Allah-lah, kita bisa mudah melakukan ibadah dan menjauhi maksiat. Maka dengan bermuhasabah, seorang muslim akan tahu apakah dia sedang bergelimang dosa atau berada di jalan Allah, Apakah dia lalai dari mengingat Allah atau dia termasuk mencintai zikir (zikirullah).
(Baca juga: Varian Baru Virus Corona Telah Ditemukan di Beberapa Negara di Asia )
Lantas, apa Manfaat Muhasabah? dalam kitab 'Az-Zuhud li Ibnil Mubarak' dan kitab 'A'mal Al Qulub', dijelaskan bahwa muhasabah akan lebih mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala. Pertama, meringankan hisab pada hari kiamat. Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu pernah mengatakan, “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, itu akan memudahkan hisab kalian kelak. Timbanglah amal kalian sebelum ditimbang kelak."
Ingatlah keadaan yang genting pada hari kiamat :
يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لَا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ
“Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Rabbmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah).” (QS. Al-Haqqah: 18).”
(Baca juga: Ini Syarat Siswa yang Bisa Ikut SNMPTN 2021, Cek Disini )
Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah mengatakan, “Mukmin itu yang rajin menghisab dirinya dan ia mengetahui bahwa ia akan berada di hadapan Allah kelak. Sedangkan orang munafik adalah orang yang lalai terhadap dirinya sendiri (enggan mengoreksi diri)."
Faedah muhasabah yang kedua adalah akan membuat pribadinya selalu bisa berada dalam petunjuk Allah Ta'ala. Sebagaimana disebutkan oleh Imam Al-Baidhawi rahimahullah dalam tafsirnya bahwa seseorang bisa terus berada dalam petunjuk jika rajin mengoreksi amalan-amalan yang telah ia lakukan.
(Baca juga: Kucuran KUR Per 21 Desember Tembus Rp188,11 Triliun, NPL Terjaga Rendah )
Ketiga: Mengobati hati yang sakit. Karena hati yang sakit tidaklah mungkin hilang dan sembuh melainkan dengan muhasabah diri.
Keempat: Selalu menganggap diri penuh kekurangan dan tidak tertipu dengan amal yang telah dilakukan.
Kelima: Membuat diri tidak takabbur (sombong).
Cobalah lihat apa yang dicontohkan oleh Muhammad bin Wasi’ rahimahullah ketika ia berkata :
لَوْ كَانَ لِلذُّنُوْبِ رِيْحٌ مَا قَدَرَ أَحَدٌ أَنْ يَجْلِسَ إِلَيَّ
“Andaikan dosa itu memiliki bau, tentu tidak ada dari seorang pun yang ingin duduk dekat-dekat denganku.” (Muhasabah An-Nafs dan A’mal Al-Qulub)
(Baca juga: 1-14 Januari 2021, Pemerintah Putuskan WNA Dilarang Masuk Indonesia )
Keenam: Seseorang akan memanfaatkan waktu dengan baik.
Dalam buku Tabyin Kadzbi Al-Muftari, Ibnu ‘Asakir pernah menceritakan tentang Al-Faqih Salim bin Ayyub Ar-Razi rahimahullah bahwa ia terbiasa mengoreksi dirinya dalam setiap nafasnya. Ia tidak pernah membiarkan waktu tanpa faedah. Kalau kita menemuinya pasti waktu Salim Ar-Razi diisi dengan menyalin, belajar atau membaca.
Wallahu 'Alam
(wid)