Memberi Kesenangan dan Bersenang-senang dengan Hati Suami

Kamis, 31 Desember 2020 - 15:05 WIB
loading...
Memberi Kesenangan dan Bersenang-senang dengan  Hati Suami
Semestinya seorang istri memperhatikan penampilannya di hadapan suaminya. Terutama apabila suaminya baru datang dari safar, Foto ilustrasi/ist
A A A
Menjadi istri saleha adalah dambaan setiap muslimah. Agar dapat mewujudkan hal itu, ada sifat-sifat yang harus dimiliki seorang istri, salah satunya adalah dapat menyenangkan hati suaminya.

Dalam kajian Islam ilmiah yang membahas 'Risalah Penting Untuk Muslimah' sebuah kitab buah karya Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr Hafidzahullahm, Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc menjelaskan, kesenangan atau hal menyenangkan yang dimaksud adalah apabila seorang suami melihat istrinya, maka sang suami senang melihatnya. "Tentunya seorang istri berdandan di hadapan suaminya sehingga disenangi oleh suaminya,"ungkap dai yang rutin mengisi kanal dakwah ini, beberapa waktu lalu di Jakarta. Berikut uraian ceramahnya:

(Baca juga: Orang yang Terakhir Masuk Pintu Surga )

Dari Jabir Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Jika salah seorang dari kali datang (dari safar) pada malam hari, maka janganlah dia sekali-kali mendatangi istrinya, mengetuk pintunya dengan tiba-tiba tanpa ada pemberitahuan sebelumnya.” (HR. Muslim)

Kata Syaik Abdurrazzaq dalam bukunya tersebut, tiba-tiba mendatanginya di malam hari. Kenapa demikian? Yaitu sampai perempuan yang ditinggal suaminya merapikan bulu kemaluannya dan merapikan rambutnya. Hal ini di dalamnya terdapat hal penting sangat mulia untuk seorang perempuan muslimah. Yaitu hendaknya seorang istri tidak menemui suaminya kecuali dalam kesempurnaan kebersihannya, kebagusan penampilan dan keindahan persiapan.

Begini semestinya seorang perempuan memperhatikan agar jangan sampai tidak bersih dan penampilannya tidak baik di hadapan suaminya. Terutama jika sang suami baru datang dari safar, maka perkara ini mengkonsekuensikan seorang istri untuk mempersiapkan dirinya sampai dia benar-benar siap di dalam rumah menyambut suaminya.

(Baca juga : Menunda-nunda Waktu Salat, Musibah Besar Kaum Perempuan )

Dari ‘Aisyah Ummul Mukminin, beliau bercerita: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang dari bepergian dan aku meletakkan gorden di jendela kami di dalam rumah dan gorden tersebut terdapat gambar-gambar.

Maka kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat hal tersebut kemudian beliau tarik kain gorden tersebut. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا عِنْدَ اللهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، الَّذِينَ يُضَاهُونَ بِخَلْقِ اللهِ

“Manusia yang paling berat siksanya pada hari kiamat adalah orang yang menyerupakan dengan makhluk-makhluk Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maksudnya yang menggambar itu dia merupakan makhluk-makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tidak boleh menggambar makhluk hidup dan itu dosa besar.

(Baca juga : Istri Abdullah bin Mas'ud dan Sedekahnya )

Akhirnya ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha berkata: “Maka kami jadikan kain gorden tersebut sebagai satu bantal atau dua bantal.”

Yang menjadi pelajaran dalam hadis ini adalah ‘Aisyah menginginkan jika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam masuk ke dalam rumah, maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendapati di dalam rumah sesuatu yang indah atau agar rumah tersebut dalam keadaan baik.

Maka seorang perempuan semestinya dia mempersiapkan rumah dan menertibkan rumah dan merapikan keadaan rumah tersebut sebagaimana dia juga semestinya mempersiapkan dirinya dengan persiapan yang sempurna dan bagus di dalam menyambut suaminya. Maka ini seluruhnya termasuk dari sifat-sifat yang terdapat di dalam sunnah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa sallam untuk perempuan dan istri yang salehah.

Sekali lagi, semestinya seorang istri memperhatikan penampilannya di hadapan suaminya. Terutama apabila suaminya baru datang dari safar.

(Baca juga: Breaking News, Mantan Menteri Kehakiman Muladi Wafat )

Di zaman kita sekarang ini, seorang suami jika ingin pulang ke rumahnya maka hendaknya dia memberitahukan kepada istrinya agar istrinya bersiap-siap dan memperhatikan penampilannya di hadapan suaminya.

Termasuk dalil yang menunjukkan bahwa seorang istri juga membuat senang hati suaminya adalah hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِنِسَائِكُمْ فِي الْجَنَّةِ؟قُلْنَا بَلَى يَا رَسُوْلَ الله كُلُّ وَدُوْدٍ وَلُوْدٍ، إِذَا غَضِبَتْ أَوْ أُسِيْءَ إِلَيْهَا أَوْ غَضِبَ زَوْجُهَا، قَالَتْ: هَذِهِ يَدِيْ فِي يَدِكَ، لاَ أَكْتَحِلُ بِغَمْضٍ حَتَّى تَرْضَى

“Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang istri-istri kalian di dalam surga (yaitu istri yang pantas dan cocok untuk menjadi penghuni surga karena sifatnya yang terpuji dan perangainya yang penuh dengan berkah) yaitu istri yang romantis (pencinta) terhadap suaminya dan yang banyak melahirkan anak. Jika sang istri itu marah atau suami berbuat tidak baik kepada istri atau suami marah kepada istri, maka sang istri bagaimanapun dia akhirnya berkata: ‘Ini tanganku di tanganmu, aku tidak akan bisa tidur dengan nyaman wahai suamiku sampai engkau rela kepadaku'” (HR. Ath-Thabrani)

(Baca juga: Penghasilan Direksi BUMN di Tangan Erick: Dipangkas dan Harus Penuhi Syarat )

Maksudnya adalah “aku tidak akan bisa memejamkan kedua mata dan tidak akan bisa tidur dengan nyaman, hatiku tidak akan tenang sampai engkau ridha terhadapku wahai suamiku.” Ini menjadi pelajaran bagi para istri-istri, semestinya seorang istri berlakunya seperti ini, baik ketika dia marah terhadap kelakuan suaminya atau suaminya membuat marah dia atau suaminya marah kepada dia. Maka lebih baik tetap dia yang pertama kali melakukan perdamaian dengan suaminya.

Sangat ironi bahwa sebagian istri tidak memperhatikan suaminya tidur pada malam itu atau pada dua malam bahkan sepuluh malam atau sebulan dalam keadaan suaminya sedang marah. Seakan-akan perkara ini tidak penting dan seakan-akan ketika dia bertemu dengan Allah menganggap bahwa perkara ini tidak akan dihisab.

(Baca juga : 2 Kapal Perang AS Berkeliaran di Selat Taiwan, Abaikan Kemarahan China )

Ini perasaan yang keliru, jangan sampai seorang istri merasa tenang saat suaminya marah kepadanya pada malam itu dan belum memaafkannya sampai berhari-hari. Seorang istri harus merasa khawatir kalau salatnya tidak bermanfaat, puasanya tidak bermanfaat, kalau seandainya dia tidak menggapai ridha suaminya. Hal ini karena Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

لاَ تُؤْذِي امْرَأَةٌ زَوْجَهَا فِي الدُّنْيَا إِلاَّ قَالَتْ زَوْجَتُهُ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ لاَ تُؤْذِيهِ قَاتَلَكِ اللَّهُ فَإِنَّمَا هُوَ عِنْدَكِ دَخِيلٌ يُوشِكُ أَنْ يُفَارِقَكِ إِلَيْنَا

“Tidaklah seorang istri menyakiti suaminya di dunia kecuali istrinya dari bidadari yang dimiliki oleh suami tersebut akan berkata: ‘Jangan engkau sakiti dia, Allah akan menghancurkanmu. Sesungguhnya suamimu itu adalah hanya tamu yang masuk sebentar ke dalam rumahmu. Dia sebentar lagi akan berpisah denganmu dan berkumpul dengan kami.'” (HR. Tirmidzi)

(Baca juga : Cara yang Aman Berpergian Jauh Naik Motor )

Karena itu hati-hati, perempuan jangan sampai meremehkan suami yang marah terhadapnya.

Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2959 seconds (0.1#10.140)