Begini Rasanya Disalami Malaikat Jibril di Malam Lailatul Qadar
loading...
A
A
A
JIKA badan Anda merinding, hati merasa tenang dan damai, serasa ingin menangis, dan keyakinan beriman kepada Allah SWT semakin mantap maka Anda sedang disalami Malaikat Jibril di malam Lailatul Qadar .
Inilah salah satu keajaiban yang tak terhingga di malam yang mulia dan agung dengan keutamaan lebih baik dari seribu bulan (83 tahun, 4 bulan). ( )
Pada malam itu, para malaikat turun ke bumi dipimpin langsung oleh Malaikat Jibril, atas izin Allah SWT untuk melihat siapa saja yang menghidupkan malam Lailatul Qadar dan menebar keselamatan di bumi sampai terbit fajar.
Demikian Wakil Ketua Lembaga Dakwah PBNU, KH Muhammad Nur Hayid (Gus Hayid), saat khataman bab Lailatul Qadar menjelaskan kitab Durtotunnasihin dalam ngaji rutin di Pesantren Skill Jakarta, Kamis (14/5/2020).
Lebih lanjut Gus Hayid menjelaskan bahwa dalam beberapa kitab tafsir dijelaskan, terdapat tiga level penerimaan Lailatul Qadar. Level tersebut adalah level awam, khusus dan khususul khusus (sangat khusus).( )
Bagi level awam, Lailatul Qadar adalah sebuah berkah, atau rahmat bagi orang awam. "Mereka hanya berharap pahala dari kemuliaan Lailatu Qadar, yang lebih utama dari seribu bulan," tutur dai program Cahaya Hati Indonesia ini seperti dikutip laman resmi Nahdlatul Ulama (NU) Jumat (15/5/2020).
Sedangkan level orang khusus, meyakini jika beribadah di malam Lailatul Qadar, Allah SWT yang turun langsung untuk melihat ibadah hamba-Nya dengan miliaran malaikat mengiringi Allah untuk mengaminkan doa seorang hamba di malam itu dan memintakan ampunan kepada Allah bagi siapa pun yang menghidupkan malam Lailatul Qadar.( )
"Karena pada malam itu, para malaikat membawa perkara-perkara yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, yaitu nasib kita pada tahun ini hingga tahun yang akan datang, serta membawa dan membagikan rahmat dan keselamatan dari Allah SWT untuk orang-orang mukmin," imbuh pria yang juga pengurus MUI Pusat.
Pada malam Lailatul Qadar-lah rapot yang telah Allah catat pada malam Nisfu Sya’ban dari catatan besar di zaman azali, akan diperlihatkan kepada para malaikat untuk dilihat. (Baca Juga: Doa dan Amalan di Malam Nishfu Sya'ban
Pada malam Lailatul Qadar catatan itu akan tetap dan tak berubah jika seorang hamba tak berdoa di malam itu dan tidak memanfaatkan malam Lailatul dengan ibadah dan bermunajat kepada Allah.
Catatan ini akan diubah dengan doa-doa dan munajat serta taqarrub seorang hamba pada malam Lailatul Qadar.
"Golongan yang ketiga dari orang memahami malam Lailatul Qodar adalah yaitu orang-orang yang istimewa, memandang semua malam di bulan suci Ramadhan selayaknya malam Lailatul Qadar. Mereka bahkan bisa seolah 'melihat' rahmat Allah, melihat turunnya para malaikat. Dan kehadiran Allah SWT di malam itu. Kelas ini adalah kelasnya para Auliya dan Ambiya walmursalin," ungkapnya.( )
Tanda-tanda
Kapan malam Lailatul Qodar itu datang? ( )
Banyak riwayat menyebutkan bahwa malam Lailatul Qadar ini disembunyikan oleh Allah agar para manusia bersemangat dan terus berlomba-lomba untuk beribadah dan mendapatkannya sejak malam pertama ramadhan hingga akhir Ramadhan.
Tidak ada yang tau kepastian datangnya Lailatul Qadar kecuali Allah. Namun, bagi orang-orang yang saleh akan mampu mengidentifikasi dengan tanda-tandanya.( )
"Dalam sebuah riwayat dikatakan, tanda-tanda akan datangnya malam Lailatul Qadar salah satunya ada di sepuluh hari terakhir Ramadhan dan di malam ganjil, ciri lainnya adalah matahari saat terbit memancarkan cahaya yang sangat terang dan putih. Karena dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa saat Rasulullah SAW bermimpi tentang Lailatul Qadar bentuknya sebuah sinar cahaya yang sangat terang," urainya.( )
Tanda lainnya, lanjutnya, pada siang hari menjelang Lailatul Qadar cuaca cerah namun seperti ada yang menutupi aliran cahaya ke bumi. Meskipun cerah namun tidak menimbulkan gerah dan panas dibarengi dengan angin semilir.
"Angin semilir itu Rahmat Allah yang mengiringi tasbihnya para malaikat. Dan menjelang Maghrib tiba, udara terasa semakin teduh dan sejuk. Dan, di malam hari saat Lailatul Qodar turun,suasana langit cerah dan tidak mendung. Bintang-bintang tampak berkerlip di balik sayap malaikat yang hilir mudik turun ke bumi," jelasnya.
Berdasarkan pengalaman spiritualnya, Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa jika Ramadlan diawali dengan hari Jumat, maka malam Lailatul Qadar biasanya terjadi pada malam ke-27. ( )
Demikian halnya dengan abu Yazid Albustami yang pernah menemukan Lailatul Qadar sebanyak dua kali dalam hidupnya yang kebetulan bertepatan dengan malam 27 Ramadhan.
Malam 27 ini menjadi malam yang banyak disepakati para ulama akan umumnya turun Lailatul Qadar. Akan tetapi, karena malam keagungan dan kemuliaan itu dirahasiakan, bisa jadi awal Ramadhan, pertengahan atau terserah Allah yang mau menurunkannya.
"Menurut Syekh Abil Hasan Al-Syadzili, apabila Ramadlan diawali dengan hari Jumat, maka malam Lailatul Qadar adalah pada malam Nuzulul Qur'an. Karena dalam Surat Al-Qadar dikatakan bahwa Nuzulul Qur'an terjadi pada Lailatul Qadar," terangnya.
Gus Hayid menambahkan, salah satu bacaan dan doa yang anjurkan dibaca dan diperbanyak dilantunkan adalah syahadat lengkap kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW dilanjutkan dengan doa Allahumma innaka afwun karim tuhibbil afwa fa'fuanni. Allahumma inna nas'aluka ridhoka wal jannah wanaudzu buka min sakhatika wannar.
Seperti Halnya Allah Merahasiakan Wali
Dalam kitab Thahârah al-Qulûb wa al-Khudlû’ li ‘Allâm al-Ghuyûb, Sayyid Abdul Aziz al-Darani menggunakan parabel (perumpamaan) menarik untuk menguraikan hikmah dirahasiakannya lailatul qadar. ( )
Dijelaskan dengan ringan dan mudah dicerna, sekaligus fungsional untuk diterapkan. Ia mengatakan:
إنّ الله تعالي أخفي ليلة القدر في رمضان ليجتهد المؤمنين في سائر الشهر كما أخفي الولي بين المؤمنين ليحترم الجميع
Terjemah bebas: “Sesungguhnya Allah ta’ala merahasiakan Lailatul Qadar di (bulan) Ramadhan agar orang-orang beriman berusaha (melakukan ibadah dengan gigih) di sisa bulan (Ramadhan) seperti halnya Allah merahasiakan seorang wali di antara orang-orang beriman agar semua (orang) dimuliakan (atau diperlakukan dengan hormat)” (Sayyid Abdul Aziz al-Darani, Thahârah al-Qulûb wa al-Khudlû’ li ‘Allâm al-Ghuyûb, Beirut: Darul Kutub al-‘Ilmiyyah, 2003, h. 167)
Dengan dirahasiakannya waktu Lailatul Qadar, manusia akan tergerak untuk berusaha, dan beribadah setiap hari di bulan Ramadhan. Dalam pencariannya, jika manusia tidak berhasil mendapatkannya, ia telah mengumpulkan banyak kebaikan.
Bisa jadi karena kegigihannya, Allah menuntunnya untuk mendapatkan Lailatul Qadar, sehingga Allah akan menghilangkan kantuknya; melenyapkan malasnya, dan menguatkan istiqamahnya ketika Lailatul Qadar datang.
Andai waktu Lailatul Qadar dipastikan saat dan tanggalnya, manusia hanya akan menunggu, tidak berusaha mencarinya. Apalagi kebaikan yang akan didapatkan berlipat-lipat banyaknya. Imam Mujahid mengatakan:
عباتها خير من عبادة ألف شهر صيام وقيام
“Beribadah (di malam Lailatul Qadar) lebih baik dari ibadah seribu bulan berpuasa dan shalat malam.” (Sayyid Abdul Aziz al-Darani, Thahârah al-Qulûb wa al-Khudlû’ li ‘Allâm al-Ghuyûb, 2003, h. 167)
Dalam pandangan Imam Mujahid, kebaikan Lailatul Qadar melebihi nilai ibadah seribu bulan puasa dan salat malam. Perbandingannya tidak dengan bulan-bulan biasa yang tidak dilakukan ibadah di dalamnya, tapi dengan seribu bulan berpuasa dan shalat malam.
Ini menunjukkan keutamaan Lailatul Qadar sangat luar biasa. Apabila Lailatul Qadar ditentukan waktunya, manusia hanya akan menunggu, tanpa tergerak untuk berusaha mendapatkannya.
Selain itu, Lailatul Qadar adalah hadiah Allah untuk umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sayyid Abdul Aziz al-Darani menulis dalam kitabnya:
روي في الصحيح: (أن رسول الله صلي الله عليه وسلم أراه الله تعالي أعمار الناس قبله, فكأنه تقاصر أعمار أمته أن لا يبلغوا من العمل مثل الذي بلغ غيرهم في طول العمر، فأعطاه الله تعالي ليلة القدر, خير من ألف شهر) وألف شهر ثلاث وثمانون سنة وثلث
Terjemah bebas: “Dalam sebuah riwayat yang sahih (dikatakan): (Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diperlihatkan oleh Allah ta’ala usia-usia manusia sebelumnya. Seakan-akan usia umatnya menjadi semakin pendek, sehingga pencapaian amalnya tidak akan menyamai amal umat lainnya karena panjangnya usia [mereka].
Kemudian Allah ta’ala menganugerahi Nabi Muhammad Lailatul Qadar, yang [nilainya] lebih baik dari seribu bulan). Seribu bulan (kurang lebih setara dengan) delapan puluh tiga tahun tiga bulan.” (Sayyid Abdul Aziz al-Darani, Thahârah al-Qulûb wa al-Khudlû’ li ‘Allâm al-Ghuyûb, 2003, h. 166)
Ustaz Muhammad Afiq Zahara dalam tulisannya berjudul "Dirahasiakannya Waktu Lailatul Qadar seperti Dirahasiakannya Wali" menyatakan soal kita berhasil mendapatkan lailatul qadar atau tidak, tergantung kita sendiri.
"Karena itu, kita butuh bermandikan doa, berpeluh usaha, dan bersiram istiqimah. Kita harus bersiap diri menyambut kehadirannya; bersiap rasa menemui kedatangannya," tuturnya.
Tanpa itu, kita akan menanti dalam kelalaian; menunggu dalam kelupaan. ( )
Sayyid Abdul Aziz al-Darani menyatakan, "(Wahai) hamba-hamba Allah, sungguh bulan Ramdhan adalah gelanggang (perlombaan) orang-orang terdahulu dan ghanimah bagi orang-orang yang jujur. Di dalamnya (pahala) amal-amal dilipat-gandakan, dan dosa-dosa yang berat diringankan. Di dalamnya permohonan (doa) dikabulkan, dan diampuni (dosa-dosa) orang yang meminta ampunan.
Keutamaannya di atas apa yang dikatakan (atau dijelaskan), karena bulan Ramadhan adalah kemuliannya masa (waktu) dan pelitanya bulan. Kemudian di dalamnya ada Lailatul Qadar yang Allah jadikan beribadah (di dalam)nya lebih baik dari ibadah seribu bulan.” (Sayyid Abdul Aziz al-Darani, Thahârah al-Qulûb wa al-Khudlû’ li ‘Allâm al-Ghuyûb, 2003, h. 166) Wallahu a’lam bish-shawwab
Inilah salah satu keajaiban yang tak terhingga di malam yang mulia dan agung dengan keutamaan lebih baik dari seribu bulan (83 tahun, 4 bulan). ( )
Pada malam itu, para malaikat turun ke bumi dipimpin langsung oleh Malaikat Jibril, atas izin Allah SWT untuk melihat siapa saja yang menghidupkan malam Lailatul Qadar dan menebar keselamatan di bumi sampai terbit fajar.
Demikian Wakil Ketua Lembaga Dakwah PBNU, KH Muhammad Nur Hayid (Gus Hayid), saat khataman bab Lailatul Qadar menjelaskan kitab Durtotunnasihin dalam ngaji rutin di Pesantren Skill Jakarta, Kamis (14/5/2020).
Lebih lanjut Gus Hayid menjelaskan bahwa dalam beberapa kitab tafsir dijelaskan, terdapat tiga level penerimaan Lailatul Qadar. Level tersebut adalah level awam, khusus dan khususul khusus (sangat khusus).( )
Bagi level awam, Lailatul Qadar adalah sebuah berkah, atau rahmat bagi orang awam. "Mereka hanya berharap pahala dari kemuliaan Lailatu Qadar, yang lebih utama dari seribu bulan," tutur dai program Cahaya Hati Indonesia ini seperti dikutip laman resmi Nahdlatul Ulama (NU) Jumat (15/5/2020).
Sedangkan level orang khusus, meyakini jika beribadah di malam Lailatul Qadar, Allah SWT yang turun langsung untuk melihat ibadah hamba-Nya dengan miliaran malaikat mengiringi Allah untuk mengaminkan doa seorang hamba di malam itu dan memintakan ampunan kepada Allah bagi siapa pun yang menghidupkan malam Lailatul Qadar.( )
"Karena pada malam itu, para malaikat membawa perkara-perkara yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, yaitu nasib kita pada tahun ini hingga tahun yang akan datang, serta membawa dan membagikan rahmat dan keselamatan dari Allah SWT untuk orang-orang mukmin," imbuh pria yang juga pengurus MUI Pusat.
Pada malam Lailatul Qadar-lah rapot yang telah Allah catat pada malam Nisfu Sya’ban dari catatan besar di zaman azali, akan diperlihatkan kepada para malaikat untuk dilihat. (Baca Juga: Doa dan Amalan di Malam Nishfu Sya'ban
Pada malam Lailatul Qadar catatan itu akan tetap dan tak berubah jika seorang hamba tak berdoa di malam itu dan tidak memanfaatkan malam Lailatul dengan ibadah dan bermunajat kepada Allah.
Catatan ini akan diubah dengan doa-doa dan munajat serta taqarrub seorang hamba pada malam Lailatul Qadar.
"Golongan yang ketiga dari orang memahami malam Lailatul Qodar adalah yaitu orang-orang yang istimewa, memandang semua malam di bulan suci Ramadhan selayaknya malam Lailatul Qadar. Mereka bahkan bisa seolah 'melihat' rahmat Allah, melihat turunnya para malaikat. Dan kehadiran Allah SWT di malam itu. Kelas ini adalah kelasnya para Auliya dan Ambiya walmursalin," ungkapnya.( )
Tanda-tanda
Kapan malam Lailatul Qodar itu datang? ( )
Banyak riwayat menyebutkan bahwa malam Lailatul Qadar ini disembunyikan oleh Allah agar para manusia bersemangat dan terus berlomba-lomba untuk beribadah dan mendapatkannya sejak malam pertama ramadhan hingga akhir Ramadhan.
Tidak ada yang tau kepastian datangnya Lailatul Qadar kecuali Allah. Namun, bagi orang-orang yang saleh akan mampu mengidentifikasi dengan tanda-tandanya.( )
"Dalam sebuah riwayat dikatakan, tanda-tanda akan datangnya malam Lailatul Qadar salah satunya ada di sepuluh hari terakhir Ramadhan dan di malam ganjil, ciri lainnya adalah matahari saat terbit memancarkan cahaya yang sangat terang dan putih. Karena dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa saat Rasulullah SAW bermimpi tentang Lailatul Qadar bentuknya sebuah sinar cahaya yang sangat terang," urainya.( )
Tanda lainnya, lanjutnya, pada siang hari menjelang Lailatul Qadar cuaca cerah namun seperti ada yang menutupi aliran cahaya ke bumi. Meskipun cerah namun tidak menimbulkan gerah dan panas dibarengi dengan angin semilir.
"Angin semilir itu Rahmat Allah yang mengiringi tasbihnya para malaikat. Dan menjelang Maghrib tiba, udara terasa semakin teduh dan sejuk. Dan, di malam hari saat Lailatul Qodar turun,suasana langit cerah dan tidak mendung. Bintang-bintang tampak berkerlip di balik sayap malaikat yang hilir mudik turun ke bumi," jelasnya.
Berdasarkan pengalaman spiritualnya, Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa jika Ramadlan diawali dengan hari Jumat, maka malam Lailatul Qadar biasanya terjadi pada malam ke-27. ( )
Demikian halnya dengan abu Yazid Albustami yang pernah menemukan Lailatul Qadar sebanyak dua kali dalam hidupnya yang kebetulan bertepatan dengan malam 27 Ramadhan.
Malam 27 ini menjadi malam yang banyak disepakati para ulama akan umumnya turun Lailatul Qadar. Akan tetapi, karena malam keagungan dan kemuliaan itu dirahasiakan, bisa jadi awal Ramadhan, pertengahan atau terserah Allah yang mau menurunkannya.
"Menurut Syekh Abil Hasan Al-Syadzili, apabila Ramadlan diawali dengan hari Jumat, maka malam Lailatul Qadar adalah pada malam Nuzulul Qur'an. Karena dalam Surat Al-Qadar dikatakan bahwa Nuzulul Qur'an terjadi pada Lailatul Qadar," terangnya.
Gus Hayid menambahkan, salah satu bacaan dan doa yang anjurkan dibaca dan diperbanyak dilantunkan adalah syahadat lengkap kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW dilanjutkan dengan doa Allahumma innaka afwun karim tuhibbil afwa fa'fuanni. Allahumma inna nas'aluka ridhoka wal jannah wanaudzu buka min sakhatika wannar.
Seperti Halnya Allah Merahasiakan Wali
Dalam kitab Thahârah al-Qulûb wa al-Khudlû’ li ‘Allâm al-Ghuyûb, Sayyid Abdul Aziz al-Darani menggunakan parabel (perumpamaan) menarik untuk menguraikan hikmah dirahasiakannya lailatul qadar. ( )
Dijelaskan dengan ringan dan mudah dicerna, sekaligus fungsional untuk diterapkan. Ia mengatakan:
إنّ الله تعالي أخفي ليلة القدر في رمضان ليجتهد المؤمنين في سائر الشهر كما أخفي الولي بين المؤمنين ليحترم الجميع
Terjemah bebas: “Sesungguhnya Allah ta’ala merahasiakan Lailatul Qadar di (bulan) Ramadhan agar orang-orang beriman berusaha (melakukan ibadah dengan gigih) di sisa bulan (Ramadhan) seperti halnya Allah merahasiakan seorang wali di antara orang-orang beriman agar semua (orang) dimuliakan (atau diperlakukan dengan hormat)” (Sayyid Abdul Aziz al-Darani, Thahârah al-Qulûb wa al-Khudlû’ li ‘Allâm al-Ghuyûb, Beirut: Darul Kutub al-‘Ilmiyyah, 2003, h. 167)
Dengan dirahasiakannya waktu Lailatul Qadar, manusia akan tergerak untuk berusaha, dan beribadah setiap hari di bulan Ramadhan. Dalam pencariannya, jika manusia tidak berhasil mendapatkannya, ia telah mengumpulkan banyak kebaikan.
Bisa jadi karena kegigihannya, Allah menuntunnya untuk mendapatkan Lailatul Qadar, sehingga Allah akan menghilangkan kantuknya; melenyapkan malasnya, dan menguatkan istiqamahnya ketika Lailatul Qadar datang.
Andai waktu Lailatul Qadar dipastikan saat dan tanggalnya, manusia hanya akan menunggu, tidak berusaha mencarinya. Apalagi kebaikan yang akan didapatkan berlipat-lipat banyaknya. Imam Mujahid mengatakan:
عباتها خير من عبادة ألف شهر صيام وقيام
“Beribadah (di malam Lailatul Qadar) lebih baik dari ibadah seribu bulan berpuasa dan shalat malam.” (Sayyid Abdul Aziz al-Darani, Thahârah al-Qulûb wa al-Khudlû’ li ‘Allâm al-Ghuyûb, 2003, h. 167)
Dalam pandangan Imam Mujahid, kebaikan Lailatul Qadar melebihi nilai ibadah seribu bulan puasa dan salat malam. Perbandingannya tidak dengan bulan-bulan biasa yang tidak dilakukan ibadah di dalamnya, tapi dengan seribu bulan berpuasa dan shalat malam.
Ini menunjukkan keutamaan Lailatul Qadar sangat luar biasa. Apabila Lailatul Qadar ditentukan waktunya, manusia hanya akan menunggu, tanpa tergerak untuk berusaha mendapatkannya.
Selain itu, Lailatul Qadar adalah hadiah Allah untuk umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sayyid Abdul Aziz al-Darani menulis dalam kitabnya:
روي في الصحيح: (أن رسول الله صلي الله عليه وسلم أراه الله تعالي أعمار الناس قبله, فكأنه تقاصر أعمار أمته أن لا يبلغوا من العمل مثل الذي بلغ غيرهم في طول العمر، فأعطاه الله تعالي ليلة القدر, خير من ألف شهر) وألف شهر ثلاث وثمانون سنة وثلث
Terjemah bebas: “Dalam sebuah riwayat yang sahih (dikatakan): (Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diperlihatkan oleh Allah ta’ala usia-usia manusia sebelumnya. Seakan-akan usia umatnya menjadi semakin pendek, sehingga pencapaian amalnya tidak akan menyamai amal umat lainnya karena panjangnya usia [mereka].
Kemudian Allah ta’ala menganugerahi Nabi Muhammad Lailatul Qadar, yang [nilainya] lebih baik dari seribu bulan). Seribu bulan (kurang lebih setara dengan) delapan puluh tiga tahun tiga bulan.” (Sayyid Abdul Aziz al-Darani, Thahârah al-Qulûb wa al-Khudlû’ li ‘Allâm al-Ghuyûb, 2003, h. 166)
Ustaz Muhammad Afiq Zahara dalam tulisannya berjudul "Dirahasiakannya Waktu Lailatul Qadar seperti Dirahasiakannya Wali" menyatakan soal kita berhasil mendapatkan lailatul qadar atau tidak, tergantung kita sendiri.
"Karena itu, kita butuh bermandikan doa, berpeluh usaha, dan bersiram istiqimah. Kita harus bersiap diri menyambut kehadirannya; bersiap rasa menemui kedatangannya," tuturnya.
Tanpa itu, kita akan menanti dalam kelalaian; menunggu dalam kelupaan. ( )
Sayyid Abdul Aziz al-Darani menyatakan, "(Wahai) hamba-hamba Allah, sungguh bulan Ramdhan adalah gelanggang (perlombaan) orang-orang terdahulu dan ghanimah bagi orang-orang yang jujur. Di dalamnya (pahala) amal-amal dilipat-gandakan, dan dosa-dosa yang berat diringankan. Di dalamnya permohonan (doa) dikabulkan, dan diampuni (dosa-dosa) orang yang meminta ampunan.
Keutamaannya di atas apa yang dikatakan (atau dijelaskan), karena bulan Ramadhan adalah kemuliannya masa (waktu) dan pelitanya bulan. Kemudian di dalamnya ada Lailatul Qadar yang Allah jadikan beribadah (di dalam)nya lebih baik dari ibadah seribu bulan.” (Sayyid Abdul Aziz al-Darani, Thahârah al-Qulûb wa al-Khudlû’ li ‘Allâm al-Ghuyûb, 2003, h. 166) Wallahu a’lam bish-shawwab
(mhy)