Rumah Tahfizh Darurat Obati Trauma Anak Korban Gempa
loading...
A
A
A
Sepekan pascagempa Mamuju-Majene, Provinsi Sulawesi Barat, warga masih tinggal di tenda pengungsian. Untuk mengobati trauma bagi anak-anak korban gempa, relawan Askar Kauny membangun rumah tahfizh di Jalan Soekarno-Hatta Kelurahan Karema, Kecamatan Mamuju Barat.
Beberapa fasilitas umum pun belum berfungsi dengan normal, seperti tempat ibadah. Selain kebutuhan dasar seperti makanan dan obat-obatan, para korban juga membutuhkan pendampingan psikologis demi mengobati trauma.
Rumah tahfiz darurat berukuran 6x4 meter ini terbuat dari rangka kayu dengan atap dan dinding terpal serta beralaskan karpet plastik. "Kami bersama warga berinisiatif membangun rumah tahfiz darurat agar anak-anak bisa tetap belajar alquran dengan cara yang menyenangkan bagi mereka," ungkap relawan Askar Kauny, Faisal Rully kepada SINDOnews, kemarin.
Pria yang akrab disapa Bang Ical ini menjelaskan, dua relawan Askar Kauny bertugas menjadi guru ngaji bagi anak-anak dibantu ustaz setempat. Dengan menghafal Al-Qur'an metode Kauny yang menyenangkan, anak-anak begitu antusias belajar alquran dan mulai melupakan trauma pasca gempa.
"Alhamdulillah anak-anak senang dan para orang tua juga senang karena anak-anaknya bisa kembali belajar mengaji," sambung Bang Ical.
Di Kelurahan Karema, jelas Bang Ical, ada 38 Kepala Keluarga (KK) dengan 200 warga. Ada sekitar 55 orang anak berusia 6-9 tahun yang butuh tempat belajar demi mengobati trauma mereka. Selain dipakai untuk belajar mengaji, jelas Bang Ical, rumah tahfizh yang dibangunnya juga dipakai sebagai musala darurat. "Karena masjid yang ada jaraknya cukup jauh. Ke depannya kita akan membangun tandon air untuk tempat wudu warga," imbuhnya.
Guru ngaji setempat, Mahmudin, menyambut baik rumah tahfizh yang dibangun relawan Askar Kauny dan warga. Ia berharap anak-anak bisa tetap belajar alquran meski dengan tempat seadanya.
"Alhamdulillah kami menyambutnya dengan suka cita. Meski darurat anak-anak tetap bisa belajar dan mengaji. Kedepannya semoga juga warga lainnya bisa juga belajar Al-Qur'an di sini," harapnya.
Beberapa fasilitas umum pun belum berfungsi dengan normal, seperti tempat ibadah. Selain kebutuhan dasar seperti makanan dan obat-obatan, para korban juga membutuhkan pendampingan psikologis demi mengobati trauma.
Rumah tahfiz darurat berukuran 6x4 meter ini terbuat dari rangka kayu dengan atap dan dinding terpal serta beralaskan karpet plastik. "Kami bersama warga berinisiatif membangun rumah tahfiz darurat agar anak-anak bisa tetap belajar alquran dengan cara yang menyenangkan bagi mereka," ungkap relawan Askar Kauny, Faisal Rully kepada SINDOnews, kemarin.
Pria yang akrab disapa Bang Ical ini menjelaskan, dua relawan Askar Kauny bertugas menjadi guru ngaji bagi anak-anak dibantu ustaz setempat. Dengan menghafal Al-Qur'an metode Kauny yang menyenangkan, anak-anak begitu antusias belajar alquran dan mulai melupakan trauma pasca gempa.
"Alhamdulillah anak-anak senang dan para orang tua juga senang karena anak-anaknya bisa kembali belajar mengaji," sambung Bang Ical.
Di Kelurahan Karema, jelas Bang Ical, ada 38 Kepala Keluarga (KK) dengan 200 warga. Ada sekitar 55 orang anak berusia 6-9 tahun yang butuh tempat belajar demi mengobati trauma mereka. Selain dipakai untuk belajar mengaji, jelas Bang Ical, rumah tahfizh yang dibangunnya juga dipakai sebagai musala darurat. "Karena masjid yang ada jaraknya cukup jauh. Ke depannya kita akan membangun tandon air untuk tempat wudu warga," imbuhnya.
Guru ngaji setempat, Mahmudin, menyambut baik rumah tahfizh yang dibangun relawan Askar Kauny dan warga. Ia berharap anak-anak bisa tetap belajar alquran meski dengan tempat seadanya.
"Alhamdulillah kami menyambutnya dengan suka cita. Meski darurat anak-anak tetap bisa belajar dan mengaji. Kedepannya semoga juga warga lainnya bisa juga belajar Al-Qur'an di sini," harapnya.
(rhs)