Jelang Rasulullah Wafat, Para Nabi Mendapat Pilihan Berpindah ke Maqam yang Mulia

Kamis, 18 Februari 2021 - 12:51 WIB
loading...
Jelang Rasulullah Wafat, Para Nabi Mendapat Pilihan Berpindah ke Maqam yang Mulia
Ilustrasi/Ist
A A A
SEBELUM para nabi wafat, Allah memperlihatkan pahala dan balasan kepada mereka. Kemudian mereka disodorkan pilihan antara tetap tinggal di dunia atau berpindah ke maqam yang mulia.



Tak pelak lagi para nabi memilih kenikmatan abadi. Hal ini terjadi pada Rasulullah SAW . Beliau disodorkan pilihan lalu memilih.

Dalam Shahih al-Bukhari , Aisyah ra berkata, Rasulullah SAW saat masih sehat bersabda, “Sesungguhnya tak seorang nabi pun diwafatkan sampai ia melihat surga yang menjadi tempat tinggalnya, kemudian ia disodorkan pilihan.”

Ketika malaikat maut datang kepada Rasul yang saat itu berada di atas pahaku, beliau pingsan sesaat. Kemudian beliau siuman dan mengarahkan pandangannya ke atap seraya berkata, “Ya Allah, tempat yang tertinggi".

Aku berkata, “Berarti beliau tidak memilih kita, dan aku mengetahui itu adalah pembicaraan yang beliau arahkan kepada kita.”

Aisyah meneruskan, “Itu adalah kata terakhir yang diucapkan oleh Nabi SAW, yakni ucapan: Ya Allah, di tempat tertinggi.”



Kisah Sayyidah Fatimah
Kisah lainnya menceritakan sewaktu Nabi Muhammad SAW sakit keras menjelang wafatnya, Sayyidah Fatimah tiada hentinya menagis.

Nabi Muhammad SAW memanggilnya dan berbisik kepadanya, tangisannya semakin bertambah, lalu Rasulullah SAW berbisik lagi dan dia pun tersenyum.

Kemudian hal tersebut ditanyakan orang kepada Sayyidah Fatimah, dan dia menjawab bahwa dia menagis karena ayahnya memberitahukan kepadanya bahwa tak lama lagi sang ayah akan meninggal, tapi dia tersenyum karena seperti kata ayahnya, dialah yang pertama akan menjumpainya di akhirat nanti.

Dalam salah satu riwayat juga disebutkan. “Lalu aku mendengar suara Nabi SAW yang sangat berat pada waktu sakit menjelang wafatnya. Barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, para shiddiqin, orang orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik baiknya."

“Wahai ummatku," seru Rasulullah SAW. "Sesungguhnya kita berada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Kuwariskan dua hal kepada kalian, yaitu sunnah dan Al-Qur’an. Barangsiapa mencintai sunnahku, berarti mencintai aku, dan kelak orang–orang yang mencintaiku akan bersama–sama masuk surga bersamaku.” lanjutnya.

Ketika mendengar nasihat Rasulullah tersebut, para sahabat tak kuasa menahan kesedihan. Nasihat itu seperti isyarat bahwa Rasulullah tak lama lagi akan meninggalkan mereka untuk selama–lamanya.

Hari yang telah ditentukan pun akhirnya tiba. Rasulullah terbaring sakit. Sekujur tubuhnya demam. Keringat bercucuran dari dahi. Putri beliau, Fatimah, merawat dengan penuh kelembutan.

Ketika beliau dalam kondisi sakit, datang seseorang mengetuk pintu rumah. Fatimah yang merasa asing dengan orang tersebut menolak dengan halus keinginannya untuk bertemu dengan ayahnya.

Rasulullah bertanya kepada Fatimah, siapa tamu yang datang. Fatimah menjawab, ia tidak mengenali orang tersebut. Seketika itu, tubuh Rasulullah tergetar.

Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara. Dialah yang memisahkan pertemuan di dunia.Dialah malaikat maut.” ujar Rasulullah.

Fatimah tak kuasa menahan kesedihannya. Tangisnya pun pecah. Ia akan ditinggalkan ayah yang dicintainya. Ayah yang juga mencintainya. Ayah yang istimewa. Rasulullah yang mulia.

Izrail pun masuk ke dalam rumah, disusul oleh Jibril. Jibril mengabarkan, para malaikat telah bersiap menyambutnya. Pintu–pintu surge, semuanya telah terbuka lebar.”

Namun, Rasulullah masih terlihat cemas.

“Bagaimana dengan nasib ummatku?” tanyanya.

“Jangan khawatir wahai Rasulullah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku, “Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya.” tutur Jibril.

Izrail bersiap mencabut ruh Rasulullah. Rasulullah merasa kesakitan. Padahal, Izrail sudah melembutkan caranya dalam mencabut ruh Rasulullah yang mulia. Jibril memalingkan wajahnya. Ia tak kuasa melihat Rasulullah merasakan sakitnya sakaratul maut. Di tengah sakit yang tak tertahankan itu, “Ya Allah, dahsyat nian maut ini. Timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku. Jangan kepada ummatku.” Subhanallah!

Ketika sakaratul maut, Rasulullah masih memperlihatkan rasa cinta kepada ummatnya. Hingga rela apabila semua siksa maut yang harus dirasakan ummatnya ditimpakan kepada beliau.

Tubuh suci itu mulai dingin dan tidak bergerak lagi. Ali mencoba mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah. Terdengar lirih, beliau berkata,”Peliharalah shalat dan peliharalah orang– rang yang lemah di antaramu.”

“Ummati…ummati..ummati.

Tak lama kemudian, wafatlah Rasulullah. Penghulu para Nabi dan Rasul. Rasul yang sangat mencintai ummatnya.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1164 seconds (0.1#10.140)