Sholat Jum’at Online Saat Darurat, Begini Pendapat Muhammadiyah

Kamis, 04 Maret 2021 - 15:42 WIB
loading...
A A A
Penataan Shaf Shalat Jum‘at

Imam shalat Jum‘at hendaklah memperhatikan makmum sebelum memulai shalat dengan memastikan kesiapan makmum dalam mengikuti shalat berjamaah seperti lurus dan rapatnya shaf serta penuhnya shaf depan lebih dahulu baru kemudian shaf berikutnya. Dalil yang menjelaskan hal ini adalah hadis-hadis berikut.

عَنْ أَنَسٍ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقْبِلُ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ، قَبْلَ أَنْ يُكَبِّرَ فَيَقُولُ: تَرَاصُّوا، وَاعْتَدِلُوا [رواه أحمد].

Artinya: “Dari Anas (diriwayatkan) ia berkata: Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam menghadapkan wajahnya kepada kami sebelum bertakbir, lalu beliau berkata: Luruskan dan rapatkan” [H.R. Aḥmad].

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam juga bersabda mengenai kerapatan shaf dan kewajiban memenuhi shaf yang ada.

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أَتِمُّوا الصَّفَّ الْأَوَّلَ وَالَّذِي يَلِيهِ، فَإِنْ كَانَ نَقْصٌ فَلْيَكُنْ فِي الصَّفِّ الْآخِرِ [رواه أحمد].

Artinya: “Dari Anas (diriwayatkan), Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda: Penuhilah shaf pertama kemudian shaf berikutnya, jika ada kurang maka jadikanlah pada shaf akhir” [H.R. Aḥmad].

Makmum yang berjumlah lebih dari satu posisinya berada di belakang imam, berdasarkan hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam berikut ini.

عَنْ جَابِرٍ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ: قَامَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّى الْمَغْرِبَ فَجِئْتُ فَقُمْتُ عَنْ يَسَارِهِ فَنَهَانِى فَجَعَلَنِى عَنْ يَمِيْنِهِ ثُمَّ جَاءَ صَاحِبٌ لِى فَصَفَفْنَا خَلْفَهُ [رواه أبو داود].

Artinya: “Dari Jābir bin ‘Abdullāh ia berkata, [diriwayatkan] bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam berdiri untuk melakukan shalat maghrib, lalu aku datang dan berdiri di sebelah kirinya, maka beliau mencegah aku dan menjadikan aku di sebelah kanannya. Setelah itu datang seorang temanku, lalu kami berdiri (bershaf) di belakang Nabi” [H.R. Abū Dāwūd].

Makmum Mengetahui Kondisi Imam Shalat Jum‘at

Dalam shalat berjamaah seorang makmum dituntut juga mengetahui beberapa hal tentang kondisi imam, seperti batal atau tidaknya imam, mengetahui dan mengikuti gerakan shalat imam juga seorang makmum tidak mendahului imam. Para ulama mengharuskan adanya keselarasan gerak antara imam dan makmum adalah berdasarkan hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّمَا جُعِلَ الإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ، فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا، وَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوا [رواه البخاري].

Artinya: “Dari Abū Hurairah (diriwayatkan) ia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda: Sesungguhnya dijadikan imam itu untuk diikuti, apabila imam takbir maka makmum ikut bertakbir dan apabila imam rukuk maka makmum pun ikut rukuk” [H.R. al-Bukhārī].

Hadis ini dipahami sebagai dalil keharusan mengikuti gerakan shalat imam seperti gerakan rukun shalat maupun intiqāl (perpindahan). Makmum wajib mengikuti gerakan imam dengan cara melihat langsung gerakan imam, melihat gerakan makmum yang ada di belakang imam atau memperhatikan suara imam (lihat TJA Jilid 2 halaman 92). Sebagian ulama juga memahami bahwa hadis ini tidak sekedar keharusan mengikuti imam tetapi juga keharusan adanya kesatuan tempat antara imam dan makmum. Artinya, imam dan makmum harus berada pada satu tempat, posisi makmum tidak boleh berada di depan posisi imam, karena yang demikian menjadikan tidak sah shalatnya, demikian pandangan dari mazhab Syafii (lihat Syarḥ Ibnu Baṭal 3/389).

Kesatuan tempat serta ketersambungan imam dan makmum menjadi penting dalam shalat berjamaah termasuk pada shalat Jum‘at. Oleh karena itu seorang laki-laki atau perempuan, kuat atau lemah, sendiri maupun banyak tidak diperbolehkan melaksanakan shalat dari rumah sementara imam shalat berada di masjid. Pelaksanaan seperti ini juga tidak boleh dilakukan baik pada shalat fardu, sunah, Jum‘at maupun shalat lainnya, baik rumahnya berada di depan maupun belakang dari posisi imam shalat, karena pada prinsipnya shalat berjamaah dilakukan pada kesatuan tempat seperti di masjid dan ketersambungan imam dan makmum (lihat Fatawā Lajnah ad-Dāimah lil-Buḥuṡ ‘Alamiyyah wal-Iftā’, 10/206).



Problematika Shalat Jum‘at Online

Dari uraian tentang hukum dan tata cara sholat Jum‘at di atas, dapat diketahui bahwa sholat Jum‘at yang dilakukan secara online ternyata mengandung beberapa problematika, di antaranya adalah,

Pertama, sholat Jum‘at adalah ibadah yang bersifat ta‘abbudī dan termasuk dalam kelompok ibadah yang khās (khusus) atau maḥḍah, sehingga perincian-perinciannya telah ditetapkan oleh nas al-Qur’an dan Sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam. Oleh sebab itu dalam shalat Jum‘at tidak diperkenankan adanya kreasi selain apa yang telah dituntunkan. Meng-online-kan shalat Jum‘at termasuk kreasi yang sejatinya tidak diperkenankan. Ini berbeda dengan akad nikah misalnya, yang merupakan bentuk ibadah muamalat, sehingga memungkinkan adanya kreasi seperti akad nikah dengan bahasa selain bahasa Arab, akad nikah melalui surat atau pun akad nikah secara online.
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1816 seconds (0.1#10.140)