Semakin Tinggi Ilmunya Semakin Sedikit Menyalahkan Orang Lain
loading...
A
A
A
Semakin bertambah ilmu maka semakin sedikit menyalahkan orang lain. Nasihat ini sangat populer di berbagai kajian dan majelis penuntut ilmu.
Gus Anam (KH Zuhrul Anam) pernah mendengar nasihat ini dari gurunya As-Sayyid Al-Habib Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani, dari gurunya Mufti Syafi'iyah di Makkah, Imam Syekh Said Al-Yamani (1265-1352 H).
Beliau berkata: "Idzaa zaada nadzrurrajuli wattasa'a fikruhuu qalla inkaaruhuu 'alannaasi."
Artinya:
Jikalau seseorang bertambah ilmunya dan luas cakrawala pemikiran serta sudut pandangnya, maka ia akan sedikit menyalahkan orang lain.
Gus Anam mengemukakan lewat media sosialnya, semakin gemar menyalahkan orang semakin bodoh dan dangkal ilmunya. Semakin Tinggi ilmu seseorang maka semakin tawadhu (rendah hati), carilah guru yang tidak pernah menggunjing dan mengkafirkan siapapun.
Hal ini sama seperti ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk, itulah peribahasa yang sering kita dengar. Yang memiliki arti, orang berilmu yang semakin banyak ilmunya semakin merendahkan dirinya. Tanaman padi jika berisi semakin lama akan semakin besar. Jika semakin besar otomatis beban biji juga semakin berat.
Jika sudah semakin berat, maka mau tidak mau seuntai biji padi akan semakin kelihatan merunduk (melengkung) ke arah depan bawah. Karena batang padi sangat pendek, strukturnya berupa batang yang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang.
Jadi tidak sebanding dengan beban berat biji padi yang semakin lama semakin membesar. Berbeda dengan biji padi yang kosong tidak berisi, walaupun kelihatan bijinya berbuah banyak karena tidak berisi maka seuntai biji padi tersebut akan tetap berdiri tegak lurus.
Ada 3 tahapan dalam menuntut ilmu yaitu: Jika seorang memasuki tahapan pertama, ia akan sombong. Jika ia memasuki tahapan kedua ia akan tawadhu. Dan jika ia memasuki tahapan ketiga ia akan merasa dirinya tidak ada apa-apanya."
Wahb Bin Munabbih berkata: "Sesungguhnya ilmu dapat membuat sombong sebagaimana harta."
Ketika Rasulullah صلى الله عليه وسلم ditanya tentang kesombongan, maka beliau menjawab dengan jawaban yang begitu menakjubkan: "Kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan/menghina manusia lainnya." (HR Muslim No 2740)
Wallahu A'lam
Gus Anam (KH Zuhrul Anam) pernah mendengar nasihat ini dari gurunya As-Sayyid Al-Habib Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani, dari gurunya Mufti Syafi'iyah di Makkah, Imam Syekh Said Al-Yamani (1265-1352 H).
Beliau berkata: "Idzaa zaada nadzrurrajuli wattasa'a fikruhuu qalla inkaaruhuu 'alannaasi."
Artinya:
Jikalau seseorang bertambah ilmunya dan luas cakrawala pemikiran serta sudut pandangnya, maka ia akan sedikit menyalahkan orang lain.
Gus Anam mengemukakan lewat media sosialnya, semakin gemar menyalahkan orang semakin bodoh dan dangkal ilmunya. Semakin Tinggi ilmu seseorang maka semakin tawadhu (rendah hati), carilah guru yang tidak pernah menggunjing dan mengkafirkan siapapun.
Hal ini sama seperti ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk, itulah peribahasa yang sering kita dengar. Yang memiliki arti, orang berilmu yang semakin banyak ilmunya semakin merendahkan dirinya. Tanaman padi jika berisi semakin lama akan semakin besar. Jika semakin besar otomatis beban biji juga semakin berat.
Jika sudah semakin berat, maka mau tidak mau seuntai biji padi akan semakin kelihatan merunduk (melengkung) ke arah depan bawah. Karena batang padi sangat pendek, strukturnya berupa batang yang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang.
Jadi tidak sebanding dengan beban berat biji padi yang semakin lama semakin membesar. Berbeda dengan biji padi yang kosong tidak berisi, walaupun kelihatan bijinya berbuah banyak karena tidak berisi maka seuntai biji padi tersebut akan tetap berdiri tegak lurus.
Ada 3 tahapan dalam menuntut ilmu yaitu: Jika seorang memasuki tahapan pertama, ia akan sombong. Jika ia memasuki tahapan kedua ia akan tawadhu. Dan jika ia memasuki tahapan ketiga ia akan merasa dirinya tidak ada apa-apanya."
Wahb Bin Munabbih berkata: "Sesungguhnya ilmu dapat membuat sombong sebagaimana harta."
Ketika Rasulullah صلى الله عليه وسلم ditanya tentang kesombongan, maka beliau menjawab dengan jawaban yang begitu menakjubkan: "Kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan/menghina manusia lainnya." (HR Muslim No 2740)
Wallahu A'lam
(rhs)