Cerita Para Sahabat Tentang Keutamaan Orang Sabar

Sabtu, 10 April 2021 - 20:35 WIB
loading...
Cerita Para Sahabat Tentang Keutamaan Orang Sabar
Pengasuh Yayasan Al-Hawthah Al-Jindaniyah, Al-Habib Ahmad Bin Novel Bin Salim Bin Jindan. Foto/Ist
A A A
Sabar (Al-Hilmu) adalah pengumpul segala kebaikan. Inilah satu-satunya amalan yang pahalanya tidak terbatas. Salah satu sifat Para Nabi dan Sahabat adalah kesabaran.

Pengasuh Al-Hawthah Al-Jindaniyah Al-Habib Ahmad Bin Novel Bin Salim Jindan mengungkapkan beberapa cerita dan kalam para Sahabat Nabi tentang keistimewaan sabar. Sayidina Ali karamallahu wajhah juga mengatakan: "Ganjaran pertama yang diberikan kepada orang sabar atas kesabarannya adalah semua orang menjadi penolongnya atas (perilaku) orang-orang bodoh."



Sebagian orang mengatakan: "Aku pernah mencaci seseorang dari Basrah. Tetapi orang itu justru berbuat baik kepadaku, lalu menjadikanku pembantunya selama beberapa waktu."

Arabah bin Aus pernah ditanya, "Bagaimana engkau memimpin kaummu?" Arabah menjawab: "Aku berlaku sabar kepada orang yang bodoh, berlaku dermawan kepada orang yang meminta, dan berusaha memenuhi semua kebutuhan mereka. Siapa yang berlaku sepertiku, ia sepadan denganku. Siapa yang berbuat lebih baik, ia lebih utama daripada aku. Dan siapa yang berbuat lebih buruk, berarti aku lebih baik daripada dia."

Pernah ada seseorang mencaci Ibnu Abbas radhiyallahu'anhu. Ketika orang itu sudah selesai mencaci, Ibnu Abbas berkata (kepada pembantunya): "Wahai Ikrimah, apakah orang itu (yang mencaci) mempunyai suatu keperluan, lalu kita bisa membantunya?". Orang itu langsung menundukkan kepala menanggung malu.

Ali bin Husain bin Ali pun pernah dicaci orang. Ali bin Husain lantas memberikan kepadanya baju hitam yang dipakainya kepada orang itu dan ia memerintahkan agar orang itu diberi uang sebesar seribu dirham.

Sebagian orang mengatakan: "Beliau (Ali bin Husain) telah mengumpulkan pada dirinya lima hal. Lima hal itu adalah bersabar, tidak mengganggu orang, menyelamatkan orang itu dari hal-hal yang menjauhkannya dari Allah, mengantarkannya untuk menyesal dan bertobat, menyebabkan orang itu memujinya setelah mencaci dirinya. Semua itu ia beli dengan sedikit dunia."

Seseorang pernah mengadu kepada Ja'far bin Muhammad. "Aku mempunyai perselisihan dengan suatu kaum. Aku sebenarnya ingin meninggalkan perselisihan itu, tetapi aku khawatir dikatakan bahwa tindakanku adalah suatu kehinaan." Ja'far lalu mengatakan. "Sesungguhnya orang yang hina adalah orang yang zalim."

Nabi Isa 'alaihissalam pernah melewati sekumpulan orang Yahudi. Mereka lantas berkata tidak baik kepadanya, tetapi ia membalasnya dengan perkataan yang baik. Nabi Isa pun ditanya: "Mereka mengatakan hal-hal yang buruk kepadamu, tetapi engkau mengatakan yang baik-baik kepada mereka?" Nabi Isa menjelaskan: "Setiap orang mengeluarkan apa yang dimilikinya."

Seorang lelaki memukul kaki seorang bijak dan membuatnya terluka, tetapi orang bijak itu tidak marah. Ada yang bertanya tentang sikapnya itu. Lantas ia menjelaskan: "Aku menganggapnya batu dan aku tersandung dia, lalu aku membuang kemarahanku."

Demikian dahsyatnya keutamaan sabar. Para sahabat dan kaum sholihin dapat kita jadikan teladan bagaimana mereka membuang egonya demi mendapatkan derajat mulia di sisi Allah.

Sumber:
Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Mukhlikat Ihya ‘Ulum al-Din karya Habib Umar bin Hafizh

(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1817 seconds (0.1#10.140)