Sunan Kudus: Sang Eksekutor Syekh Siti Jenar dan Kebo Kenanga

Minggu, 25 April 2021 - 19:49 WIB
loading...
A A A
“Jadi itukah yang dikehendaki Sultan Demak?” ujar Ki Ageng dengan suara parau. “Baiklah, tidak ada orang mati tanpa sebab, maka kau harus membuat sebab kematianku. Tapi jangan melibatkan orang lain. Cukup aku saja yang mati,” ujarnya kemudian.

Sunan Kudus menyanggupi permintaan Ki Ageng. “Tusuklah siku lenganku ini …!” ujar Ki Ageng membuka titik kelemahannya. Sunan Kuduspun melakukannya.

Siku Ki Ageng ditusuk dengan ujung keris, seketika matilah Ki Ageng Pengging.

Sunan Kudus kemudian keluar rumah Ki Ageng Pengging dengan langkah tenang. Disambut oleh tujuh pengikutnya di ujung desa. Mereka berjalan menuju Demak Bintoro.



Sementara itu istri Ki Ageng Pengging yang hendak menghidangkan jamuan makan menjerit keras manakala melihat suaminya mati di ruang tamu. Penduduk sekitar berdatangan ke rumahnya. Setelah tahu pemimpinnya dibunuh mereka memanggil penduduk lainnya dan bersama-sama mengejar Sunan Kudus.

Paling tidak 200 orang bekas prajurit dan perwira dipimpin oleh bekas Senopati Kadipaten Pengging mencabut senjata dan berteriak-teriak memanggil Sunan Kudus dari kejauhan.

Sunan Kudus berhenti. Dibunyikannya Bende Kyai Sima. Tiba-tiba muncul ribuan prajurit Demak yang berlarian ke arah timur. Orang-orang Pengging mengejar ke arah timur, padahal Sunan Kudus dan pengikutnya berada di sebelah utara.

Tidak berapa lama kemudian 10 ribuan prajurit itu lenyap. Orang Pengging kebingungan, tak tahu harus berbuat apa. Akal mereka seperti hilang. Sunan Kudus kasihan melihat keadaan mereka, akhirnya mereka dibuat sadar kembali.

“Jangan turut campur urusan besar ini. Ki Ageng Pengging sudah diperingatkan selama tiga tahun. Tapi dia tetap tak mau menghadap ke Demak. Itu berarti dia sengaja hendak memberontak! Nah, kalian rakyat kecil, tak ada hubungannya dengan urusan ini. Pulanglah!” suara Sunan Kudus terdengar berat dan mengandung perbawa kuat.

Penduduk Pengging itu seperti baru sadar dan mengerti bahwa yang mereka hadapi adalah seorang Senopati Demak Bintoro yang kondang mempunyai seribu satu macam kesaktian. Mereka tak akan mampu menghadapinya.

“Ada tugas yang lebih penting daripada berbuat kesia-siaan ini,” kata Sunan Kudus. “Segeralah kalian urus jenazah Ki Ageng. Itulah penghormatan kalian yang terakhir kepada pemimpin kalian.”

Orang-orang Pengging itu tak menemukan pilihan lain. Akhirnya mereka kembali ke rumah Ki Ageng untuk menguburkan jenazah pemimpin mereka.



Sunan Kudus sangat dihormat para penguasa pada zamannya. Baik oleh Raja Pajang yaitu Sultan Hadiwijaya maupun Raja Jipang yaitu Ario Penangsang. Beliau wafat dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Jami Kudus. Jika orang memandang Menara Masjid Kudus yang lain sangat aneh dan artistik tersebut pasti akan segera teringat pada pendirinya yaitu Sunan Kudus.
(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4557 seconds (0.1#10.140)