Jangan Gagal Paham, Begini Hukum Bermaaf-maafan Saat Lebaran

Jum'at, 22 Mei 2020 - 15:15 WIB
loading...
Jangan Gagal Paham, Begini Hukum Bermaaf-maafan Saat Lebaran
Sudah menjadi kebiasaan usai salat Idul Fitri masyarakat kita melanjutkannya dengan saling bersalaman satu sama lain sembari mengucap kata mohon maaf. Foto/Ist
A A A
Di Indonesia , sudah menjadi kebiasaan usai salat Idul Fitri masyarakat kita melanjutkannya dengan saling bersalaman satu sama lain dan bermaaf-maafan. Pemandangan semacam ini terjadi mengalir begitu saja tanpa dikomando. Ini menandakan bahwa prilaku seperti itu sudah menjadi tradisi yang mendarah daging.

Sebagian dari mereka yang bersalaman itu kadang megucapkan kata: TAQABBALALLHU MINNA WAMINKUM (semoga Allah Ta'ala menerima amal ibadah kita semua juga (amal ibadah) antum sekalian). Sebagian yang lainnya mengucapkan: TAQABBALALLAHU MINNA WAMINKUM, KULLU AMIN WA ANTUM BIKHAIRIN (semoga Allah Ta'ala menerima (amal ibadah) kita semua juga (amal ibadah) antum sekalian, dan semoga sepanjang tahun kalian semua berada dalam kebaikan). (Baca Juga: Lebaran di Tengah Pandemi)

Di televisi banyak ditayangkan orang-orang mengucapkan: MINAL 'AIDIN WAL FAIZIN (semoga kita semua menjadi bagian dari mereka yang kembali suci dan menjadi bagian dari orangorang yang menang). Lalu biasanya dilanjutkan dengan mengucap: "Mohon maaf lahir dan batin".

Bagaimana pandangan syariat terhadap hal ini? Berikut penjelasan Ustaz Muhammad Saiyid Mahadhir (pengajar Rumah Fiqih Indonesia) dalam bukunya "Bekal Ramadhan dan Idul Fithri ".

Dalam masalah ini ada beberapa riwayat di antaranya: Dari Adham, budaknya Umar bin Abdul Aziz berkata: "Kamu dahulu mengucapkan kepada Umar bin Abdul Aziz pada saat dua hari raya dengan ucapan: "Taqabbalallahu minna waminka yan Amiral mukminin (Semoga Allah menerima amal ibadah kita semua juga amal ibadah Anda wahai Amirul Mukminin), lalu Umar bin Abdul Aziz menjawabnya dan tidak mengingkari ucapan kami. (HR. Al-Baihaqi)

Dari Watsilah berkata: Saya bertemu Rasulullah SAW pada hari raya lalu saya ucapkan: "Taqabbalallahu minna waminka" (semoga Allah menerima amal ibadah kita semua juga amal ibadah Anda, lalu Rasulullah menjawab: "Iya, taqabbalallahu minna waminka". Semoga AllahTa'ala menerima (amal ibadah) kita semua juga amal ibadah Anda. (HR. Baihaqi)

Dari Khalid bin Ma'dan berkata: Saya bertemu dengan Watsilah bin Al-Asqa' pada hari raya , lalu saya ucapkan kepadanya: "Taqabbalallahu minna waminka". Lalu Watsilah menjawab: "iya, taqabbalallahu minna waminka", Watislah berkata: Dulu saya pernah beretemu Rasulullah pada hari raya dan saya ucapkan kepada beliau: "Taqabballahu minna waminka", dan Rasulullah menjawab: "iya, taqabbalallahu minna waminka" (HR. Al-Baihaqi)

Hausyab bin Aqil bercerita: saya bertemu dengan Al-Hasan pada hari raya , lalu saya ucapkan: "Taqabbalallahu minna waminka. Lalu beliau berkata: "Iya, taqabbalallahu minna waminka". (HR. Thabrani). (Baca Juga: Lebaran, Haruskah Berhias dan Mengenakan Baju Baru?)

Dari semua cerita sahabat di atas, walaupun riwayatnya dinilai bermasalah, namun gabungan dari kesemuanya bolehlah kita pakai sebagai acuan bahwa saling memberikan ucapan (tahni'ah) kepada sesama pada hari raya adalah hal yang diperbolehkan (mubah).

Pandangan 4 Mazhab
1. Badru Ad-Din Al-Aini dari Mazhab Hanafi berkata: "Jika ada seseorang yang mengucapkan: "Taqabbalallhu minna waminka: Para ulama berbeda pandangan dalam hal ini, dan para ulama kami (mazhab Hanafi) tidak ada yang memakruhkannya".

2. Imam Malik pernah ditanya oleh seseorang tentang ucapan seseorang kepada sesama mereka dengan: "Taqabbalallahu minna waminka", beliau menjawab "Saya tidak tahu itu, dan saya tidak mengingkarinya".

3. Imam Ar-Ramli dari Mazhab As-Syafi'i berkata terkait ucapan: "Taqabbalallahu minna waminka: (walaupun hadits/atsar yang ada dhoif), namun gabungan dari semua riwayat itu bisa dijadikan dasar/landasan.

4. Imam Ahmad bin Hanbal berkata: "Tidak mengapa bagi seseirang untuk mengucapkan pada hari raya dengan: "Taqabbalallahu minna waminka". Kebolehan saling memberikan ucapan tahni'ah itu bersifat umum saja. Semua kata-kata baik apalagi yang sifatnya doa bisa pakai. Pun begitu dengan tradisi saling meninta maaf juga bagian dari prilaku baik sangat boleh dilakukan bahkan dianjurkan.(Baca Juga: 10 Kebiasaan Rasulullah Dalam Merayakan Idul Fitri)

Allah Ta'ala berfirman: "Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh". (QS Al-A’raf: 199)

"Maka maafkanlah dengan cara yang baik". (QS AlHijr: 85)

"Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS An-Nuur: 22)

Lalu jika ada yang bertanya kenapa bermaaf-maafan hanya ada di Idul Fitri ? Jawabannya adalah Idul Fitri hanya sebagai momentum saja. Ini hari baik dan bulan yang baik. Biasanya orang-orang dalam kondisi bahagia setelah sebulan penuh beribadah di bulan Ramadhan , maka dalam kondisi seperti ini biasannya orang-orang sangat mudah memaafkan, yang mungkin belum tentu dimaafkan pada hari lainnya. (Baca Juga: Contoh Khutbah Idul Fitri Tersingkat dari Ustaz Abdul Somad)

Wallahu A'lam
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0918 seconds (0.1#10.140)