Penguatan Iman untuk Meningkatkan Imun
loading...
A
A
A
Iman seorang muslim senantiasa membutuhkan pembaharuan terus menerus dari waktu ke waktu. Karena iman sangat berpengaruh pada kehidupannya yang terus berlangsung. Sebagaimana firman Allah Ta'ala:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْ نَزَّلَ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya.” (QS. An-Nisa’: 136)
Menurut Ustadz Naufal Masunika, Ketua Yayasan Griya Keluarga Sakinah, ayat di atas menjelaskan bagaimana Al-Qur'an menuntut keimanan dari seorang mukmin sedangkan mereka telah terlebih dahulu beriman, bahkan khitab ayat tersebut berbunyi “Wahai orang-orang yang beriman.” Tidak lain ayat ini menuntut setiap mukmin untuk terus istiqamah dalam iman, senantiasa memperbarui dan kuatkan iman.
Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, secara marfu’ dari Nabi,
جَدِّدُوا إِيمَانَكُمْ،
قِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، وَكَيْفَ نُجَدِّدُ إِيمَانَنَا؟
قَالَ: أَكْثِرُوا مِنْ قَوْلِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
“Perbarui iman kalian.”
“Wahai Rasulullah, bagaimana cara kami memperbarui iman kami?” tanya para sahabat.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perbanyaklah mengucapkan ‘Laa ilaaha illallaah’.”
Ustadz Naufal Masunika dalam tausiyah Idul Fitrinya mengatakan, jadikan kalimat ‘Laa ilaaha illallaah’ sebagai titipan untuk keluarga kita di sisi Allah Ta’ala. Ketahuilah bahwa kalimat ini merupakan kebaikan yang sangat agung dan mulia serta tiada sesuatupun yang melampaui kebaikan kalimat ini.
Dengan kalimat ‘Laa ilaaha illallaah’ ini, maka tiada rasa takut dan gelisah di hati. Tiada pula keterpurukan, kegelapan dan kengerian. Karena Dialah Allah satu-satunya tempat bersandar dalam segala keadaan.
Maka ketika kita mendengar kalimat ini diucapkan melalui lisan siapa pun, hendaknya kita luluh di hadapan kalimat ini. Sebagaimana firman Allah Ta'ala :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آَيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakal.” (QS. Al-Anfaal: 2)
Tidak sebagaimana orang-orang kafir dan fasik, manakala mendengar kalimat ini mereka menyombongkan diri.
إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ
“Sesungguhnya mereka dahulu, apabila dikatakan kepada mereka, ’Laa ilaaha illallah’, mereka menyombongkan diri. (QS. Ash-Shafat: 35)
Agar kita tidak termasuk orang-orang yang menyombongkan diri maka hendaknya kita senantiasa memenuhi seruan dan panggilan-Nya.
Naikan Iman untuk Meningkatkan Imun
Terkadang orang gelisah ketika harapan maupun impiannya tidak kunjung terwujud. Atau ia menghadapi hal-hal buruk atau kenyataan yang menakutkan. Dengan situasi seperti inilah hubungannya dengan Allah benar-benar diuji.
Allah berfirman,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)
Dalam situasi demikian sebagian orang mudah menyerah, berputus asa dan berhenti memohon kepada Rabb-nya. Hanya mereka yang memiliki prasangka yang baik kepada Allah saja yang masih memiliki harapan.
Menurut Ustadz Naufal, prasangka baik kepada Allah ini tidak dimiliki melainkan oleh mereka yang meyakini dua hal; Pertama, bahwa Allah berkuasa atas segala sesuatu dan kedua, bahwa Allah Maha Pengasih lagi Penyayang.
Inilah kunci terbesar dalam menyembah Allah. Ketika kita yakin bahwa Allah memiliki kuasa atas segala sesuatu, maka kapan pun kita menghadapi apa yang kita takuti, atau berputus asa atas apa yang kita harapkan, kita ingat bahwa Allah subhanahu wata’ala dapat mengangkat kesulitan kita dan melimpahkan rahmat-Nya.
Artinya, tatkala Allah mengujimu dengan sesuatu, sementara orang-orang terdekatmu tidak bisa membantumu. Bukannya mereka tidak mengasihimu, melainkan karena mereka memang tidak mampu serta tidak bisa menolong dan mengangkat kesulitanmu.
Sebagai contoh, seorang dokter yang paling ahli sekalipun, terkadang ia tidak mampu menyelamatkan anak yang paling disayanginya, sekalipun ia memiliki keahlian untuk mengobatinya. Jangankan mengobati anaknya, bahkan ia tidak mampu menyelamatkan dirinya sendiri.
Jika kita beriman dan memiliki persangkaan baik kepada Allah, maka hendaknya kita tahu dan meyakini kebenaran ini, bahwa tidak satu pun makhluk baik di bumi maupun di langit yang dapat melampaui kekuasaan Allah. Ikatlah kebenaran ini dengan teguh ke dalam hati. Hal ini tidak bisa dibaca dalam buku, dipelajari di sekolah atau diberikan dalam ceramah. Ini hanya bisa ditemukan dalam Al-Qur'an.
Nabi Ibrahim ber-husnuzhan kepada Allah ketika meninggalkan putra kesayangan dan istrinya yang masih lemah di lembah yang tandus. Sang khalilullah (kekasih Allah) ini pun menantikan doanya dikabulkan Allah setelah 3000 tahun kemudian dengan diutusnya Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seseorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur'an) dan Al-Hikmah (as-Sunnah) serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah: 129)
Saat ini, di masa pandemi wabah virus corona ini menurut sebagian ahli diperkirakan bisa berlangsung lama. Sekalipun sebagian orang telah tertib menjalankan protokol kesehatan untuk meningkatkan imun dan melakukan pencegahan virus dengan cuci tangan, mengenakan masker, tidak berjabat tangan, menjaga jarak, dan lain sebagainya.
Namun tiada yang lebih menyamankan hati seorang mukmin dan menenangkannya melainkan baiknya kualitas keimanan mereka. Keimanan seorang mukmin ini akan tampak tatkala ia diuji. Sebagaimana Nabi Ya’qub yang 80 tahun menantikan kembalinya Yusuf ditambah lagi kehilangan Benyamin. Ia pun tetap menaruh harapan,
عَسَى ٱللَّهُ أَن يَأْتِيَنِى بِهِمْ جَمِيعًا
“Semoga Allah mendatangkan mereka semuanya padaku.” (QS. Yusuf: 83)
Begitu pun Nabi Ayub ‘alaihissalam yang 18 tahun didera penyakit, kehilangan harta dan anak-anaknya, juga dikucilkan lingkungannya. Nabi Musa ‘alaihissalam pun berdoa untuk kebinasaan Firaun dan bala tentaranya dengan diaminkan oleh Nabi Harun ‘alaihissalam. Kemudian Allah kabulkan doa keduanya setelah 40 tahun.
Ya, Firaun binasa setelah 40 tahun. Maka, janganlah kita mengeluhkan lamanya bencana dan lelah berdoa. Semoga dengannya kita mendapatkan pahala doa dan kesabaran.
Wallahu A'lam
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْ نَزَّلَ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya.” (QS. An-Nisa’: 136)
Menurut Ustadz Naufal Masunika, Ketua Yayasan Griya Keluarga Sakinah, ayat di atas menjelaskan bagaimana Al-Qur'an menuntut keimanan dari seorang mukmin sedangkan mereka telah terlebih dahulu beriman, bahkan khitab ayat tersebut berbunyi “Wahai orang-orang yang beriman.” Tidak lain ayat ini menuntut setiap mukmin untuk terus istiqamah dalam iman, senantiasa memperbarui dan kuatkan iman.
Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, secara marfu’ dari Nabi,
جَدِّدُوا إِيمَانَكُمْ،
قِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، وَكَيْفَ نُجَدِّدُ إِيمَانَنَا؟
قَالَ: أَكْثِرُوا مِنْ قَوْلِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
“Perbarui iman kalian.”
“Wahai Rasulullah, bagaimana cara kami memperbarui iman kami?” tanya para sahabat.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perbanyaklah mengucapkan ‘Laa ilaaha illallaah’.”
Ustadz Naufal Masunika dalam tausiyah Idul Fitrinya mengatakan, jadikan kalimat ‘Laa ilaaha illallaah’ sebagai titipan untuk keluarga kita di sisi Allah Ta’ala. Ketahuilah bahwa kalimat ini merupakan kebaikan yang sangat agung dan mulia serta tiada sesuatupun yang melampaui kebaikan kalimat ini.
Dengan kalimat ‘Laa ilaaha illallaah’ ini, maka tiada rasa takut dan gelisah di hati. Tiada pula keterpurukan, kegelapan dan kengerian. Karena Dialah Allah satu-satunya tempat bersandar dalam segala keadaan.
Maka ketika kita mendengar kalimat ini diucapkan melalui lisan siapa pun, hendaknya kita luluh di hadapan kalimat ini. Sebagaimana firman Allah Ta'ala :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آَيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakal.” (QS. Al-Anfaal: 2)
Baca Juga
Tidak sebagaimana orang-orang kafir dan fasik, manakala mendengar kalimat ini mereka menyombongkan diri.
إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ
“Sesungguhnya mereka dahulu, apabila dikatakan kepada mereka, ’Laa ilaaha illallah’, mereka menyombongkan diri. (QS. Ash-Shafat: 35)
Agar kita tidak termasuk orang-orang yang menyombongkan diri maka hendaknya kita senantiasa memenuhi seruan dan panggilan-Nya.
Naikan Iman untuk Meningkatkan Imun
Terkadang orang gelisah ketika harapan maupun impiannya tidak kunjung terwujud. Atau ia menghadapi hal-hal buruk atau kenyataan yang menakutkan. Dengan situasi seperti inilah hubungannya dengan Allah benar-benar diuji.
Allah berfirman,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)
Dalam situasi demikian sebagian orang mudah menyerah, berputus asa dan berhenti memohon kepada Rabb-nya. Hanya mereka yang memiliki prasangka yang baik kepada Allah saja yang masih memiliki harapan.
Menurut Ustadz Naufal, prasangka baik kepada Allah ini tidak dimiliki melainkan oleh mereka yang meyakini dua hal; Pertama, bahwa Allah berkuasa atas segala sesuatu dan kedua, bahwa Allah Maha Pengasih lagi Penyayang.
Baca Juga
Inilah kunci terbesar dalam menyembah Allah. Ketika kita yakin bahwa Allah memiliki kuasa atas segala sesuatu, maka kapan pun kita menghadapi apa yang kita takuti, atau berputus asa atas apa yang kita harapkan, kita ingat bahwa Allah subhanahu wata’ala dapat mengangkat kesulitan kita dan melimpahkan rahmat-Nya.
Artinya, tatkala Allah mengujimu dengan sesuatu, sementara orang-orang terdekatmu tidak bisa membantumu. Bukannya mereka tidak mengasihimu, melainkan karena mereka memang tidak mampu serta tidak bisa menolong dan mengangkat kesulitanmu.
Sebagai contoh, seorang dokter yang paling ahli sekalipun, terkadang ia tidak mampu menyelamatkan anak yang paling disayanginya, sekalipun ia memiliki keahlian untuk mengobatinya. Jangankan mengobati anaknya, bahkan ia tidak mampu menyelamatkan dirinya sendiri.
Jika kita beriman dan memiliki persangkaan baik kepada Allah, maka hendaknya kita tahu dan meyakini kebenaran ini, bahwa tidak satu pun makhluk baik di bumi maupun di langit yang dapat melampaui kekuasaan Allah. Ikatlah kebenaran ini dengan teguh ke dalam hati. Hal ini tidak bisa dibaca dalam buku, dipelajari di sekolah atau diberikan dalam ceramah. Ini hanya bisa ditemukan dalam Al-Qur'an.
Nabi Ibrahim ber-husnuzhan kepada Allah ketika meninggalkan putra kesayangan dan istrinya yang masih lemah di lembah yang tandus. Sang khalilullah (kekasih Allah) ini pun menantikan doanya dikabulkan Allah setelah 3000 tahun kemudian dengan diutusnya Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seseorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur'an) dan Al-Hikmah (as-Sunnah) serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah: 129)
Saat ini, di masa pandemi wabah virus corona ini menurut sebagian ahli diperkirakan bisa berlangsung lama. Sekalipun sebagian orang telah tertib menjalankan protokol kesehatan untuk meningkatkan imun dan melakukan pencegahan virus dengan cuci tangan, mengenakan masker, tidak berjabat tangan, menjaga jarak, dan lain sebagainya.
Namun tiada yang lebih menyamankan hati seorang mukmin dan menenangkannya melainkan baiknya kualitas keimanan mereka. Keimanan seorang mukmin ini akan tampak tatkala ia diuji. Sebagaimana Nabi Ya’qub yang 80 tahun menantikan kembalinya Yusuf ditambah lagi kehilangan Benyamin. Ia pun tetap menaruh harapan,
عَسَى ٱللَّهُ أَن يَأْتِيَنِى بِهِمْ جَمِيعًا
“Semoga Allah mendatangkan mereka semuanya padaku.” (QS. Yusuf: 83)
Begitu pun Nabi Ayub ‘alaihissalam yang 18 tahun didera penyakit, kehilangan harta dan anak-anaknya, juga dikucilkan lingkungannya. Nabi Musa ‘alaihissalam pun berdoa untuk kebinasaan Firaun dan bala tentaranya dengan diaminkan oleh Nabi Harun ‘alaihissalam. Kemudian Allah kabulkan doa keduanya setelah 40 tahun.
Ya, Firaun binasa setelah 40 tahun. Maka, janganlah kita mengeluhkan lamanya bencana dan lelah berdoa. Semoga dengannya kita mendapatkan pahala doa dan kesabaran.
Wallahu A'lam
(wid)