Hati-hati, 8 Perkara Ini Menjerumuskan Lisan ke Dalam Dosa Besar

Rabu, 16 Juni 2021 - 18:17 WIB
loading...
Hati-hati, 8 Perkara Ini  Menjerumuskan Lisan  ke Dalam Dosa Besar
Imam Al Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah, menjelaskan ada 8 perkara yang perlu diperhatikan agar lisan tidak menyeret kita ke dalam dosa. Foto ilustrasi/ist
A A A
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sangat menaruh perhatian lebih terhadap ucapan (lisan) umatnya. Karena dengan lisanlah surga dan neraka seseorang ditentukan. Diriwayatkan dalam sebuah hadis, Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Tidaklah benar iman seseorang, hingga hatinya menjadi benar. Dan tidaklah benar hati seseorang, hingga benar lisannya.” (HR. Imam Ahmad dari Anas radhiyallahu'anhu.).



Rasullullah pernah menasehati Muadz Bin Jabal radhyallahu'anhu,"Maukah aku beritahu kepadamu tentang kunci semua perkara itu?" Jawab Muadz, "ya, wahai Rasulullah."

Maka beliau memegang lidahnya dan bersabda, "Jagalah ini." Aku bertanya "Wahai Rasulullah, apakah kami dituntut disiksa karena apa yang kami katakan?" Maka beliau bersabda, "Celaka engkau. Adakah yang menjadikan orang diseret mukanya atau ada yang meriwayatkan batang hidungnya di dalam neraka selain ucapan lisan mereka." (HR Tirmidzi).

Lalu bagaimana cara menjaga lisan agar kita tak terjerumus dalam dosa ? Imam Al Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah, menjelaskan ada 8 perkara yang perlu diperhatikan agar lisan tidak menyeret kita ke dalam dosa. Yaitu;



1. Berdusta

Jagalah lidah agar tidak berdusta baik dalam keadaan yang serius maupun bercanda. Menurut Imam Al-Ghazali hal demikian akan mendorong untuk berdusta dalam hal yang bersifat serius karena berdusta termasuk induk dosa-dosa besar.

2. Menyalahi janji

Kita harus berbuat baik kepada manusia dalam bentuk tingkah laku, bukan dalam bentuk perkataan. Misalnya jika terpaksa harus berjanji, maka harus menepatinya. Sebab, menyalahi janji atau mengingkari jani merupakan salah satu dari tanda-tanda nifak dan buruknya akhlak.

Sesuai perkataan Rasulullah bersabda, “Ada tiga hal, yang jika ada di antara kalian yang jatuh ke dalamnya maka ia termasuk munafik, walaupun ia puasa dan shalat. Yaitu, jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanat ia berkhianat.”



3. Ghibah (menggunjing)

Makna ghibah adalah membicarakan seseorang dengan sesuatu yang ia benci jika ia mendengarnya. Maka, hindarilah juga untuk menggunjing secara halus. Misalnya dijelaskan oleh Imam Al-Ghazali ingin menyatakan maksud secara tidak Iangsung dengan berkata, “Semoga Allah memperbaiki orang itu. Sungguh tindakannya sangat buruk padaku. Kita meminta kepada Allah agar Dia memperbaiki kita dan dia.”

Di sini terkumpul dua hal yang buruk, yaitu ghibah (karena dari pernyataanya kita bisa memahami hal itu) dan merasa bahwa diri sendiri bersih tidak bersalah. Tapi, jika engkau benar-benar bermaksud mendoakannya, maka berdoalah secara rahasia jika engkau merasa berduka dengan perbuatannya. Dengan demikian, jelaslah bahwa engkau tak ingin membuka rahasia dan aibnya. Kalau engkau menampakkan dukamu karena aibnya, berarti engkau sedang membuka aibnya.

Cukuplah firman Allah, ini menghalangimu dari ghibah, “Jangan sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Apakah salah seorang di antara kalian senang memakan daging saudaranya yang sudah mati. Pasti kalian tidak menyukainya” (Q.S. al-Hujurat: 12).



4. Mendebat

Dengan mendebat, kita telah menyakiti, menganggap bodoh, dan mencela orang yang kita debat. Selain itu, kita menjadi berbangga diri serta merasa lebih pandai dan berilmu.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.8557 seconds (0.1#10.140)