Puasa Syawal, Adat Tarim dan Indonesia

Selasa, 26 Mei 2020 - 10:00 WIB
loading...
Puasa Syawal, Adat Tarim dan Indonesia
Sisma Fitra, mahasiswa tingkat akhir Universitas Al-Ahgaff Yaman (kanan). Foto/Istimewa
A A A
Sisma Fitra
Mahasiswa Tingkat Akhir Universitas Al-Ahgaff Yaman

Dalam satu Hadis Nabawi , kita sangat dianjurkan dalam berpuasa 6 hari di bulan Syawal . Enam hari tersebut bisa juga kita lakukan di awal bulan, tengah ataupun terakhir. Bisa juga kita lakukan tidak berturut-turut ataupun kita sambung berturut-turut.

Fadhilahnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan bahwa jika kita melakukan puasa 6 hari di bulan Syawal setelah sebulan penuh kita berpuasa di bulan Ramadhan maka seakan-akan kita seperti berpuasa satu tahun penuh.(Baca Juga: Amalan di Bulan Syawal Berdasar Hadis Sahih, Dhaif, dan Palsu)

Fadhilah yang begitu agung ini sayang jika kita lewatkan begitu saja. Dengan berbagai kemudahan yang ada kita bisa mensiasati jika saat-saat ini kita banyak tamu ataupun acara halal bihalal dengan sanak keluarga besar, teman-teman dan aktivitas lain yang membuat kita berat melakukanya. Misal kita menghindari hari dimana kita terdapat acara besar sehingga silaturrahmi dalam acara tetap kita nikmati. Atau bahkan bagi kita yang mempunyai aktivitas berat bisa juga kita siasati dengan berpuasa di setiap hari libur di bulan ini. Sehingga dengan siasat seperti ini mudah bagi kita melakukan ibadah puasa yang termasuk ibadah yang cukup berat.

Kebiasaan di Tarim
Di Tarim sendiri mempunyai adat yang memudahkan penduduknya untuk berpuasa , yaitu dengan menyambung puasa Syawal setelah hari raya Idul Fitri . Adat demikian telah dilakukan sejak dahulu dan mendarah daging. Hal ini juga memudahkan penduduk Tarim dalam berpuasa, karena suasana yang tercipta di kota ini juga kembali seperti bulan Ramadhan . Dimulai toko dan warung-warung makan yang tutup disiang hari, penduduk yang tidak berpuasa mengkondisikan diri agar tidak terlihat umum, masjid yang menyediakan takjil berbuka. Hingga aktivitas berat mereka yang mereka letakan di malam hari. Suasana yang mendukung seperti ini membuat warganya lebih berhasrat dan mudah dalam menjalani puasa.(Baca Juga: Nasihat Buya Yahya di Hari Idul Fitri, Bergembiralah!)

Selanjutnya setelah enam hari mereka jalani akan kembali mereka rayakan dengan sebutan Ied as Sitt. Di hari itulah suasana lebaran juga kembali mereka dapatkan. Di banyak daerah di Indonesia juga terdapat Ied as Sitt tersebut dengan berbagai macam istilah. Di Pekalongan misalnya mereka menamakanya dengan Syawalan yang mana pada hari itu suasana di kota tersebut ramai kembali seperti lebaran. Makanan khas dan acara dimana-mana dirayakan. Di Lombok juga terdapat dengan istilah Lebaran ketupat, di Madura punya hari raya Ied as Sitt.

Jadi dengan berbagai kemudahan adat di daerah kita serta fadhilah yang begitu besar sayang sekali jika kita lewatkan yang Allah anugrahkan ini. Semoga Allah Ta'ala memberikan kita taufiq, menjadikan kita golongan yang benar-benar kembali ke fitrahnya, memberkahi kesehatan kita dan segala yang Allah berikan kepada kita.(Baca Juga: Bacaan Niat Puasa 6 Hari Syawal dan Keutamaannya)

Wallahu A'lam
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1351 seconds (0.1#10.140)