Apakah Wali Hanya Dikenal Oleh Para Wali? (Bagian 2/Tamat)
loading...
A
A
A
Ustaz TGH Dr Miftah el-Banjary
Pakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Al-Qur'an,
Pensyarah Kitab Dalail Khairat
Yang paling lazim adalah seseorang atau orang-orang awam mengetahui kewalian karena ada wali lain yang sudah masyhur mengatakan bahwa Syekh A adalah Waliyullah.
Bukan sesuatu yang aneh jika para wali saling menyebut sesama wali dan mengabarkannya kepada khalayak. Syekh Al-Akbar Ibnu 'Arabi misalnya, mengabarkan kepada kita tentang banyak wali Allah, yang sebagian yakni guru-gurunya, melalui salah satu risalahnya, Roh Al-Quds.
Baca Juga: Ingin Jadi Waliyullah? Penuhi 12 Syarat Ini
Karena itu, pernyataan tersebut di atas mungkin bisa pula dipahami sebagai "hanya wali yang mengenal kedudukan wali" Kedudukan ini lebih bersifat spiritual, dan karenanya dibutuhkan perspektif spiritual pula untuk mengetahuinya.
Misalnya, kita mengenal "Wali Songo", dan diyakini oleh sebagian masyarakat awam bahwa mereka memang benar-benar wali Allah. Tetapi orang-orang awam tak mengetahui dari sembilan wali itu mana yang memiliki peringkat lebih tinggi.
Kita orang awam, tidak tahu apakah salah satu dari wali-wali itu ada yang memiliki kedudukan qutb, autad, atau abdal (tentang maqam wali ini akan dijelaskan lebih jauh nanti), kecuali kita diberi tahu sendiri oleh para wali.
Bahkan orang awam kadang juga bingung sebab sering kali ada seorang wali yang dikabarkan memiliki beberapa kedudukan berbeda.
Syekh al-Akbar Ibnu Arabi menyebut ada satu jenis wali yang maqam-nya aneh dan membingungkan. Wali ini mengetahui semua detail alam.
Karena sekaligus mengumpulkan beberapa kedudukan, wali jenis ini sulit untuk diklasifikasikan ke dalam salah satu maqam wali saja. Bisa jadi wali ini Qutb, atau mungkin juga bukan, hanya Allah dan mereka yang diberitahu oleh-Nya yang bisa mengenal dengan pasti kedudukannya.
Sering kali sesama wali bahkan saling memuji dan mengagumi kedudukan masing-masing. Kebiasaan para wali Allah yang saling memuji sesama wali dan menyebut kedudukannya secara berbeda inilah yang juga menambah kesulitan bagi orang awam untuk mengetahui maqam seorang wali.
Tetapi barangkali memang harus demikian adanya, sebab wali Allah dalam tradisi sufi kerap disebut sebagai "pengantin Tuhan" dan karenanya hanya sang pasangan dan keluarga.
Tetapi bagi kalangan yang mengingkari adanya martabat kewalian ini, apa pun hujah yang disampaikan tidak akan membuat mereka percaya.
Ketidakpercayaan kaum menyangkal eksistensi wali, karamahnya, berkahnya, dan kedudukannya, bisa dipahami mengingat mereka menyandarkan pandangannya bukan pada tradisi sufi-dan memang pada dasarnya mereka sudah tidak yang percaya.
"Sesungguhnya, wali-wali Allah itu tak ada ketakutan bagi mereka, dan tidak pula bersedih hati. Mereka adalah orang-orang beriman dan senantiasa bertakwa. Bagi mereka berita gembira dalam kehidupan dunia juga akhirat. (QS Yunus (10): 63)
"Barangsiapa menyakiti wali-Ku, maka ia berarti menyatakan perang terhadap-Ku. (Hadis Qudsi)
Pakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Al-Qur'an,
Pensyarah Kitab Dalail Khairat
Yang paling lazim adalah seseorang atau orang-orang awam mengetahui kewalian karena ada wali lain yang sudah masyhur mengatakan bahwa Syekh A adalah Waliyullah.
Bukan sesuatu yang aneh jika para wali saling menyebut sesama wali dan mengabarkannya kepada khalayak. Syekh Al-Akbar Ibnu 'Arabi misalnya, mengabarkan kepada kita tentang banyak wali Allah, yang sebagian yakni guru-gurunya, melalui salah satu risalahnya, Roh Al-Quds.
Baca Juga: Ingin Jadi Waliyullah? Penuhi 12 Syarat Ini
Karena itu, pernyataan tersebut di atas mungkin bisa pula dipahami sebagai "hanya wali yang mengenal kedudukan wali" Kedudukan ini lebih bersifat spiritual, dan karenanya dibutuhkan perspektif spiritual pula untuk mengetahuinya.
Misalnya, kita mengenal "Wali Songo", dan diyakini oleh sebagian masyarakat awam bahwa mereka memang benar-benar wali Allah. Tetapi orang-orang awam tak mengetahui dari sembilan wali itu mana yang memiliki peringkat lebih tinggi.
Kita orang awam, tidak tahu apakah salah satu dari wali-wali itu ada yang memiliki kedudukan qutb, autad, atau abdal (tentang maqam wali ini akan dijelaskan lebih jauh nanti), kecuali kita diberi tahu sendiri oleh para wali.
Bahkan orang awam kadang juga bingung sebab sering kali ada seorang wali yang dikabarkan memiliki beberapa kedudukan berbeda.
Syekh al-Akbar Ibnu Arabi menyebut ada satu jenis wali yang maqam-nya aneh dan membingungkan. Wali ini mengetahui semua detail alam.
Karena sekaligus mengumpulkan beberapa kedudukan, wali jenis ini sulit untuk diklasifikasikan ke dalam salah satu maqam wali saja. Bisa jadi wali ini Qutb, atau mungkin juga bukan, hanya Allah dan mereka yang diberitahu oleh-Nya yang bisa mengenal dengan pasti kedudukannya.
Sering kali sesama wali bahkan saling memuji dan mengagumi kedudukan masing-masing. Kebiasaan para wali Allah yang saling memuji sesama wali dan menyebut kedudukannya secara berbeda inilah yang juga menambah kesulitan bagi orang awam untuk mengetahui maqam seorang wali.
Tetapi barangkali memang harus demikian adanya, sebab wali Allah dalam tradisi sufi kerap disebut sebagai "pengantin Tuhan" dan karenanya hanya sang pasangan dan keluarga.
Tetapi bagi kalangan yang mengingkari adanya martabat kewalian ini, apa pun hujah yang disampaikan tidak akan membuat mereka percaya.
Ketidakpercayaan kaum menyangkal eksistensi wali, karamahnya, berkahnya, dan kedudukannya, bisa dipahami mengingat mereka menyandarkan pandangannya bukan pada tradisi sufi-dan memang pada dasarnya mereka sudah tidak yang percaya.
"Sesungguhnya, wali-wali Allah itu tak ada ketakutan bagi mereka, dan tidak pula bersedih hati. Mereka adalah orang-orang beriman dan senantiasa bertakwa. Bagi mereka berita gembira dalam kehidupan dunia juga akhirat. (QS Yunus (10): 63)
"Barangsiapa menyakiti wali-Ku, maka ia berarti menyatakan perang terhadap-Ku. (Hadis Qudsi)
(rhs)