Mengenal Istilah Sunnah, Jangan Sampai Gagal Paham!
loading...
A
A
A
Kita ambil contoh yang mudah. Nabi disebutkan dalam banyak hadits punya penampilan yang khas, seperti berjenggot, berjubah, bersorban, pakai selendang hijau, berambut panjang, berpegangan pada tongkat saat berkhutbah, makan dengan tiga jari, mengunyah 33 kali.
Kemudian, beristinja menggunakan batu, minum susu kambing mentah tanpa dimasak yang diminum bersama banyak orang dari satu wadah, mencelupkan lalat ke dalam air minum, dan banyak lagi.
Semua itu kalau dilihat dari pengertian sunnah dalam ilmu ushul fiqih, memang merupakan perbuatan Nabi. Akan tetapi kalau dilihat dari Ilmu Fiqih, meski sebuah perbuatan itu dilakukan oleh Nabi, secara hukum belum tentu menjadi sunnah yang berpahala bila dikerjakan.
Kadang perbuatan Nabi secara hukum menjadi wajib bagi umat Islam, seperti sholat lima waktu, puasa Ramadhan, berhaji ke Baitullah, dan lainnya.
Tetapi perbuatan Nabi hukumnya hanya menjadi sunnah, seperti shalat Tahajjud, shalat Dhuha, puasa Senin Kamis, puasa hari Arafah, puasa 6 hari bulan Syawwal dan lainnya.
Bila seorang muslim mengerjakannya tentu mendapat pahala, tetapi bila tidak dikerjakan, dia tentu tidak akan berdosa, karena hukumnya sunnah.
Kadang perbuatan yang dilakukan oleh Nabi malah haram hukumnya bagi umat Islam, misalnya ketika Nabi berpuasa wishal, yaitu puasa yang bersambung-sambung beberapa hari tanpa berbuka.
Juga haram hukumnya bagi umat Islam untuk beristri lebih dari 4 orang, padahal beliau beristrikan 11 wanita. Dan dalam beberapa kasus, kadang apa yang dihalalkan buat umat Islam justru diharamkan bagi Rasulullah SAW dan keluarga beliau, misalnya menerima harta zakat.
Maka bisa kita simpulkan bahwa Sunnah Nabi dalam arti perbuatan beliau belum tentu lantas hukumnya menjadi sunnah juga buat umatnya.
Sunnah Menurut Ahli Kalam
Para ulama ahli kalam juga sering menggunakan istilah sunnah untuk menyebutkan kelompok yang selamat aqidahnya, sebagai lawan dari aqidah yang keliru dan sesat.
Mereka menggunakan istilah ahlussunnah, untuk membedakan dengan ahli bid’ah, yang maksudnya adalah aliran-aliran ilmu kalam yang dianggap punya landasan aqidah yang menyimpang dari apa yang telah digariskan oleh Rasulullah SAW dan para shahabat.
Maka kita mengenal istilah "Sunni" untuk umat yang beraqidah lurus dan seusai dengan ajaran Nabi SAW, dan membuat istilah syi'ah, muktazilah, qadariyah, jabariyah, khawarij, dan lainnya untuk menegaskan bahwa aliran-aliran itu tidak sesuai dengan apa yang disunnahkan oleh Nabi.
Sunnah Menurut Salafi
Kelompok salafi punya pengertian Sunnah yang berbeda dari semua yang baku di atas. Mereka menyebut Sunnah untuk mencirikan dan membuat identitas yang membedakan kelompok mereka dengan siapapun yang tidak mereka sukai.
Padahal apa yang mereka sebut Sunnah itu sebenarnya sekedar masalah khilafiyah, dimana umat Islam sejak 14 abad ini tidak sepakat. Misalnya, dalam mata kuliah Aqidah kita kenal berbagai macam aliran yang berkembang di tengah umat Islam. Lalu mereka memilih salah satunya sambil menyalah-nyalahkan yang lain.
Dalam hal ini mereka menuduh bahwa paham aqidah asya'ariyah dan maturidiyah sebagai paham yang tidak sesuai Sunnah. Sunnah versi siapa? Ya Sunnah versi kelompok mereka sendiri. Dalam hal ini sebenarnya konsep aqidah versi Ibnu Taimiyah.
Dalam mata kuliah fiqih, sejak 14 abad sudah ada khilafiyah empat Mazhab. Kebetulan mereka tinggal di Saudi yang berkembang Mazhab Hambali.
Wajar kalau mereka banyak terpengaruh Mazhab Hambali, tapi klaim yang sebutkan justru tidak mengakui. Kadang mereka malah ikut Mazhab Zhahiri, bahkan ikut pendapat Albani secara begitu saja.
Dan biasanya pendapat mereka agak jauh dari Mazhab Syafi'i yang banyak digunakan umat Islam Indonesia. Wajar bila dalam masalah fiqih mereka sering bentrok dengan kiyai lokal yang mazhabnya Syafi'i.
Untuk semua pilihan dalam ilmu fiqih, apa yang mereka koleksi atas pilihan mereka itu mereka namakan dengan istilah 'Sunnah'. Jadi istilah Sunnah ini berubah jadi semacam identitas, lalu muncul berbagai macam penamaan sunnnah yang unik, seperti masjid Sunnah, pasar Sunnah, kompleks perumahan Sunnah, sekolah Sunnah, kampus Sunnah, olah raga sunnah, warung Sunnah, pernikahan Sunnah, madu Sunnah, obat Sunnah, rumah sakit Sunnah, peternakan Sunnah, sawah Sunnah, rekreasi Sunnah, dan seterusnya.
Lucunya, kalau bukan milik mereka, maka label Sunnah itu mereka buang. Seolah label Sunnah itu hanya previlage mereka saja. Jadi pengertian Sunnah menurut kelompok ini adalah segala yang kami sukai itu Sunnah dan segala yang kami tidak suka berarti tidak Sunnah.
Kemudian, beristinja menggunakan batu, minum susu kambing mentah tanpa dimasak yang diminum bersama banyak orang dari satu wadah, mencelupkan lalat ke dalam air minum, dan banyak lagi.
Semua itu kalau dilihat dari pengertian sunnah dalam ilmu ushul fiqih, memang merupakan perbuatan Nabi. Akan tetapi kalau dilihat dari Ilmu Fiqih, meski sebuah perbuatan itu dilakukan oleh Nabi, secara hukum belum tentu menjadi sunnah yang berpahala bila dikerjakan.
Kadang perbuatan Nabi secara hukum menjadi wajib bagi umat Islam, seperti sholat lima waktu, puasa Ramadhan, berhaji ke Baitullah, dan lainnya.
Tetapi perbuatan Nabi hukumnya hanya menjadi sunnah, seperti shalat Tahajjud, shalat Dhuha, puasa Senin Kamis, puasa hari Arafah, puasa 6 hari bulan Syawwal dan lainnya.
Bila seorang muslim mengerjakannya tentu mendapat pahala, tetapi bila tidak dikerjakan, dia tentu tidak akan berdosa, karena hukumnya sunnah.
Kadang perbuatan yang dilakukan oleh Nabi malah haram hukumnya bagi umat Islam, misalnya ketika Nabi berpuasa wishal, yaitu puasa yang bersambung-sambung beberapa hari tanpa berbuka.
Juga haram hukumnya bagi umat Islam untuk beristri lebih dari 4 orang, padahal beliau beristrikan 11 wanita. Dan dalam beberapa kasus, kadang apa yang dihalalkan buat umat Islam justru diharamkan bagi Rasulullah SAW dan keluarga beliau, misalnya menerima harta zakat.
Maka bisa kita simpulkan bahwa Sunnah Nabi dalam arti perbuatan beliau belum tentu lantas hukumnya menjadi sunnah juga buat umatnya.
Sunnah Menurut Ahli Kalam
Para ulama ahli kalam juga sering menggunakan istilah sunnah untuk menyebutkan kelompok yang selamat aqidahnya, sebagai lawan dari aqidah yang keliru dan sesat.
Mereka menggunakan istilah ahlussunnah, untuk membedakan dengan ahli bid’ah, yang maksudnya adalah aliran-aliran ilmu kalam yang dianggap punya landasan aqidah yang menyimpang dari apa yang telah digariskan oleh Rasulullah SAW dan para shahabat.
Maka kita mengenal istilah "Sunni" untuk umat yang beraqidah lurus dan seusai dengan ajaran Nabi SAW, dan membuat istilah syi'ah, muktazilah, qadariyah, jabariyah, khawarij, dan lainnya untuk menegaskan bahwa aliran-aliran itu tidak sesuai dengan apa yang disunnahkan oleh Nabi.
Sunnah Menurut Salafi
Kelompok salafi punya pengertian Sunnah yang berbeda dari semua yang baku di atas. Mereka menyebut Sunnah untuk mencirikan dan membuat identitas yang membedakan kelompok mereka dengan siapapun yang tidak mereka sukai.
Padahal apa yang mereka sebut Sunnah itu sebenarnya sekedar masalah khilafiyah, dimana umat Islam sejak 14 abad ini tidak sepakat. Misalnya, dalam mata kuliah Aqidah kita kenal berbagai macam aliran yang berkembang di tengah umat Islam. Lalu mereka memilih salah satunya sambil menyalah-nyalahkan yang lain.
Dalam hal ini mereka menuduh bahwa paham aqidah asya'ariyah dan maturidiyah sebagai paham yang tidak sesuai Sunnah. Sunnah versi siapa? Ya Sunnah versi kelompok mereka sendiri. Dalam hal ini sebenarnya konsep aqidah versi Ibnu Taimiyah.
Dalam mata kuliah fiqih, sejak 14 abad sudah ada khilafiyah empat Mazhab. Kebetulan mereka tinggal di Saudi yang berkembang Mazhab Hambali.
Wajar kalau mereka banyak terpengaruh Mazhab Hambali, tapi klaim yang sebutkan justru tidak mengakui. Kadang mereka malah ikut Mazhab Zhahiri, bahkan ikut pendapat Albani secara begitu saja.
Dan biasanya pendapat mereka agak jauh dari Mazhab Syafi'i yang banyak digunakan umat Islam Indonesia. Wajar bila dalam masalah fiqih mereka sering bentrok dengan kiyai lokal yang mazhabnya Syafi'i.
Untuk semua pilihan dalam ilmu fiqih, apa yang mereka koleksi atas pilihan mereka itu mereka namakan dengan istilah 'Sunnah'. Jadi istilah Sunnah ini berubah jadi semacam identitas, lalu muncul berbagai macam penamaan sunnnah yang unik, seperti masjid Sunnah, pasar Sunnah, kompleks perumahan Sunnah, sekolah Sunnah, kampus Sunnah, olah raga sunnah, warung Sunnah, pernikahan Sunnah, madu Sunnah, obat Sunnah, rumah sakit Sunnah, peternakan Sunnah, sawah Sunnah, rekreasi Sunnah, dan seterusnya.
Lucunya, kalau bukan milik mereka, maka label Sunnah itu mereka buang. Seolah label Sunnah itu hanya previlage mereka saja. Jadi pengertian Sunnah menurut kelompok ini adalah segala yang kami sukai itu Sunnah dan segala yang kami tidak suka berarti tidak Sunnah.