Abu Sufyan bin Harits (1): Sepupu Nabi, 20 Tahun Memerangi Islam
loading...
A
A
A
IA adalah Abu Sufyan bin Harits . Bukan Abu Sufyan bin Harb ayah Mu'awiyah. Selama 20 tahun lebih ia memerangi Islam dan umat Islam. Sepupu Nabi Muhammad SAW ini kafir tulen. Kendati demikian, dia menutup perjalanan hidupnya dengan husnul khatimah . Insya Allah.
Ya, waktu tidak kurang dari 20 tahun hidup Ibnul Harits dilalui dalam kesesatan: memusuhi dan memerangi Islam. Waktu 20 tahun, yakni semenjak dibangkitkan-Nya Nabi SAW sampai dekat hari pembebasan Mekkah yang terkenal itu. Selama itu Abu Sufyan menjadi tulang punggung Quraisy dan sekutu-sekutunya, menggubah syair-syair untuk menjelekkan serta menjatuhkan Nabi. Juga selalu mengambil bagian dalam peperangan yang dilancarkan terhadap Islam.
Dia memiliki suadara tiga orang: yaitu Naufal, Rabi'ah dan Abdullah. Ketiganya telah lebih dulu masuk Islam. Abu Sufyan adalah saudara sepupu Nabi. Putera dari pamannya, Harits bin Abdul Mutthalib. Di samping itu, ia juga saudara sesusu dari Nabi karena selain beberapa hari disusukan oleh ibu susu Nabi, Halimatus Sa'diyah.
Pada suatu hari nasib mujurnya membawanya kepada peruntungan membahagiakan. Dipanggilnya putranya Ja'far dan dikatakannya kepada keluarganya bahwa mereka akan bepergian. Dan waktu ditanyakan ke mana tujuannya, jawabnya ialah:
"Kepada Rasulullah, untuk menyerahkan diri bersama beliau kepada Allah Robbul'alamin...!"
Demikianlah ia melakukan perjalanan dengan mengendarai kuda, dibawa oleh hati yang insaf dan sadar.
Di Abwa' kelihatan olehnya barisan depan dari suatu pasukan besar. Maklumlah ia bahwa itu adalah tentara Islam yang menuju Mekkah dengan maksud hendak membebaskannya. Melihat itu ia bingung memikirkan apa yang hendak dilakukannya.
Ia pantas bingung, soalnya sekian lamanya ia menghunus pedang memerangi Islam dan menggunakan lisannya untuk menjatuhkannya, mungkin Rasulullah telah menghalalkan darahnya, hingga ia bila tertangkap oleh salah seorang Muslimin, ia langsung akan menerima hukuman qishas. Maka ia harus mencari akal bagaimana caranya lebih dulu menemui Nabi sebelum jatuh ke tangan orang lain.
Abu Sufyan pun menyamar dan menyembunyikan identitas dirinya. Dengan memegang tangan Ja'far, ia berjalan kaki beberapa jauhnya, hingga akhirnya tampaklah olehnya Rasulullah bersama serombongan sahabat, maka ia menyingkir sampai rombongan itu berhenti.
Tiba-tiba sambil membuka tutup mukanya, lalu menjatuhkan diri di hadapan Rasulullah. Melihat itu, Rasulullah SAW memalingkan mukanya. Abu Sufyan tak putus asa. Ia mendatanginya dari arah lain, tetapi Rasulullah masih menghindarkan diri daripadanya.
Dengan serempak Abu Sufyan bersama puteranya, Ja'far, berseru: "Asyhadu alla ilaha illallah. Wa-asyhadu anna Muhammadar Rasulullah . Lalu ia menghampiri Nabi SAW seraya katanya: "Tiada dendam dan tiada penyesalan, wahai Rasulullah".
Rasulullah pun menjawab: "Tiada dendam dan tiada penyesalan, wahai Abu Sufyan!"
Kemudian Nabi menyerahkannya kepada Ali bin Abi Thalib, katanya:"Ajarkanlah kepada saudara sepupumu ini cara berwudlu dan sunnah, kemudian bawa lagi ke sini".
Ali membawanya pergi, dan kemudian kembali. Maka kata Rasulullah: "Umumkanlah kepada orang-orang bahwa Rasulullah telah ridla kepada Abu Sufyan, dan mereka pun hendaklah ridla pula...!"
Demikianlah hanya sekejap saja. Rasulullah bersabda: "Hendaklah kamu menggunakan masa yang penuh berkah." Maka tergulunglah sudah masa-masa yang penuh kesesatan dan kesengsaraan, dan terbukalah pintu rahmat yang tiada terbatas.
Ya, waktu tidak kurang dari 20 tahun hidup Ibnul Harits dilalui dalam kesesatan: memusuhi dan memerangi Islam. Waktu 20 tahun, yakni semenjak dibangkitkan-Nya Nabi SAW sampai dekat hari pembebasan Mekkah yang terkenal itu. Selama itu Abu Sufyan menjadi tulang punggung Quraisy dan sekutu-sekutunya, menggubah syair-syair untuk menjelekkan serta menjatuhkan Nabi. Juga selalu mengambil bagian dalam peperangan yang dilancarkan terhadap Islam.
Dia memiliki suadara tiga orang: yaitu Naufal, Rabi'ah dan Abdullah. Ketiganya telah lebih dulu masuk Islam. Abu Sufyan adalah saudara sepupu Nabi. Putera dari pamannya, Harits bin Abdul Mutthalib. Di samping itu, ia juga saudara sesusu dari Nabi karena selain beberapa hari disusukan oleh ibu susu Nabi, Halimatus Sa'diyah.
Pada suatu hari nasib mujurnya membawanya kepada peruntungan membahagiakan. Dipanggilnya putranya Ja'far dan dikatakannya kepada keluarganya bahwa mereka akan bepergian. Dan waktu ditanyakan ke mana tujuannya, jawabnya ialah:
"Kepada Rasulullah, untuk menyerahkan diri bersama beliau kepada Allah Robbul'alamin...!"
Demikianlah ia melakukan perjalanan dengan mengendarai kuda, dibawa oleh hati yang insaf dan sadar.
Di Abwa' kelihatan olehnya barisan depan dari suatu pasukan besar. Maklumlah ia bahwa itu adalah tentara Islam yang menuju Mekkah dengan maksud hendak membebaskannya. Melihat itu ia bingung memikirkan apa yang hendak dilakukannya.
Ia pantas bingung, soalnya sekian lamanya ia menghunus pedang memerangi Islam dan menggunakan lisannya untuk menjatuhkannya, mungkin Rasulullah telah menghalalkan darahnya, hingga ia bila tertangkap oleh salah seorang Muslimin, ia langsung akan menerima hukuman qishas. Maka ia harus mencari akal bagaimana caranya lebih dulu menemui Nabi sebelum jatuh ke tangan orang lain.
Abu Sufyan pun menyamar dan menyembunyikan identitas dirinya. Dengan memegang tangan Ja'far, ia berjalan kaki beberapa jauhnya, hingga akhirnya tampaklah olehnya Rasulullah bersama serombongan sahabat, maka ia menyingkir sampai rombongan itu berhenti.
Tiba-tiba sambil membuka tutup mukanya, lalu menjatuhkan diri di hadapan Rasulullah. Melihat itu, Rasulullah SAW memalingkan mukanya. Abu Sufyan tak putus asa. Ia mendatanginya dari arah lain, tetapi Rasulullah masih menghindarkan diri daripadanya.
Dengan serempak Abu Sufyan bersama puteranya, Ja'far, berseru: "Asyhadu alla ilaha illallah. Wa-asyhadu anna Muhammadar Rasulullah . Lalu ia menghampiri Nabi SAW seraya katanya: "Tiada dendam dan tiada penyesalan, wahai Rasulullah".
Rasulullah pun menjawab: "Tiada dendam dan tiada penyesalan, wahai Abu Sufyan!"
Kemudian Nabi menyerahkannya kepada Ali bin Abi Thalib, katanya:"Ajarkanlah kepada saudara sepupumu ini cara berwudlu dan sunnah, kemudian bawa lagi ke sini".
Ali membawanya pergi, dan kemudian kembali. Maka kata Rasulullah: "Umumkanlah kepada orang-orang bahwa Rasulullah telah ridla kepada Abu Sufyan, dan mereka pun hendaklah ridla pula...!"
Demikianlah hanya sekejap saja. Rasulullah bersabda: "Hendaklah kamu menggunakan masa yang penuh berkah." Maka tergulunglah sudah masa-masa yang penuh kesesatan dan kesengsaraan, dan terbukalah pintu rahmat yang tiada terbatas.
(mhy)