2 Perempuan Beriman yang Bisa Jadi Contoh di Masa Kini

Sabtu, 14 Agustus 2021 - 05:00 WIB
loading...
2 Perempuan Beriman yang Bisa Jadi Contoh di Masa Kini
ilustrasi. Foto istimewa
A A A
Asiyah binti Muzahiim, istri Fir'aun dan Maryam binti Imran adalah dua perempuan yang memiliki keimanan luar biasa di dalam hatinya. Keduanya bisa menjadi contoh perempuan muslimah saat ini yang ingin memperkokoh imannya.

Al-Qur'an telah bertutur tentang dua perempuan shalihah yang keimanannya telah menancap kokoh di relung kalbunya. Dua wanita yang kisahnya terukir indah di dalam Al-Qur'an itu merupakan sosok yang perlu diteladani wanita muslimah saat ini.



Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Kitab-Nya yang mulia:

"Dan Allah membuat istri Fir’aun sebagai perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika istri Fir’aun berkata:
“Wahai Rabbku, bangunkanlah untukku di sisi-Mu sebuah rumah dalam surga. Dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang dzalim.” (Perumpamaan yang lain bagi orang-orang beriman adalah) Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat-kalimat Rabbnya dan kitab-kitab-Nya, dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat. (QS. At-Tahrim: 11-12).

Ustadzah Ummu Ishaq mengatakan, Asiyah binti Muzahim, istri Fir’aun dan Maryam binti ‘Imran adalah dua wanita yang kisahnya terukir indah dalam Al-Quran. Allah Ta'ala dalam firmanNya menuturkan keshalihan keduanya dan mempersaksikan keimanan yang berakar kokoh dalam relung kalbu keduanya.



"Sehingga pantas sekali kita katakan bahwa keduanya adalah wanita yang manis dalam sebutan dan indah dalam ingatan,"ungkap ustadzah dari organisasi Al-Atsyariah ini dalam salah satu kajiannya.

Asiyah dan Maryam adalah dua dari sekian qudwah (teladan) bagi perempuan-perempuan yang beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan uswah hasanah (contoh yang baik) bagi para istri kaum mukminin.

Al-Imam Ath-Thabari rahimahullah berkata dalam kitab tafsirnya: “Allah yang Maha Tinggi berfirman bahwasanya Dia membuat pemisalan bagi orang-orang yang membenarkan Allah dan mentauhidkan-Nya, dengan istri Fir’aun yang beriman kepada Allah, mentauhidkan-Nya, dan membenarkan Rasulullah Musa alaihissalam. Sementara wanita ini di bawah penguasaan suami yang kafir, satu dari sekian musuh Allah subhanahu wa ta’ala. Namun kekafiran suaminya itu tidak memudharatkannya, karena ia tetap beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Sementara, termasuk ketetapan Allah subhanahu wa ta’ala kepada makhluk-Nya adalah seseorang tidaklah dibebani dosa orang lain (tapi masing-masing membawa dosanya sendiri), dan setiap jiwa mendapatkan apa yang ia usahakan.” (Kitab Jami’ul Bayan fi Tawilil Quran/ Tafsir Ath-Thabari).



Pada diri Asiyah dan Maryam, ada permisalan yang indah bagi para istri yang mengharapkan perjumpaan dengan Allah Subhanahu wata’ala yang dan hari akhir. Keduanya dijadikan contoh untuk mendorong kaum mukminin dan mukminat agar berpegang teguh dengan ketaatan dan kokoh di atas agama. (Al-Jami’ li Ahkamil Quran/ Tafsir Al-Qurthubi)

Seorang istri yang shalihah, ia akan bersabar dengan kekurangan yang ada pada suaminya dan sabar dengan kesulitan hidup bersama suaminya. Tidaklah ia mudah berkeluh kesah di hadapan suaminya atau mengeluhkan suaminya kepada orang lain, apalagi mengghibah suami, menceritakan aib/ cacat dan kekurangan sang suami.

Bagaimana pun kekurangan suaminya dan kesempitan hidup bersamanya, ia tetap bersyukur di sela-sela kekurangan dan kesempitan tersebut, karena Allah subhanahu wa ta’ala memilihkan lelaki muslim yang beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan hari akhir sebagai pendamping hidupnya.



Istri yang shalihah akan menjaga dirinya dari perbuatan keji dan segala hal yang mengarah ke sana. Sehingga ia tidak keluar rumah kecuali karena darurat, dengan izin suaminya. Kalaupun keluar rumah, ia memperhatikan adab-adab syar‘i. Dia menjaga diri dari bercampur baur apalagi khalwat (bersepi-sepi/ berdua-duaan) dengan laki-laki yang bukan mahramnya.

Ia tidak berbicara dengan lelaki ajnabi (non mahram) kecuali karena terpaksa dengan tidak melembut-lembutkan suara. Dan ia tidak melepas pandangannya dengan melihat apa yang diharamkan Allah subhanahu wa ta’ala. Ia ingat bagaimana Allah subhanahu wa ta’ala memuji Maryam yang sangat menjaga kesucian diri, sehingga ketika dikabarkan oleh Jibril alaihissalam bahwa dia akan mengandung seorang anak yang kelak menjadi rasul pilihan Allah subhanahu wa ta’ala, Maryam berkata dengan heran:

“Bagaimana aku bisa memiliki seorang anak laki-laki sedangkan aku tidak pernah disentuh oleh seorang manusia (laki-laki) pun dan aku bukan pula seorang wanita pezina.” (QS Maryam: 20).



Ustadzah Zulfa Husein Al-Atsariyyah menambahkan, perempuan shalihah akan mengingat bagaimana keimanan Maryam kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan bagaimana ketekunannya dalam beribadah, sehingga Allah subhanahu wa ta’ala memilihnya dan mengutamakannya di atas seluruh perempuan.

Ingatlah ketika malaikat Jibril berkata: “Wahai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilihmu, mensucikan dan melebihkanmu di atas segenap wanita di alam ini (yang hidup di masa itu).” (QS Ali ‘Imran: 42)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda:

“Cukup bagimu dari segenap perempuan di alam ini (empat perempuan, yaitu:) Maryam putri Imran, Khadijah bintu Khuwailid, Fathimah bintu Muhammad, dan Asiyah istri Fir’aun.” Yakni cukup bagimu untuk sampai kepada martabat orang-orang yang sempurna dengan mencontoh keempat wanita ini, menyebut kebaikan-kebaikan mereka, kezuhudan mereka terhadap kehidupan dunia, dan tertujunya hati mereka kepada kehidupan akhirat. Kata Ath-Thibi, cukup bagimu dengan mengetahui/ mengenal keutamaan mereka dari mengenal seluruh wanita. (Tuhfatul Ahwadzi, kitab Al-Manaqib).



Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4351 seconds (0.1#10.140)