Tiga Tingkatan Orang yang Sabar
loading...
A
A
A
Orang-orang yang sabar (Ash-Shabirin) merupakan salah satu karakter penghuni surga. Sabar artinya adalah menahan diri untuk menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya serta tabah menghadapi ujian di atas jalannya.
Para ulama membagi sabar menjadi tiga tingkatan , yakni tingkat pertama sabar dalam ketaatan, tingkatan kedua sabar terhadap maksiat dan tingkatan ketiga sabar terhadap musibah. Ustadz Halim Tri Hantoro, SPdi, yang juga pengajar di IAIN Surakarta, dalam salah satu ceramahnya menguraikan tingkatan sabar tersebut sebagai berikut:
1. Tingkatan sabar yang pertama: Sabar dalam ketaatan.
Sabar dalam ketaatan ini adalah tingkatan sabar yang paling tinggi, kenapa? Karena kebanyakan tabiat nafsu manusia itu tidak menyukai ketaatan dan lebih cenderung kepada kemungkaran.
Maka, untuk melakukan ketaatan diperlukan kemauan yang sangat kuat, melewati jalan-jalan yang dipenuhi dengan onak dan duri, ranjau dan segala sesuatu yang bisa menghalanginya dari ketaatan.
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
حَفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ
“Dan jalan menuju surga itu dipenuhi dengan sesuatu yang tidak kita senangi.” (HR. Muslim)
2. Tingkatan sabar yang kedua: Sabar terhadap maksiat.
Bentuk sabar ini jauh lebih ringan jika dibandingkan dengan bentuk sabar yang pertama, karena meninggalkan sesuatu yang dilarang jauh lebih ringan dari pada mengerjakan sesuatu yang diperintah. Juga, rata-rata manusia itu merasa risih dengan keburukan.
Contohnya banyak. Orang bisa bersabar untuk tidak berzina, akan tetapi tidak bisa bersabar untuk selalu mengerjakan shalat berjamaah di masjid.
Sebaliknya, kebanyakan orang sangat sulit dan tidak bisa bersabar untuk meninggalkan ghibah (membicarakan kejelekan orang lain), akan tetapi sangat bisa dan sabar kalau diperintahkan untuk berbuat baik kepada orang lain. Contoh-contoh seperti ini sangat banyak dalam kehidupan sehari-hari.
3. Tingkatan sabar yang ketiga: Sabar terhadap musibah.
Ini adalah bentuk sabar yang paling ringan, karena musibah itu terjadi tanpa ia kehendaki dan datang menimpa begitu saja, artinya dia bersabar atau tidak bersabar sesuatu itu sudah terjadi. Akan tetapi walaupun begitu, masih banyak dari kaum muslimin yang tidak bisa sabar ketika tertimpa musibah.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَلَنَبلُوَنّكُم بِشَىءٍ مِنَ الخَوفِ وَالجُوعِ وَنَقصٍ مِنَ الأموَالِ وَالأَنفُسِ وَالثّمَراتِ وَبَشِرِ الصّابِرينَ
Para ulama membagi sabar menjadi tiga tingkatan , yakni tingkat pertama sabar dalam ketaatan, tingkatan kedua sabar terhadap maksiat dan tingkatan ketiga sabar terhadap musibah. Ustadz Halim Tri Hantoro, SPdi, yang juga pengajar di IAIN Surakarta, dalam salah satu ceramahnya menguraikan tingkatan sabar tersebut sebagai berikut:
1. Tingkatan sabar yang pertama: Sabar dalam ketaatan.
Sabar dalam ketaatan ini adalah tingkatan sabar yang paling tinggi, kenapa? Karena kebanyakan tabiat nafsu manusia itu tidak menyukai ketaatan dan lebih cenderung kepada kemungkaran.
Maka, untuk melakukan ketaatan diperlukan kemauan yang sangat kuat, melewati jalan-jalan yang dipenuhi dengan onak dan duri, ranjau dan segala sesuatu yang bisa menghalanginya dari ketaatan.
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
حَفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ
“Dan jalan menuju surga itu dipenuhi dengan sesuatu yang tidak kita senangi.” (HR. Muslim)
2. Tingkatan sabar yang kedua: Sabar terhadap maksiat.
Bentuk sabar ini jauh lebih ringan jika dibandingkan dengan bentuk sabar yang pertama, karena meninggalkan sesuatu yang dilarang jauh lebih ringan dari pada mengerjakan sesuatu yang diperintah. Juga, rata-rata manusia itu merasa risih dengan keburukan.
Contohnya banyak. Orang bisa bersabar untuk tidak berzina, akan tetapi tidak bisa bersabar untuk selalu mengerjakan shalat berjamaah di masjid.
Sebaliknya, kebanyakan orang sangat sulit dan tidak bisa bersabar untuk meninggalkan ghibah (membicarakan kejelekan orang lain), akan tetapi sangat bisa dan sabar kalau diperintahkan untuk berbuat baik kepada orang lain. Contoh-contoh seperti ini sangat banyak dalam kehidupan sehari-hari.
3. Tingkatan sabar yang ketiga: Sabar terhadap musibah.
Ini adalah bentuk sabar yang paling ringan, karena musibah itu terjadi tanpa ia kehendaki dan datang menimpa begitu saja, artinya dia bersabar atau tidak bersabar sesuatu itu sudah terjadi. Akan tetapi walaupun begitu, masih banyak dari kaum muslimin yang tidak bisa sabar ketika tertimpa musibah.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَلَنَبلُوَنّكُم بِشَىءٍ مِنَ الخَوفِ وَالجُوعِ وَنَقصٍ مِنَ الأموَالِ وَالأَنفُسِ وَالثّمَراتِ وَبَشِرِ الصّابِرينَ