Khubaib bin Adi: Pahlawan yang Syahid di Kayu Salib

Kamis, 02 September 2021 - 12:14 WIB
loading...
A A A
Dan demikianlah, kedelapan orang yang terbilang di antara orang-orang Mu'min yang paling tebal keimanannya, paling teguh menepati janji dan paling setia melaksanakan tugas kewajibannya terhadap Allah dan Rasul, telah menunaikan darma bakti mereka sampai mati.



Khubaib dan seorang temannya yang seorang lagi Zaid, berusaha melepaskan tail ikatan mereka, tapi tidak berhasil karena buhulnya yang sangat erat. Keduanya dibawa oleh para pemanah durhaka itu ke Mekkah. Nama Khubaib menggema dan tersiar ke telinga orang banyak.

Keluarga Harits bin Amir yang tewas di perang Badar, dapat mengingat nama ini dengan baik, suatu nama yang menggerakkan dendam kebencian di dada mereka. Mereka pun segera membeli Khubaib sebagai budak. Untuk melampiaskan seluruh dendam kebencian mereka kepadanya. Dalam hal ini mereka mendapat saingan dari penduduk Mekkah lainnya yang juga kehilangan bapak dan pemimpin mereka di perang Badar.

Terakhir mereka merundingkan semacam siksa yang akan ditimpakan kepada Khubaib untuk memuaskan dendam kemarahan mereka, bukan saja terhadapnya tetapi juga terhadap seluruh Kaum Muslimin! Dan sementara itu, golongan musyrik lainnya melakukan tindakan kejam pula terhadap teman Khubaib, Zaid bin Ditsinnah, yaitu dengan menyula atau menusuknya dari dubur hingga tembus ke bagian atas badannya.

Khubaib telah menyerahkan dirinya sepenuhnya, menyerahkan hatinya, pendeknya semua urusan dan akhir hidupnya kepada Allah Rabbul'alamin. Dihadapkannya perhatiannya kepada beribadat dengan jiwa yang teguh, keberanian yang tangguh disertai sakinah atau ketenteraman yang telah dilimpahkan Allah kepada yang dapat menghancurkan batu karang dan melebur ketakutan. Allah selalu besertanya sementara ia senantiasa beserta Allah.

Pada suatu kali salah seorang puteri Harits datang menjenguk ke tempat tahanan Khubaib yang ada di sekitar rumahnya, tiba-tiba ia meninggalkan tempat itu sambil berteriak, memanggil dan mengajak orang Mekkah menyaksikan keajaiban, katanya:

"Demi Allah saya melihat Khubaib menggenggam setangkai besar anggur sambil memakannya, sedang ia terikat teguh pada besi, padahal di Makkah tak ada sebiji anggur pun, Saya kira itu adalah rezeki yang diberikan Allah kepada Khubaib."

Orang-orang musyrik menyampaikan berita kepada Khubaib tentang tewasnya serta penderitaan yang dialami sahabat dan saudaranya Zaid bin Ditsinnah r.a. Mereka mengira dengan itu dapat merusakkan urat sarafnya, serta membayangkan dan merasakan derita dan siksa yang membawa kematian kawannya itu. Tetapi mereka tidak mengetahui bahwa Allah telah merangkulnya dengan menurunkan sakinah dan rahmat-Nya.

Terus mereka menguji keimanannya dan membujuknya dengan janji pembebasan seandainya ia mau mengingkari Muhammad dan sebelum itu Tuhannya yang telah diimaninya.

Tetapi usaha mereka tak ubahnya seperti hendak mencopot matahari dengan memanahnya.

Dan tatkala mereka telah berputus asa dari apa yang mereka harapkan, mereka seretlah pahlawan ini ke tempat kematiannya. Mereka bawa ke suatu tempat yang bernama Tan’im, dan di sanalah ia menemui ajalnya.

Sebelum mereka melaksanakan itu, Khubaib minta izin kepada mereka untuk sholat dua rakaat.
Mereka mengizinkannya, dan menyangka bahwa rupanya sedang berlangsung tawar-menawar dalam dirinya untuk menyerah kalah dan menyatakan keingkarannya kepada Allah, kepada Rasul dan kepada Agamanya.

Khubaib pun shalatlah dua rakaat dengan khusu', tenang, dan hati yang pasrah. Dan melimpahlah ke dalam rongga jiwanya, lemak manisnya iman. Maka ia mencintakan kiranya ia terus shalat, terus shalat dan shalat lagi. Tetapi kemudian ia berpaling ke arab algojonya, lain katanya kepada mereka: "Demi Allah, kalau bukanlah nanti ada sangkaan kalian bahwa aku takut mati, niscaya akan kulanjutkan lagi shalatku...!"

Kemudian diangkatnya kedua pangkal lengannya ke arah langit lain mohonnya: "Ya Allah, susutkanlah bilangan mereka, musnahkan mereka sampai binasa... !"

Kemudian diamat- amatinya wajah mereka, disertai suatu keteguhan tekad lain berpantun:

Mati bagiku tak menjadi masalah...
Asalkan ada dalam ridla dan rahmat Allah
Dengan jalan apapun kematian itu terjadi
Asalkan kerinduan kepada-Nya terpenuhi
Ku berserah menyerah kepada-Nya...
Sesuai dengan takdir dan kehendak-Nya

Kaum kafir Quraisy telah menyiapkan pelepah-pelepah tamar untuk membuat sebuah salib besar. Setelah itu menyandarkan Khubaib di atasnya, dengan mengikat teguh setiap bagian ujung tubuhnya.

Orang-orang musyrik itu jadi buas dengan melakukan segala kekejaman yang menaikkan bulu roma. Para pemanah bergantian melepaskan panah-panah mereka.

Kekejaman yang di luar batas ini sengaja dilakukan secara perlahan-lahan terhadap pahlawan yang tidak berdaya karena tersalib.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1426 seconds (0.1#10.140)