Tingkatan dan Tips Khusuk dalam Shalat
loading...
A
A
A
Khusyuk menjadi faktor penting dalam menjalankan ibadah shalat. Namun, setiap muslim, mempunyai tingkatan berbeda-beda dalam urusan khusyuk saat menunaikan shalat ini. Perbedaan itu didasari dari faktor tingkat konsentrasi, tingkat kelalaian, hingga berpaling hatinya untuk mengingat Allah SWT dalam setiap shalatnya.
Sedangkan shalat sendiri menjadi pembatas (pembeda) antara orang mukmin dan kaum kuffaro. Bahkan Khalifah Umar bin Khattab pernah berkata, “Tidaklah disebut muslim bagi orang yang meninggalkan salat”. Dalam Al Qur'an, Allah Ta'ala berfirman,
وَاسۡتَعِيۡنُوۡا بِالصَّبۡرِ وَالصَّلٰوةِ ؕ وَاِنَّهَا لَكَبِيۡرَةٌ اِلَّا عَلَى الۡخٰشِعِيۡنَۙ
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,” (QS Al-Baqarah: 45)
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam Kitabnya "al-Wabil ash-Shayyib min al-Kalim ath-Thayyib" mengklasifikasikan manusia ke dalam lima tingkatan khusyuk saat shalat. Berikut tingkatannya:
1. Untuk orang yang menzalimi dan menelantarkan diri sendiri (Al-Zalim li nafsih).
Tingkatan pertama ini diduduki oleh orang yang tidak menjaga kesempurnaan wudhu, shalatnya tidak tepat waktu, tidak mengindahkan batasan-batasan serta rukun-rukun shalat.
2. Untuk orang yang memelihara waktu shalat tetapi tidak bisa melawan gangguan pikiran
Tingkatan kedua diperuntukkan bagi orang yang memelihara waktu shalat, batasan shalat, rukun shalat, serta wudhunya. Hanya saja, pada tingkatan ini orang tersebut tidak bisa melawan bisikan jiwa dan pikiran yang menganggunya.
3.Untuk orang yang berusaha menjaga gangguan
Pada tingkatan ini ditujukan bagi orang yang menjaga batasan dan rukun shalat. Ia berusaha sekuat tenaga untuk mengendalikan segala gangguan yang menghampirinya.
4. Untuk orang yang perhatiannya tercurah hanya pada shalat
Tingkatan keempat dikhususkan bagi orang yang apabila mendirikan salat ia menyempurnakan hak-hak shalat, rukun-rukunnya, serta batasan-batasan shalat. Seluruh perhatiannya tercurahkan untuk menegakkan salat sesuai dengan ajaran syariat dan selalu berusaha untuk menyempurnakannya.
5. Untuk orang yang merasa hanya Allah SWT yang mengawasinya.
Tingkatan kelima ini, berada di tingkatan puncak, orang yang apabila mendirikan shalat, ia melakukannya seperti tingkatan keempat. Selain itu, orang tersebut kerap merasa diawasi oleh-Nya dan seolah-olah ia memandang-Nya. Segala bisikan, gangguan, pengalihan, dan rasa was-was dalam jiwa yang kerap menganggu seketika meredup. Bahkan, jarak tingkatan kekhusyukan salat ini dengan tingkatan lainnya lebih jauh jika dibandingkan dengan jarak antara langit dan bumi.
Untuk mencapai tingkat kekhusukan shalat ini, Imam Al-Ghozali dalam Kitabnya Bidayatul Hidayah menyampaikan beberapa tips agar bisa khusyuk dalam shalat, yakni:
1. Muliakan adab shalat
2. Buang segala bisikan dan was-was
3. Sembahlah Allah seakan-akan Engkau Melihat-Nya
4. Hadirkan hati
5. Jika hati masih lalai, perbanyak istighfar
Wallahu A'lam
Sedangkan shalat sendiri menjadi pembatas (pembeda) antara orang mukmin dan kaum kuffaro. Bahkan Khalifah Umar bin Khattab pernah berkata, “Tidaklah disebut muslim bagi orang yang meninggalkan salat”. Dalam Al Qur'an, Allah Ta'ala berfirman,
وَاسۡتَعِيۡنُوۡا بِالصَّبۡرِ وَالصَّلٰوةِ ؕ وَاِنَّهَا لَكَبِيۡرَةٌ اِلَّا عَلَى الۡخٰشِعِيۡنَۙ
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,” (QS Al-Baqarah: 45)
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam Kitabnya "al-Wabil ash-Shayyib min al-Kalim ath-Thayyib" mengklasifikasikan manusia ke dalam lima tingkatan khusyuk saat shalat. Berikut tingkatannya:
1. Untuk orang yang menzalimi dan menelantarkan diri sendiri (Al-Zalim li nafsih).
Tingkatan pertama ini diduduki oleh orang yang tidak menjaga kesempurnaan wudhu, shalatnya tidak tepat waktu, tidak mengindahkan batasan-batasan serta rukun-rukun shalat.
2. Untuk orang yang memelihara waktu shalat tetapi tidak bisa melawan gangguan pikiran
Tingkatan kedua diperuntukkan bagi orang yang memelihara waktu shalat, batasan shalat, rukun shalat, serta wudhunya. Hanya saja, pada tingkatan ini orang tersebut tidak bisa melawan bisikan jiwa dan pikiran yang menganggunya.
3.Untuk orang yang berusaha menjaga gangguan
Pada tingkatan ini ditujukan bagi orang yang menjaga batasan dan rukun shalat. Ia berusaha sekuat tenaga untuk mengendalikan segala gangguan yang menghampirinya.
4. Untuk orang yang perhatiannya tercurah hanya pada shalat
Tingkatan keempat dikhususkan bagi orang yang apabila mendirikan salat ia menyempurnakan hak-hak shalat, rukun-rukunnya, serta batasan-batasan shalat. Seluruh perhatiannya tercurahkan untuk menegakkan salat sesuai dengan ajaran syariat dan selalu berusaha untuk menyempurnakannya.
5. Untuk orang yang merasa hanya Allah SWT yang mengawasinya.
Tingkatan kelima ini, berada di tingkatan puncak, orang yang apabila mendirikan shalat, ia melakukannya seperti tingkatan keempat. Selain itu, orang tersebut kerap merasa diawasi oleh-Nya dan seolah-olah ia memandang-Nya. Segala bisikan, gangguan, pengalihan, dan rasa was-was dalam jiwa yang kerap menganggu seketika meredup. Bahkan, jarak tingkatan kekhusyukan salat ini dengan tingkatan lainnya lebih jauh jika dibandingkan dengan jarak antara langit dan bumi.
Untuk mencapai tingkat kekhusukan shalat ini, Imam Al-Ghozali dalam Kitabnya Bidayatul Hidayah menyampaikan beberapa tips agar bisa khusyuk dalam shalat, yakni:
1. Muliakan adab shalat
2. Buang segala bisikan dan was-was
3. Sembahlah Allah seakan-akan Engkau Melihat-Nya
4. Hadirkan hati
5. Jika hati masih lalai, perbanyak istighfar
Wallahu A'lam
(wid)